Gara-gara Ini Jepang Terancam Musnah, Kok Bisa? Begini Cerita Lengkapnya

(dok:net)

JAKARTA (SURYA24.COM)   - Jepang dikhawatirkan akan jadi negara yang hanya tinggal nama alias musnah. Pasalnya, banyak generasi muda di sana yang memilih childfree atau tidak berkeinginan memiliki anak.

     Penasihat Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida, Masako Mori, menekankan bahwa Jepang bisa musnah jika tidak bisa mengatasi problema angka kelahiran yang terus saja mengalami penurunan. Jika dibiarkan berlarut-larut, kondisi ini akan menghancurkan 'jaring pengaman' sosial dan ekonomi di Negeri Matahari Terbit.

   Masako Mori mengatakan bahwa dampak dari kondisi ini tidak akan dirasakan dalam waktu dekat. Tapi menjadi bahaya laten yang akan menimpa anak-cucu di masa mendatang.

    "Jika terus seperti ini, negara kita akan hilang. Orang-orang yang harus menjalani proses hilangnya (negara Jepang) itulah yang akan menghadapi kerugian besar. Ini adalah penyakit mengerikan yang akan menimpa anak-anak tersebut," ujar Masako, seperti dikutip dari South China Morning Post.

    Dikutip dari detik.com, resesi seks dan penurunan angka kelahiran di Jepang memang sudah dalam tahap mengkhawatirkan. Tahun lalu, data statistik mencatat, jumlah orang yang meninggal dua kali lebih banyak daripada bayi yang lahir di Jepang.

     Dalam setahun hanya ada kurang dari 800 ribu kelahiran, sementara jumlah kematian sekitar 1,58 juta. Populasi warga Jepang juga telah turun menjadi 124,6 juta dari puncaknya di angka lebih dari 128 juta pada 2008. Laju penurunan pun makin meningkat.

 

Sementara itu proporsi populasi orang di usia 65 tahun ke atas bertambah hingga 29 persen di 2022. Populasi Jepang pun terus menyusut dalam waktu singkat.

   "Penurunan ini tidak terjadi secara bertahap, tapi langsung turun tajam," kata Masako, yang juga menyatakan bahwa nasib anak-anak yang lahir di masa sekarang akan menghadapi kondisi sulit.

   "(Turun) Menukik berarti anak-anak yang lahir sekarang akan terlempar ke dalam masyarakat yang terdistorsi, menyusut dan kehilangan kemampuannya untuk berfungsi dengan baik," lanjutnya.

    Jika tidak segera diatasi, sistem keamanan sosial di Jepang bisa runtuh. Begitu juha kekuatan industri dan ekonomi akan menurun dan tidak akan ada cukup rekrutan untuk Pasukan Keamanan yang bertugas melindungi negara.

   Biaya hidup tinggi, ruang yang terbatas, dan kurangnya dukungan pengasuhan anak di perkotaan membuat membesarkan anak jadi sulit. Hal ini memicu pasangan memutuskan tidak ingin punya anak.

    Daya tarik menikah di kalangan kaula muda Jepang juga telah berubah beberapa tahun terakhir. Banyak yang menunda pernikahan, salah satunya karena pandemi dan mereka juga pesimis dengan masa depan. Bahkan anak muda Jepang malas berkencan.

Anjlok

   epang dikhawatirkan bakal musnah jika tidak dapat memperlambat penurunan angka kelahiran yang kini juga ditakutkan bakal berimbas pada situasi ekonomi. Pasalnya, kini negara tersebut tengah dihebohkan kabar anjloknya angka kelahiran imbas banyak warga enggan menikah dan mempunyai anak.

    Hal tersebut disinggung oleh asisten Perdana Menteri Fumio Kishida. Mengingat pada tahun lalu, kasus orang meninggal berjumlah dua kali lipat dibandingkan kelahiran di Jepang. Angka kelahiran tercatat kurang dari 800 ribu sementara kematian mencapai 1,58 juta.

 

   Terkait kekhawatirannya, Kishida berjanji untuk menggandakan pemberian biaya untuk anak-anak dan keluarga sebagai upaya mengendalikan penurunan angka kelahiran terjadi lebih cepat dari perkiraan.

