Apa yang Perlu sesudah PPKM Dicabut

(Dok:MI/Seno Ilustrasi MI)

Oleh: Tjandra Yoga Aditama

PPKM sudah dicabut di negara kita pada 30 Desember 2022 yang lalu. Kalau kita lihat hal yang mendasarinya, memang situasi pandemi covid-19 di dunia kini jauh lebih baik dari waktu yang lalu. Di Januari 2023 ini bahkan Emergency Committee WHO akan menggelar rapat untuk menentukan apa indikator yang diperlukan guna menyatakan penilaian bahwa covid-19 bukan lagi keadaan gawat darurat (emergency).

  1. di tingkat nasional, memang angka kasus kematian dan keterisian tempat tidur secara umum sudah dapat dikendalikan. Tentu saja, dengan dicabutnya PPKM bukan berarti masalah covid-19 sudah selesai. Kita masih harus tetap waspada dan hati-hati. Karena itu perlu diapresiasi dan kita laksanakan bersama anjuran untuk tetap memakai masker di ruang tertutup, dan juga dikerumunan yang berpotensi besar penularan.

Sementara itu, berbagai berita tentang bagaimana dengan mereka yang positif covid-19. Dengan keadaan sekarang ini, sebaiknya tetap isolasi mandiri saja dulu. Kalau disebutkan bahwa mereka boleh jalan-jalan dengan menggunakan masker, kita tidak tahu jenis masker apa yang dipakai pasien tersebut sehingga tetap berpotensi menularkan sekitarnya.

Juga, bagaimanapun covid-19 sekarang tidak bisa dianggap sakit ringan saja, masih tetap dapat menimbulkan penyakit berat dan kematian, terutama pada lansia dan komorbid. Hingga saat ini, dunia masih belum juga sepenuhnya tahu dampak jangka panjang dari long covid, dan berbagai analisis ilmiah lain penyakit ini.

Karena itu, setidaknya di masa transisi PPKM dicabut, maka sebaiknya yang positif covid-19 tetap isolasi mandiri, hanya waktunya dapat dipersingkat seperti 5 hari seperti yang pernah diberlakukan di Amerika Serikat dll. Dalam pengumuman pencabutan PPKM, disebutkan hasil survei serologi covid-19 kita pada Juli 2022 sudah setinggi 98,5%.

Sebagai perbandingan saja, pada Desember 2022 pemerintah Inggris juga baru mengeluarkan data terbaru survei serologi mereka. Angkanya ada dua versi, tergantung cut-off berapa yang digunakan. Penjelasan pemerintah Inggris menyebutkan bahwa tes dianalisis berdasar kadar antibodi 179 nanograms per mililiter (ng/ml) level (lower level), dan juga terhadap kadar 800 ng/ml level (higher level). Hasilnya tentu berbeda.

Kalau pakai patokan rendah (179 ng/ml), hasil serologinya tinggi, yaitu 97.3% di Inggris (England), 96,9% di Wales, 96,4% di Irlandia Utara dan 96,6% di Skotlandia. Namun, kalau pakai pemeriksaan berdasar patokan tinggi (800 ng/ml), angka jauh berbeda, menjadi 77,9% di Inggris (England), 73,4 % di Wales, 75,43% di Irlandia Utara dan 75,4% di Skotlandia. Jadi, akan baik juga kalau dijelaskan tentang cut-off patokan berapa yang kita gunakan, dan survei serologi yang dilakukan di negara kita sehingga didapat angka survei serologi kita 98,5% itu.

  1. ini, tentu akan makin memperkuat keyakinan kita dalam menangani covid-19 di hari-hari mendatang. Wajib tes Tentang perlu tidaknya tes covid-19 bagi pendatang dari Tiongkok yang sekarang kasusnya sedang meningkat, Inggris sebelumnya dengan hasil survei serologi seperti di atas memberi signal tidak akan mewajibkan test bagi pendatang dari Tiongkok.

Namun, dengan perkembangan kasus covid-19 di Tiongkok, maka pada 31 Desember 2022 pemerintah Inggris berubah pendapatnya, dan mewajibkan tes negatif covid-19 bagi penumpang dari Tiongkok yang akan ke Inggris (England). Kita ketahui bahwa berbagai negara seperti Amerika Serikat, Prancis, India dll juga sudah mewajibkan test covid-19 bagi pendatang dari Tiongkok.

Sehubungan dengan perkembangan yang ada, maka akan baik kalau di hari-hari ini Indonesia juga menerapkan aturan yang lebih ketat, bisa dalam bentuk harus menunjukkan hasil covid-19 negatif, dan selanjutnya melakukan pengamatan selama 7-14 hari sesudah mereka beraktivitas di dalam negeri. Perlu juga disampaikan, setidaknya ada lima hal yang akan terus dilanjutkan oleh pemerintah agar covid-19 dapat sepenuhnya terkendali.

