Pengalaman Horor Mita Tinggal di Rumah Kos, Apa Itu?

 

(Dok: Pramono Estu)

JAKARTA (SURYA24.COM) - Mita baru pulang dari kampus. Tiba di rumah kos, ia tak segera masuk kamar, akan tetapi kakinya melangkah ke arah kamar mandi yang terletak di ujung. Hari mulai diselimuti gelap. Mita mendorong salah satu kamar mandi yang kebetulan terbuka sedikit.

Tadinya ia mau ke kamar mandi sebelah, namun pintunya tertutup, dan ia menyimpulkan ada orang di dalam. Mungkin salah seorang penghuni kos, pikirnya.

Mita sedikit bersenandung. Ia buang air kecil. Sebenarnya ia ingin membuang pembalut perempuan di situ. Ia tengah kedatangan bulan. Tiba-tiba diurungkan karena tong sampah kecil tak ada.

Mita baru saja mau membuka pintu ketika tiba-tiba dari kamar mandi sebelah terdengar suara perempuan tertawa menakutkan. Hi hi hi. Sejenak Mita mengernyitkan dahi, ia merasa tak kenal suara itu.

Bulu kudu agak meremang, bergegas membuka pintu dan melangkahkan kaki lebar-lebar menuju ke arah kamar. Mita tiduran di atas pembaringan. Lampu kamar terang. Malam Selasa kliwon.

Hidungnya mencium bau tak sedap. Ia bangkit, lalu baru ingat tadi membuang pembalut di tong sampah kamar.

Mungkinkah bau tak sedap berasal dari situ? Ia menggeleng cepat-cepat setelah bau yang tak sedap ternyata berasal dari lantai.

Dilihatnya ceceran berwarna kuning, seperti masakan Minang. Tapi ia merasa tak membeli masakan itu. Dengan sedikit jijik, dilapnya dengan tisu lalu membuang tisu itu ke dalam tong sampah.

Pukul sembilan malam, Mita masih rebahan. Perutnya tak dirasa lapar, sore hari di kampus makan sama teman-temannya.

 

Ia pun tak berniat ke luar kamar mencari makanan untuk pengganjal perut kalau-kalau tengah malam kelaparan. Toh masih tersedia mie instan.

Lampu kamar dimatikan. Kantuk mulai menyerang. Pulas. Pukul 24.00 ia terbangun karena terasa angin masuk dari kaca nako yang belum ditutup.

Tubuhnya bangkit dan hendak menutup kaca nako. Ia lupa menutupnya malah tirai tak lupa ditutup. Tetiba tercium bau tak sedap lagi.

Ruangan gelap. Tubuhnya masih berdiri dan ia tak berani melangkah ketika dilihat kain putih berkibar di dekat pintu. Namun Mita heran, ia tak merasa menggantungkan mukena di kapstok dekat pintu.

Ia tengah kedatangan bulan dalam beberapa hari dan baru ingat mukenanya terlipat rapi di lemari. Lalu kain putih apa yang berkibar seperti tertiup angin itu?

Tiba-tiba muncul keberanian yang tidak diduga. Rasa penasaran lebih besar ketimbang rasa takut.

Tubuhnya mendekat ke arah kain putih itu dan untuk meyakinkan apakah itu mukena miliknya?

Dadanya berdegup lebih kencang ketika berhadapan dengan sosok yang sebelumnya dikira mukena itu.

Sosok itu sama sekali bukan kain putih apalagi mukena miliknya, namun makhluk menyeramkan.

Berbalut kain panjang putih kumal, wajahnya rusak, matanya bolong dan kepalanya diikat. Dan kedua matanya yang bolong itu tengah menatap Mita. (Seperti dikisahkan Komala Sutha di Koran Merapi) *