Tren TikTok Scarf Challenge Memakan Korban, Kok Bisa? Begini Ceritanya

dok net

JAKARTA (SURYA24.COM)-TikTok terus menjadi sumber hiburan dan tren terbaru yang menghibur jutaan pengguna di seluruh dunia. Setiap kali kita memasuki platform ini, ada saja tantangan baru yang menjadi viral dan menarik perhatian pengguna. Salah satu tren terbaru yang sedang menggemparkan dunia TikTok adalah "Scarf Challenge" atau tantangan kain panjang. Dalam tren ini, pengguna TikTok menunjukkan keahlian mereka dalam mengikat dan memanipulasi sehelai kain panjang menjadi aksesori gaya yang unik.

Jadi, apa sebenarnya tantangan Scarf Challenge ini? Bagaimana cara mengikutinya? Dan mengapa tren ini begitu populer di kalangan pengguna TikTok?

Pertama-tama, Scarf Challenge adalah tantangan di mana pengguna TikTok menggunakan sehelai kain panjang, seperti syal atau selendang, untuk membuat aksesori yang menarik di tubuh mereka. Tantangan ini menuntut kreativitas dan keahlian dalam mengikat dan melipat kain untuk menciptakan berbagai bentuk dan gaya yang berbeda. Seiring berjalannya waktu, tantangan ini telah mengalami evolusi, dengan pengguna TikTok menciptakan gaya yang semakin rumit dan mencengangkan.

Cara mengikuti Scarf Challenge pun cukup sederhana. Pengguna TikTok hanya perlu memiliki sehelai kain panjang dan memulai proses kreatif mereka. Mereka dapat mengikat kain di leher mereka menjadi ikatan yang elegan, melipat dan memutar kain untuk menciptakan tatanan yang artistik di kepala mereka, atau bahkan memanipulasi kain menjadi aksesori tubuh yang unik seperti topi atau rok. Setiap orang memiliki kebebasan untuk mengekspresikan kreativitas mereka sendiri dalam tantangan ini.

Ada beberapa alasan mengapa Scarf Challenge begitu populer di kalangan pengguna TikTok. Pertama-tama, tantangan ini menawarkan peluang bagi pengguna untuk menunjukkan keahlian dan kreativitas mereka dalam dunia fashion. Mereka dapat menciptakan tampilan yang unik dan mengesankan hanya dengan menggunakan sehelai kain panjang. Selain itu, tantangan ini juga memberikan platform bagi pengguna untuk saling menginspirasi dan bertukar ide. Mereka dapat melihat video kreatif pengguna lain, mencoba gaya yang berbeda, dan bahkan menantang teman mereka untuk ikut serta.

Selain itu, TikTok sebagai platform dengan fitur berbagi video pendek memberikan kemudahan dalam berbagi dan menemukan konten terkait Scarf Challenge. Pengguna dapat dengan mudah menjelajahi tagar atau hashtag terkait tantangan ini dan menemukan video-vide<|endoftext|>

Meninggal Tercekik

Seperti diketahui TikTok, aplikasi jejaring sosial di mana pengguna bisa membuat video dan membagikan musik, telah menjadi suatu platform yang mendunia.

Semua orang dari berbagai belahan dunia sudah mengenal aplikasi TikTok, termasuk anak-anak dan remaja. Karena itu, aplikasi ini dapat mempengaruhi apa yang mereka melakukan dari usia dini.

Ada baiknya orang tua mengawasi konten yang ditonton untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Jika tidak, maka bahaya yang mengancam jiwa taruhannya.

Dikutip dari liputan6.com, seperti kasus yang terjadi kepada seorang remaja perempuan Afrika yang berasal dari Republik Demokratik Kongo.

Remaja itu dilaporkan meninggal setelah mencoba tren berbahaya di TikTok yang mengakibatkan dia meninggal tercekik.

Melansir dari media Mirror, Minggu (18/6/2023), Christy Sibali Dominique Gloire Gassaille yang berusia 16 tahun meninggal pada 27 Mei setelah bermain 'Scarf Game' di rumahnya.

