Pengalaman Seram Mas Warjo, Mau Pentas Ketoprak Dijemput Gito, Sepanjang Perjalanan Dia Diam Membisu, Ada Apa?

(Dok:Pramono Estu)

JAKARTA (SURYA24.COM) - "Jam setengah tujuh?" kata Warjo (bukan nama sebenarnya) saat melihat arloji di tangannya.

"Sudah hampir satu jam aku tunggu, Gito belum juga datang," lenguhnya.

Padahal biasanya Gito tepat waktu, dan memang jika hendak pentas kethoprak ia menjemputnya di sini, karena tidak perlu masuk gang sempit, jika harus ke rumahnya.

Jika hendak berangkat sendiri bisa terlambat sampai tempat pentasnya, karena Warjo hanya memiliki sepeda onthel.

Warjo bingung, harus bagaimana. Namun tak berapa lama, yang ditunggu tiba, tanpa bertanya apa-apa Warjo segera bonceng, karena hatinya agak nggondhok.

Di perjalan tak sepenggal kalimat pun terucap, namun setengah perjalanan, Warjo mulai heran, karena Gito juga diam membisu, "Git?" tukas Warjo.

"Kamu marah padaku ya?" lanjutnya, karena Gito hanya diam,

"Kalau aku salah maafkan aku ya, Git."

Tetap tak ada jawaban, dan Warjo memilih diam dahulu, nanti sampai di tempat pentas pasti Gito akan baikan, ia sangat paham dengan Gito.

Ia senang guyon bukan tipe orang pemarah. "Yang penting sudah menjemputku, aku dan Gito bisa menunaikan pentas malam ini," batinnya.

Tiba di lokasi Warjo turun dari motor, sedang Gito mencari tempat parkir.

Warjo tidak menunggu Gito langsung ke krobongan (tempat pemain) ingin mengetahui sudah terlambat atau belum.

Ternyata di situ belum banyak yang datang, "Mana Gito, Jo?" tanya Surindi pimpinanya.

"Baru parkir motor," jawab Warjo sambil meletakan rangsel serta duduk berhambur dengan yang sudah datang.

"Nanti kamu dan Gito tetap nggecul (nglawak) ya, Jo," tukas Surindi, Warjo mengangguk mengiakan.

Namun ketika acara-acara pendamping sudah dimulai, Warjo menjadi resah, karena Gito belum masuk krobongan juga.

Sudah beberapa kali Warjo mencari diluar, di tempat parkir juga nggak ketemu.

"Hem terus kemana ya, Gito?" tanyanya sambil berdiri di tempat parker motor.

Ketika ingin melapor ke Surindi, tampak Gito baru datang,

"Kamu tuh gimana? Aku bersama keluarga harus mencari kemana-mana, tahunya kamu sudah di sini, kalau ada yang ngantar mbok ya pamit dahulu, kan tahunya keluargamu berangkat bersamaku!"

Tak henti-hentinya Gito memarahi Warjo, "Benar, aku memang terlambat menjemputmu, tapi kan tidak seharusnya kamu berangakat tanpa pamit."

Setelah reda, baru Warjo menjelaskan kejadianya, dan cerita itu disaksikan semua pemain serta Surindi, semua kaget dan heran.

"Lalu siapa yang memboncengkan kamu, Jo?" tanya Gito paham, dan tak terasa bulu kuduknya berdiri.

Surindi tanggap, "Yuk kita pentas dulu," ajaknya. (Seperti dikisahkan Umiles di Koran Merapi) *