Pengamat Sebut Jokowi Seolah Ingin jadi King Maker dan Mau Menikam Megawati dari Belakang: Dinilai Sudah Melampaui Kewenangan, Wajar Jika Kader PDIP Tersinggung

JAKARTA (SURYA24.COM) - Acara relawan Joko Widodo di Gelora Bung Karno (GBK) Jakarta pada Sabtu (26/11) dianggap terdapat agenda sendiri, yakni Jokowi seperti mau berperan sebagai King Maker dan menggeser peran Megawati Soekarnoputri di PDI Perjuangan

.Direktur Gerakan Perubahan, Muslim Arbi mengatakan, acara Gerakan Nusantara Bersatu dianggap mempunyai agenda tertentu dengan berbiaya yang besar untuk memobilisasi massa.

"Kelihatannya Jokowi punya agenda sendiri soal pemimpin setelahnya. Kelihatannya Jokowi mau berperan sebagai king maker. Dan itu sebagai petugas partai dianggap lancang dan mau menggeser peran Megawati, di mana PDIP memiliki suara terbesar untuk tentukan Capres dari PDIP," ujar Muslim kepada Kantor Berita Politik RMOL, Minggu (27/11).

Karena menurut Muslim, sikap dan tindakan Jokowi sangat jelas untuk menunjukkan kekuatan dengan massa bayarannya dan agar dianggap sebagai king maker.

"Padahal ini sesuatu dianggap langgar urusan capres dan pencapresan. Jokowi itu bukan ketua partai, urusan capres dan pencapresan itu urusan partai dan gabungan partai," kata Muslim.

Bahkan, tindakan Jokowi di acara relawan tersebut kata Muslim, seolah di atas ketua partai dan gabungan partai-partai dalam koalisi penentuan dan penetapan capres.

"Tindakan Jokowi ini offside. Apakah karena Jokowi dihantui ketakutan yang teramat sangat kalau presiden selanjutnya bukan jagoannya, dan dia terancam? Sehingga segala cara ditempuh untuk golkan capres jagoannya atau termasuk segala cara untuk tetap bertahan dan perpanjang kekuasaannya? Publik akan menduga ada sesuatu yang mengganggu pikiran dan jiwa Jokowi setelah tidak jadi presiden lagi?" jelas Muslim.

Dengan demikian, Muslim meminta agar Jokowi harus sadar bahwa dirinya hanya petugas partai yang tidak bisa bikin manuver macam-macam.

"Bisa dijewer nanti oleh Ketumnya kalau kesabaran Megawati sudah abis. Dia seolah ingin menjadi king maker dan mau menikam Megawati dari belakang?" pungkas Muslim.

Wajar Jika Tersinggung

Sementara itu, pernyataan kriteria capres yang dikemukakan Presiden Joko Widodo tampaknya sudah menyinggung petinggi PDIP, termasuk Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri. Sebab Jokowi di hadapan para pendukungnya gamblang menyebut kriteria rambut putih dan wajah keriput sebagai sosok ideal pemimpin merakyat.

Begitu penilaian dari analis politik dari Universitas Esa Unggul Jamiluddin Ritonga kepada Kantor Berita Politik RMOL, Minggu (27/11).

Sebagai kader PDIP, seharusnya Jokowi menjaga mulutnya untuk tidak sesumbar mengenai kriteria calon presiden. Terlebih, kriteria calon presiden yang disebut Jokowi kontradiktif dengan mayoritas pilihan PDIP, yakni Puan Maharani.

"Ketersinggungan kader PDIP itu kiranya wajar karena Jokowi dinilai sudah melampaui kewenangan sebagai kader PDIP. Sebab, di internal PDIP kewenangan menentukan capres sudah diberikan kepada Ketua Umum Megawati Soekarnoputri,” kata Jamiluddin.

Melansir rmol.co.id, di internal partai, tidak ada kader PDIP yang boleh menyampaikan capres, apalagi sudah mengarah kepada sosok tertentu. Sejumlah kader yang melakukan manuver untuk menggolkan capres tertentu diberi sanksi oleh PDIP. Seharusnya Jokowi sebagai kader juga mengindahkan aturan tersebut.

"Hal itu dinilai sudah melanggar kesepakatan di internal PDIP. Selain itu, sebagai presiden Jokowi juga terlalu sering berbicara capres. Sebagai presiden, Jokowi terkesan sudah mengambil peran partai politik, khususnya ketua umum partai,” tegasnya

"Hal demikian tentu kurang baik karena bukan fungsi dan tugas presiden. Presiden idealnya secara terbuka tidak berpihak kepada salah satu bakal capres,” sambung Jamiluddin.***

Sumber: rmol.co.id