Ini Pelajaran Bagi Pemuda Mata Keranjang, Kalau Tidak Ingin Bernasib Sama dengan Mas Sutrisno Asal Boyolali?

Dok: Pramono Estu)

JAKARTA (SURYA24.COM) - Sutrisno (nama samaran) merupakan seseorang pemuda “crongoh”, ganjen alias mata keranjang. Setiap ada teman kantornya atau perempuan yang lewat ia selalu menggodanya, kadang dengan suitan-suitan ataupun dengan candaannya.

Matanya juga acapkali jelalatan ketika melihat seorang perempuan yang lewat di depannya. Namun, semua itu berubah ketika pada suatu hari ia mengalami kejadian mistis.

Pada waktu malam itu, ia pulang kerja dari tempat kerjanya di daerah Delanggu menuju rumahnya di daerah desa Manjung, Sawit, Boyolali.

Malam itu menunjukkan pukul 23.00 dimana seluruh jalanan terasa sangat sepi, ditambah hujan deras yang mengguyur dengan tiba- tiba.

Sutrisno pun baru sadar bahwa dirinya tidak membawa mantel. Akhirnya ia memutuskan berteduh di sebuah gardu kecil depan sebuah pemakaman.

 

Di sekitar pemakaman tersebut biasanya masih ramai orang lalu lalang.

Namun, dikarenakan pada malam itu hujan sangat deras mengguyur, hanya Sutrisno sajalah yang berada disana sendiri.

Tiba- tiba saja hidung Sutrisno mencium bau wangi yang sangat memekakkan hidungnya.

Ia pun mencoba mencari darimana arah bau wangi tersebut berada. Tiba- tiba muncul dari arah pemakaman itu seorang wanita bergaun merah membawa payung.

Wanita itu berjalan keluar sambil menyapa Sutrisno.Sutrisno yang selalu merasa gatal jika bertemu wanita cantik pun langsung melaksanakan aksinya dengan menggodanya.

“Mbak, kok sendirian malam-malam begini?"

"Hujan lagi, sini berteduh saja di gardu ini sampai hujannya reda.” Kata Sutrisno dengan nada yang menggoda.

Wanita cantik itu pun menganggukkan kepala sambil tersenyum dan menghampiri Sutrisno berada.

“Mbak cantik kok malam- malam begini keluyuran sendirian habis darimana?” kata Sutrisno.

“Ah yang bener mas saya cantik?” jawab wanita itu.

Bersamaan dengan itu tiba-tiba wanita itu memanjangkan lehernya sedikit demi sedikit sambil bertanya kepada Sutrisno,

“Kalau begini masih cantik apa tidak mas?”

Melihat kejadian itu Sutrisno kami tenggengen bukan main dan berlari hingga terpeleset dan jatuh pingsan.

Keesokan harinya ia ditemukan keluarganya dan menceritakan segala hal yang ia alami.

Kejadian tersebut membuat Sutrisno insyaf tidak akan ganjen atau crongoh lagi dengan semua wanita yang ditemuinya. (Seperti dikisahkan Rahmaditya K.A.R.W di Koran Merapi) *