Pengalaman Horor Arini KKN di Alaswangi, Ada Apa?

(Dok: Sibhe)

JAKARTA (SURYA24.COM) - Arini mulai sibuk mempersiapkan kebutuhannya untuk mengikuti program pengabdian di sebuah desa atau lebih sering disebut KKN.

Arini bersama delapan teman lainnya yang berasal dari jurusan berbeda tergabung dalam satu kelompok bernama Cemara02.

Setiap anak berasal dari jurusan yang berbeda itulah sebabnya mereka belum saling mengenal.

Sehari sebelum keberangkatan, mereka kumpul bersama untuk sekadar membahas persiapannya menuju desa Alaswangi.

Angga yang saat itu menjabat sebagai ketua mulai membuka obrolan demi obrolan.

Menurut Angga, desa yang nantinya mereka kunjungi merupakan desa yang sudah lama mengasingkan diri, karena penduduk desa tidak ingin mendapat pengaruh dari luar. Bersambung

Namun, dengan usaha dan kerja keras pejabat kampus akhirnya para penduduk desa Alaswangi bisa menerima tim KKN Cemara 02.

Hari yang ditunggu-tunggu telah tiba, dua mobil berangkat menuju desa Alaswangi.

Mobil pertama diisi oleh Arini, Dilar, Lulu, dan Rahina sedangkan mobil kedua diisi oleh Angga, Vita, Neli, dan Sandi.

Perjalanan menuju desa Alaswangi membutuhkan waktu sekitar tujuh jam, melewati jalan tol, pengunungan, jalan desa, dan yang terakhir menyeberangi sungai.

Tentu saja mobil mereka tidak bisa digunakan untuk menyeberangi sungai, oleh karena itu mobil mereka ditinggal di sebuah desa bernama Purwoasri.

Mereka menyeberang sungai menggunakan perahu kecil milik warga, yang hanya bisa dinaiki tiga orang.

Setelah setengah jam menyeberang sungai, mereka harus berjalan untuk masuk ke desa Alaswangi.

Perjalanan tidak begitu jauh, hanya saja jalanannya licin sehingga memperlambat perjalanan. Saat adzan Maghrib berkumandang, mereka sampai di desa Alaswangi.

Pak Surip selaku kepala desa, menyambut kedatangan mereka dan mengantarkannya ke sebuah pendopo. Mereka dijamu dengan minuman khas desa Alaswangi yang bahkan belum pernah mereka rasakan.

“Mohon maaf Bapak, ini minuman khas desa sini ya?” tanya Arini

“O iya benar, istri saya yang buat, Ini dari tumbuh-tumbuhan, jahe, dan gulanya pake gula batu.” ucap Pak Surip.

“Pantas saja Pak, saya baru pertama kali merasakan minuman ini.” kata Dilar. (Seperti dikisahkan Anis Surya Trisanti UNY di Koran Merapi) *