Kisah Misteri Tini Membesarkan Anak Gaib Hasil Hubungan dengan Makhluk Halus, Kok Bisa? Begini Ceritanya

(Dok: Pramono Estu)

JAKARTA (SURYA24.COM) - Di desa ada acara ngendong. Acara kalau ada yang barusan melahirkan anak. Sekitar jam delapan malam, Yudi pamitan dengan Tini, istrinya, untuk hadir di acara itu.

Biasanya, sesama laki-kaki sering lek-lekan. Setelah suaminya berangkat, Tini menyalakan televisi.

Setengah jam kemudian, ada yang mengetuk pintu rumah dan memanggil-manggil namanya.

Tini tak asing, sebab persis suara suaminya. Kalau keluar, suaminya membawa kunci sendiri.

Pikir Tini, mungkin kunci tertinggal. Tini pun membuka pintu. Dia bertanya mengapa sudah pulang.

Biasanya di acara begituan bisa sampai pagi. Laki-laki yang mirip suaminya itu mengaku memang ingin cepat pulang.

Tini tak curiga. Tak disangka Tini, si laki-laki seperti kebelet, mengajak berhubungan suami-istri.

Karena merasa dengan suaminya sendiri, Tini meladeni. Ketika lelah memuncak, Tini pun rebahan tidur.

Keesokan harinya, Tini bangun sebelum Subuh. Dia lihat di sekelilingnya tak ada orang.

Tini pun mandi dan memakai pakaian sepantasnya. Tiba-tiba ada yang membuka pintu rumah.

Ternyata suaminya. Kata suaminya baru pulang dari acara tetangga. Tini merasa aneh, bukankah suaminya sudah pulang semalam?

Tini dan suaminya, pasangan saling terbuka. Tanpa menunggu suaminya beristirahat, Tini langsung bercerita soal kejadian semalam.

Suaminya kaget tak kepalang. Nyata-nyata, yang bersetubuh dengan istrinya bukan dirinya.

Tanpa saling menyalahkan, kesimpulan mereka berdua bahwa laki-laki yang mirip Yudi semalam adalah roh halus.

Kejadian yang berusaha dilupakan itu ternyata tak berlangsung lama. Sebulan kemudian Tini merasakan ada ganjalan di perut.

 

Beberapa waktu setelah mengetahui hamil, Tini didatangi lagi laki-laki yang mirip suaminya. Karena tahu kalau bukan suaminya yang asli, Tini ketakutan.

Si laki-laki itu menenangkan, bahkan mengaku kalau janin hasil hubungan dengannya.

Malah memberi wasiat agar kalau lahir tetap dirawat. Si laki-laki itu akan membiayai semua kebutuhan. Tini harus menyediakan selembar kain putih di atas almari.

Bagi Yudi dan Tini, tak logis roh halus menghamili manusia. Kejadian aneh bin ajaib. Lebih ajaib lagi, janji si laki-laki itu tidak bohong.

Di bawah kain putih di atas almari selalu tersedia uang setiap bulan. Mereka seolah keenakan. Tanpa dicari, uang ada dengan sendirinya.

Tak cuma mencukupi kebutuhan si anak, tetapi malah satu keluarga. Sampai anak itu lulus sekolah dasar, biaya didapatkan secara gaib.

Manusia memiliki takdir masing-masing. Lambat laun, ada titik kesadaran.

Apakah terus-menerus memakan uang gaib tanpa bersusah payah? Ada tausiyah menyentuh, bahwa uang itu bisa merugikan pihak lain.

Memang bisa membayar apa-apa, tetapi orang yang menerima uang itu bisa kehilangan secara gaib pula.

Lama-kelamaan berdampak buruk bagi keluarga. Akhirnya, Yudi dan Tini mendatangi seorang kyai. Anak mereka diruwat, termasuk rumah.

Mereka dituntunkan rajin sembahyang dan mengaji. Setelah itu ada yang berubah. Di bawah kain putih di atas almari tak ada uang.

Mereka menerima, karena ingin hidup sewajarnya. Mereka tetap membesarkan anak semata wayangnya tanpa uang gaib. - Semua nama samaran. (Seperti dikisahkan Hendra Sugiantoro di Koran Merapi) *