Pengalaman Misteri Paijo Penjaga Malam Pabrik di Jogja Utara, Apa Itu?

JAKARTA (SURYA24.COM)- Suatu malam ia buru-buru berangkat naik sepeda onthel nabrak orang tua. Lantas apa yang terjadi?

Paijo pekerjaanya penjaga malam di sebuah pabrik di Jogja utara, berjarak tempuh sekitar 8 kilometer dari rumah tinggalnya.

Ia hanya bersepeda. Namun di tahun delapan puluhan jalanan belum seramai sekarang.

Paijo memang jago berkelahi, jika dalam poisi benar ia tak ada takutnya.

Ia juga nggak kenal takut dengan mahluk astral, namun hatinya baik serta jujur, sehingga disuka yang punya perusahaan.

Sudah lebih 10 tahun ia bekerja dan hanya bersepeda onthel karena tidak berani naik motor.

Karena tugas jaga malamnya jam sepuluh malam, ia berangkat dari rumah jam delapan.

Jika demikian ia bisa santai, dan sampai pabrik masih longgar waktunya.

Lagian setiap malamnya ada 4 penjaga malam karena memang luasnya pabrik. Pada suatu malam, Paijo tergesa-gesa berangkat kerja, karena hingga jam setengah semblan harus menghadiri tahlilan di desanya.

Padahal ia belum sempat memberitahukan ke pabrik jika mungkin terlambat.

Ia menggenjot sepedanya kencang, tidak seperti biasanya perlahan-lahan.

Sampai di sebuah jembatan hendak menuju pabriknya, tiba-tiba ada orang tua berpakaian serba putih menyeberang.

Paijo menekan kedua remnya, namun sepeda tak dapat dikendalikan, dan "Brak!" sepeda menabraknya, lalu "Brug!"

 

Paijo terpelanting jatuh. Untung tidak masuk ke sungai. Bersamaan dengan itu, Sukir teman sekerja yang hendak membeli batu battery melihatnya.

"Gimana, Jo," tukasnya.

Namun Paijo tak segera menyahut, ia tampak seperti kebingungan, sepertinya ada yang dicari.

"Kok bingung ada apa Jo?" tanya Sukir ikut mencari, "Memang ada yang"," belum Sukir bicara Paijo menyahut, "Saya tadi menabrak seseorang."

"Oh, ya?" Sukir ragu, tiba-tiba bulu kuduknya berdiri, "Tapi kamu nggak apa-apa, kan?"

Ketika Paijo masih berusaha mengamati sekeliling mencari, "Jika tidak yuk kita ke pabrik dulu," ajak Sukir.

Paijo mengangguk, "Yuk!" dan bergegas berjalan sambil menuntun sepedanya menuju ke pabrik yang jaraknya tidak jauh lagi.

Sambil jalan Paijo bertanya, "Lalu yang saya tabrak tadi siapa ya? Padahal aku tadi melihat ia terjatuh di depanku?" Sukir.

Sukir tak menjawab, tampaknya ia takut. (Seperti dikisahkan Bagong Soebardjo di Koran Merapi) *