    Dikutip dari South China Morning Post (SCMP), populasi telah menurun menjadi 124,6 juta dari puncaknya sebanyak 128 juta yang tercapai pada 2008. Sementara itu, jumlah warga berusia 65 tahun ke atas kini terJAKARTA (Surya24.com) bertambah 29 persen dibandingkan tahun lalu.

     Hingga kini, Kishida belum mengumumkan isi dari paket pengeluaran yang baru dirancangnya. Namun ia menyebut, pembiayaan tersebut akan berada pada dimensi yang berbeda dari kebijakan sebelumnya. Sejauh ini dia menyebutkan peningkatan biaya akan meliputi tunjangan anak, peningkatan penyediaan pengasuhan anak dan perubahan gaya kerja.

   Dikutip dari detik.com, ejabat Kementerian Kesehatan, Perburuhan dan Kesejahteraan, sempat menyinggung, ada faktor kompleks di balik penurunan angka kelahiran Jepang. Di antaranya yakni keuangan kalangan muda yang tidak stabil dan minimnya pertemuan sosial.

    "Penurunan angka kelahiran di tahun 2022 kemungkinan besar dipengaruhi oleh penurunan jumlah pernikahan di tahun 2020 akibat datangnya pandemi, mengingat dalam banyak kasus, anak pertama lahir dua tahun setelah menikah," ungkap peneliti senior di Japan Research Institute, Takumi Fujinami dikutip dari Japan Today.

   Selain itu, rendahnya minat warga Jepang untuk memiliki anak juga dipicu oleh biaya hidup yang tinggi di Jepang, dibarengi ruang yang terbatas, dan kurangnya dukungan pengasuhan anak di kota-kota membuat warga sulit untuk membesarkan anak.

Apa Itu Childfree 

  Seperti diketahui InfluencerGitasav dikenal dengan pilihannya untuk childfree. Apa itu childfree? Childfree adalah keputusan pasangan untuk tidak memiliki anak dalam pernikahan mereka.

 

Tak dimungkiri ada banyak pasangan yang bahkan memutuskan berpisah ketika pasangannya tak bisa memberi keturunan.

   Namun nyatanya, tak semua pasangan bisa atau ingin punya anak. dalam kehidupan pernikahan mereka. Banyak yang mengambil keputusan untuk tak memiliki anak atau dikenal juga dengan istilah childfree.

     Dikutip dari cnnindonesia.com, keputusan untuk tak memiliki anak ini tentu bukan sesuatu yang bisa diambil tergesa-gesa. Banyak faktor yang menyebabkan pasangan akhirnya memilih untuk tak memiliki keturunan atau childfree. Tak dimungkiri apa itu childfree adalah keputusan pasangan untuk tidak punya anak dalam pernikahan mereka.

    Setiap pasangan tentu memiliki alasan tertentu ketika tak ingin memiliki anak dalam hubungan pernikahan mereka. Tak ada benar atau salah, namun yang pasti keputusan untuk tak punya anak harus menjadi keputusan bersama antara suami dan istri.

    Apa yang jadi alasan pasangan memilih untuk childfree? Tiap orang pasti punya alasannya sendiri, bahkan dari medis sampai psikologi. Keputusan ini muncul lantaran trauma masa kecil dan rasa takut menularkan trauma ke anak.

    Bisa jadi salah satu di antara pasangan ini atau bahkan keduanya merasa tak memiliki kemampuan untuk menjadi orang tua. Mereka merasa, trauma yang menghantuinya sejak kecil bisa memengaruhi kapabilitasnya dalam mengurus anak.

   Tak cuma itu, pengertian apa itu childfree ini juga sering dikaitkan dengan peribahan iklim.

     Mengutip Washington Post, survei Pew Research Center tahun 2021 terhadap orang dewasa di Amerika tanpa anak, 5 persen dari mereka yang menyebutkan alasan khusus untuk childfree  adalah perubahan iklim atau lingkungan.