 

Permainan yang berbahaya, variasi dari Blackout Challenge (tren TikTok yang dulu sempat viral), melibatkan orang-orang untuk mengalungkan kain di leher mereka.

Hal tersebut dapat mengakibatkan rendahnya tingkat oksigen ke otak, menyebabkan kejang, cedera serius, dan bahkan kematian.

Christy meninggal bulan Mei lalu, dia dimakamkan di pemakaman Fleury les Aubrais dekat rumahnya di Orléans, Prancis, pada 7 Juni.

Kematian Christy mengikuti berbagai kematian anak muda lainnya yang dilaporkan terjadi setelah mencoba tantangan yang sama di TikTok.

Pada bulan Januari lalu, seorang gadis berusia 12 tahun meninggal di Argentina setelah ikut serta dalam permainan 'Scarf Game' yang sama.

Tren TikTok Clonazepam Challenge

Kemudian pekan lalu, seorang gadis berusia 11 tahun meninggal setelah ikut serta dalam game online yang serupa, dikenal sebagai 'Clonazepam Challenge'.

 

Clonazepam biasanya digunakan untuk mengobati kejang, gangguan panik, dan gangguan kecemasan, di antara kondisi lainnya.

Korban game online ini pingsan di kelas setelah dia meminum dua pil pada 29 Mei lalu.

Gadis sekolah itu didiagnosis mati otak di rumah sakit, tetapi meninggal karena pendarahan otak dua hari setelah dirawat.

Pencegahan Tiktok Milik China

TikTok aplikasi media sosial dari China. (unsplash/Solen Feyissa)

Dalam beberapa bulan terakhir, variasi lain dari permainan 'Whoever Falls Asleep Last Wins' menjadi semakin populer di negara-negara seperti Peru, Chile, Ekuador, dan Meksiko.

Untuk mencegah bertambahnya jumlah korban dalam kasus seperti ini, TikTok milik China kini tampaknya telah menekan konten yang ikut serta dalam tantangan berbahaya, yang tidak lagi muncul saat mencari di aplikasi.

Jadi ketika Anda mencarinya di mesin pencari online 'Scarf Game', sebuah pesan akan muncul yang berbunyi:

"Beberapa tantangan online bisa berbahaya, mengganggu, atau bahkan dibuat-buat. Pelajari cara mengenali tantangan berbahaya sehingga Anda dapat melindungi kesehatan dan kesejahteraan Anda."

Bahkan sebelum kematian Christy bulan lalu, istilah 'Scarf Game' telah dihapus dari platform media sosial itu pada tahun 2021.

Blackout Challenge yang Dulu Viral

Tren 'Blackout Challenge' juga sempat memakan korban yang cukup banyak, dan kebanyakan darinya berasal dari anak-anak yang berusia muda.

Mengutip dari MSN, blackout challenge ini sudah ada sejak 2008. Namun, kembali dilakukan dan viral di 2021.

Adapun para ahli sudah memperingatkan bahaya akan tren tersebut terutama kepada pengguna muda agar tidak mengikuti tren tersebut.

Laporan dari Bloomberg Businessweek, ada setidaknya 15 kematian anak berusia 12 tahun ke bawah yang meninggal dunia dikarenakan mengikuti tren tersebut. Bahkan, lima kematian yang terjadi pada anak berusia 13 dan 14 tahun.

Blackout Challenge merupakan tantangan berbahaya di mana tantangan pingsan yang dilakukan oleh seseorang yang menahan napas kemudian pingsan karena kekurangan oksigen.

 

Tentunya tantangan ini sangat berbahaya dan mengancam nyawa seseorang karena bisa berakibat fatal kepada orang yang melakukannya.

Bahayanya menahan napas tersebut juga dijelaskan oleh Dr Nick Flynn. Jika otak kekurangan oksigen selama lebih dari tiga menit, bisa mengalami kerusakan otak apalagi lebih dari lima menit bisa mengakibatkan kematian. ***