Lima hal ini, juga merupakan fundamental penting pengendalian penyakit menular apa pun juga. Pertama, surveilan tentu harus dilanjutkan dengan cermat. Surveilan tidak hanya berdasar gambaran klinik, tetapi juga harus perlu berdasar laboratorium. Bahkan, pada keadaan tertentu sampai ke pemeriksaan whole genome sequencing (WGS).

Contoh lain kegiatan surveilan ialah pengamatan terus-menerus angka demam dengue (yang dikenal luas dengan demam berdarah dengue DBD) sehingga di musim penghujan ini masalah segera dapat diidentifikasi dan dicegah perluasannya. Kedua, penyediaan test perlu diperluas, apalagi karena memang sudah tidak diwajibkan pula. Perlu dipastikan, bahwa yang memerlukan test akan dapat mudah mengaksesnya.

Ada rencana untuk menyediakan alat test antigen di apotik, sementara kita tahu bahwa di banyak negara alat tes antigen dapat saja dibeli di berbagai toko dan supermarket. Perusahaan-perushaan besar seperti BUMN, juga dapat menyediakan alat test dan membagikan ke karyawannya.

Ke tiga, kegiatan penelusuran kasus (tracing) tetap perlu dilanjutkan. Sebagaimana konsep pengendalian penyakit menular pada umumnya, kemungkinan penyebaran penyakit perlu di cegah sehingga kontak dari yang positif covid-19 harus di identifikasi supaya penularan tidak meluas di masyarakat. Salah satu contoh penyakit menular lain adalah tuberkulosis, di mana kontak dari pasien juga harus ditemukan, dan bahkan diberikan terapi pencegahan.

Keempat, vaksinasi jelas harus terus digalakkan. Sekali lagi, sebagaimana juga penyakit menular lain yang dapat dicegah dengan imunisasi maka vaksinasi covid-19 tetap, dan selalu perlu dijaga dan ditingkatkan cakupannya. Contoh penyakit lain adalah KLB polio di Aceh, yang antara lain terjadi karena rendahnya cakupan vaksinasi.

Hal kelima yang tetap perlu dilakukan pemerintah adalah, selalu melakukan penyuluhan kesehatan agar masyarakat dapat mengatasi dampak dari covid-19. Penyuluhan kesehatan masyarakat merupakan salah satu hal penting yang perlu terus-menerus dilakukan, baik tentang covid-19, tentang berbagai penyakit menular dan tidak menular lainnya, serta selalu mengajak masyarakat luas melakukan perilaku hidup bersih dan sehat.

Perlu diketahui, bahwa bahkan bila nanti pandemic covid-19 sudah akan dinyatakan selesai, maka virus SARS CoV2 penyebab penyakit ini masih akan ada. Pandemi sebelum ini adalah influenza H1N1 yang dinyatakan berakhir pada 2010. Sekarang, 13 tahun sesudah pandemic berakhir maka virus influenza H1N1 masih ada bersama kita, dan masih ada pasiennya pula. Hal yang sama, juga akan terjadi pada covid-19 sesudah pandemi kelak dinyatakan berhenti.

Artinya, kita masih akan bergelut menangani covid-19 sebagaimana juga kita menangani berbagai penyakit menular lain di Indonesia dan dunia. Hal lain yang penting pula adalah kita juga perlu waspada dan melakukan berbagai upaya pencegahan, dan persiapan (prevention and preparedness) untuk menghadapi kemungkinan wabah--dan juga mungkin pandemi--di masa datang.

Yang paling penting, pengalaman covid-19 selama 3 tahun ini menunjukkan pada kita, betapa pentingnya aspek kesehatan dalam kehidupan, baik orang per orang, negara dan bahkan dunia. Pandemi covid-19 nyaris meluluhlantakkan berbagai sendi kehidupan. Karena itu, marilah di tahun 2023 dan tahun-tahun mendatang, kita memberi prioritas utama pada kesehatan, aset amat berharga berharga kita.

Ini berlaku untuk masing-masing pribadi dan keluarga, dengan selalu menerapkan pola hidup sehat, dan juga bagi pemerintah untuk dapat terus meningkatkan perhatiannya pada program kesehatan bangsa.***

 

Penulis, Direktur Pascasarjana Universitas YARSI, Guru Besar FK UI, mantan Direktur WHO Asia Tenggara serta mantan Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan & Kepala Balitbangkes.

Sumber: Media Indonesia.com