 

    Dalam sepucuk surat kepada investor tahun lalu, analis Morgan Stanley mencatat bahwa "gerakan untuk tidak memiliki anak karena kekhawatiran tentang perubahan iklim tumbuh dan berdampak pada tingkat kesuburan lebih cepat daripada tren sebelumnya di bidang penurunan kesuburan."

    Dua ilmuwan di Oregon State University menerbitkan sebuah makalah yang memperkirakan bahwa setiap anak yang lahir di Amerika Serikat menambahkan ribuan ton karbon dioksida ke "warisan karbon" seumur hidup orang tua mereka. dikemas ulang dalam tinjauan literatur tahun 2017 oleh dua ilmuwan keberlanjutan, yang menghitung bahwa memilih untuk tidak memiliki anak akan mengurangi emisi sekitar 60 metrik ton per tahun, jumlah yang secara positif mengerdilkan tindakan lain yang mungkin dilakukan (hidup bebas mobil: 2,4 ton emisi dihindari ; melewatkan satu penerbangan transatlantik: 1,6 ton).

    "Setiap anak yang kita miliki di bagian dunia yang maju akan sangat mahal secara lingkungan," kata Travis Rieder, seorang ahli bioetika di Universitas Johns Hopkins yang berpendapat untuk beralih ke jumlah keluarga yang lebih kecil. Itulah pengertian apa itu childfree yang tengah viral saat ini.

 Bagaimana Islam Memandangnya?

     Tren childfree yang belum lama ini mencuat, menarik perhatian banyak masyarakat. Dampaknya, ada sebagian pihak yang pro, dan lainnya yang kontra. Lantas, bagaimana pandangan Islam mengenai childfree?

   Dalam jurnal berjudul Childfree Perspektif Hukum Islam oleh Ahmad Fauzan, childfree merupakan istilah yang hadir sekitar tahun 1972. Istilah ini dimaknai bagi seorang yang enggan memiliki anak, di mana ia punya alasan tertentu untuk mengambil keputusan yang demikian.

    Mengutip laman Fertility Smarts, childfree adalah tern yang dipakai bagi orang dewasa yang tidak memiliki anak, baik secara biologis atau adopsi. Istilah ini disematkan kepada mereka yang secara sengaja memilih untuk tidak punya anak, atau terhadap mereka yang tidak mampu memiliki anak karena tidak subur.

 

Alasan Orang Memilih Childfree

   Terdapat sejumlah faktor yang menyebabkan seorang atau pasangan suami istri enggan untuk punya anak. Sebagaimana dalam jurnal berjudul Childfree Perspektif Hukum Islam, ada beberapa ahli yang mengemukakan alasan chidfree menjadi pilihan. Menurut Maria Bicharova & Irena Lebedeva, faktor psikologis dan ekonomi menjadi alasan childfree.

   Rudolf Santana berpendapat bila wanita enggan mengandung karena; tingginya biaya hidup, proses melahirkan yang dianggap menyakitkan, khawatir tubuh tak lagi bagus, tidak ingin dan tak mampu mengurus anak, serta fokus mengejar karir.

Jurnal Chidfree Dalam Perspektif Islam oleh Eva Fadhilah menyebutkan lima faktor banyak orang yang memilih hidup tanpa anak:

1. Faktor Ekonomi

Ada orang yang tidak yakin juga cemas bahwa mereka tidak akan bisa memenuhi biaya hidup anak, sehingga dirasa memberatkan dirinya. Kematangan finansial dinilai menjadi faktor paling penting ketika ingin punya anak. Bagi mereka, rezeki berupa materi perlu disiapkan sejak awal agar dapat menghidupi anak.

2. Faktor Mental

Selain keuangan, kesiapan mental juga juga tak boleh diabaikan, lantaran menjadi orang tua bukanlah hal mudah. Kejiwaan atau batin disebut sebagai penyanggah kebahagiaan antara orang tua dengan anak. Bila diri tidak stabil sambil mendidik anak, maka bisa berdampak pada psikis anak ke depannya.

3. Faktor Personal

Anak dirasa sebagai penghambat kesuksesan karir, selain itu kehadiran anak dinilai merepotkan hidup seseorang. Bahkan mereka yang punya pengalaman traumatis juga khawatir tidak bisa menjadi orang tua yang baik.

4. Faktor Budaya

Kehadiran anak dalam sebuah pernikahan yang dianggap utama sehingga banyak keluarga dan kerabat yang menantikannya, bahkan hingga kerap menanyakan yang terkesan menyudutkan. Hal itulah yang memungkinkan seseorang memilih childfree.

5. Over Populasi

Padatnya penduduk dunia menjadi alasan bagi sebagian orang untuk tidak memiliki anak. Sehingga mereka ingin menstabilkan jumlah populasi agar tidak menambah beban bumi.

Bagaimana Islam Memandang Childfree?

    Allah SWT dalam Al-Qur'an mensyariatkan para hamba untuk menikah, tepatnya Surat An-Nur ayat 32: "Nikahkanlah orang-orang yang masih membujang di antara kamu,"

     Anjuran ini salah satunya ditujukan agar kaum muslim punya keturunan yang beriman serta bertakwa kepada Allah SWT. Sesuai tujuan pernikahan yang diungkap Ibnu Qayyim al-Jauziyyah mengutip laman NU Online:

    "Begitu pula dalam pernikahan, tujuannya adalah menjaga keberlangsungan jenis manusia, dan melahirkan keturunan yang sholeh. Alasan ini secara hakikat juga menjadi alasan disyariatkannya pernikahan. Karenanya tidak mungkin terbayang adanya anak sholeh tanpa pernikahan, sehingga menikah adalah sebab yang menjadi perantaranya. Anak sholeh merupakan maksud syariat dan orang berakal. Jika tidak ada pernikahan, maka tidak akan ada anak sholeh."

    Melansir detik.com, Menikah dan memiliki keturunan dikatakan pula sebagai fitrah manusia di dunia, menukil jurnal Childfree Dalam Perspektif Islam. Di mana dapat dilihat dari penciptaan manusia pertama yakni Nabi Adam AS, kemudian menikah dengan Hawwa dan sampai sekarang beranak pinak.

    Lebih lanjut, konsep memiliki keturunan sebagai tujuan dari sebuah pernikahan dapat dilihat juga pada Surat An-Nahl ayat 72:

 

????????? ?????? ?????? ????? ???????????? ?????????? ????????? ?????? ????? ????????????? ???????? ?????????? ????????????? ????? ????????????? ???????????????? ???????????? ???????????? ??????? ???? ?????????????

 

Latin: Wall?hu ja'ala lakum min anfusikum azw?jaw wa ja'ala lakum min azw?jikum ban?na wa ?afadataw wa razaqakum mina?-?ayyib?t, a fa bil-b??ili yu`min?na wa bini'matill?hi hum yakfur?n

Artinya: Allah menjadikan bagimu pasangan (suami atau istri) dari jenis kamu sendiri, menjadikan bagimu dari pasanganmu anak-anak dan cucu-cucu, serta menganugerahi kamu rezeki yang baik-baik. Mengapa terhadap yang batil mereka beriman, sedangkan terhadap nikmat Allah mereka ingkar?

    Dijelaskan pula, adanya kalimat tanya pada akhir ayat di atas dinilai sebagai penegasan tentang fitrah manusia yakni memiliki keturunan. Yang mana jika manusia mengingkarinya sama saja dengan mengingkari nikmat Allah SWT dan melakukan perbuatan batil.

 

   Melansir laman NU Online, Ning Shofiyatul Ummah mengatakan bagi mereka yang childfree karena khawatir tak cukup finansial atau semisalnya. Alasan ini tidak cukup kuat lantaran tak meyakini kasih sayang Allah SWT yang Maha Pemberi Rezeki. Padahal Dia nyatakan dalam Surat An-Nahl ayat 72 bahwa Dialah yang menganugerahi manusia dengan sebaik-baiknya nikmat.

   Menurutnya juga, jika melihat anjuran nikah di mana keutamaannya bisa memiliki anak yang sholeh seperti penjelasan di atas, maka alasan memilih childfree dengan sengaja hendaknya tidak dilakukan. Wallahu a'lam.***