Idul Fitri Tahun Ini Kamu Bisa Nonton Film Buya Hamka, Kabarnya Disiapkan Selama 9 Tahun

(dok:suara.com)

JAKARTA (SURYA24.COM) - Siapa yang tidak kenal Buya Hamka, atau nama lengkapnya Prof. Dr. Haji Abdul Malik Karim Amrullah, adalah seorang ulama dan intelektual terkemuka Indonesia yang lahir pada 17 Februari 1908 di Minangkabau, Sumatera Barat. Ia dikenal sebagai penulis yang produktif, pemikir yang kritis, serta seorang pemuka agama yang sangat dihormati.

Kehidupan Awal dan Pendidikan

  Buya Hamka dilahirkan di sebuah desa kecil bernama Sungai Batang, di Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Ayahnya adalah seorang ulama terkenal di daerah itu, dan sejak kecil Buya Hamka sudah dikenalkan dengan dunia agama. Ia mulai belajar membaca Al-Qur'an sejak berusia lima tahun, dan pada usia 12 tahun, ia telah menghafal seluruh kitab suci Islam tersebut.

   Pendidikan formal Buya Hamka dimulai di Sekolah Rakyat, lalu melanjutkan ke Sekolah Guru di Bukittinggi. Setelah itu, ia melanjutkan pendidikannya ke Sekolah Guru Agama di Padang Panjang, dan kemudian ke Sekolah Tinggi Agama Islam di Jakarta.

Karier sebagai Ulama dan Intelektual

    Setelah menyelesaikan pendidikan, Buya Hamka menjadi guru di sekolah-sekolah di Sumatera Barat. Ia juga aktif dalam kegiatan sosial kemasyarakatan dan menjadi anggota organisasi-organisasi Islam. Pada tahun 1938, ia mendirikan Majalah Pembela Islam yang sangat berpengaruh di kalangan umat Islam.

Buya Hamka juga terkenal sebagai seorang penulis buku-buku Islam terkemuka, seperti Tafsir Al-Azhar dan Sejarah Umat Islam. Karya-karyanya sangat dihormati dan dijadikan acuan oleh banyak kalangan, baik di Indonesia maupun di luar negeri.

   Pada tahun 1956, Buya Hamka terpilih sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat, dan pada tahun 1959, ia diangkat sebagai Menteri Agama dalam Kabinet Kerja II. Namun, ia mundur dari jabatan tersebut setelah beberapa bulan karena tidak setuju dengan kebijakan pemerintah yang ingin membuat agama sebagai alat politik.

Kehidupan Pribadi dan Peninggalan

Buya Hamka menikah sebanyak tiga kali dan memiliki tujuh orang anak. Ia meninggal dunia pada tanggal 24 Juli 1981 di Jakarta pada usia 73 tahun. Warisannya sebagai seorang ulama dan intelektual yang produktif dan kritis tetap terus dihormati dan diingat oleh banyak orang.

   Selain karya tulisannya, Buya Hamka juga dikenal sebagai tokoh yang gigih dalam memperjuangkan hak-hak rakyat, terutama dalam bidang agama. Ia juga aktif dalam gerakan nasionalisme dan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dari penjajah Belanda.

  Di kalangan umat Islam, Buya Hamka dihormati sebagai seorang ulama yang memiliki keahlian dalam berbagai bidang, mulai dari tafsir Al-Qur'an, fiqih, sejarah Islam

9 Tahun dengan Biaya Besar

    Setelah ditunggu lama, film Buya Hamka akhirnya bisa dipastikan akan tayang pada tahun ini. Film garapan kolaborasi rumah produksi Falcon Pictures dan Starvision ini akan tayang pada Idul Fitri, persisnya 20 April 2023.

 

    Film Buya Hamka menjadi salah satu film mewah bagi Falcon Pictures dan Starvision. Apalagi film yang dibintangi Vino G Bastian dan Laudya Cynthia Bella ini sudah dipersiapkan sejak sembilan tahun lalu. Biayanya pun tak main-main.

   "Saya mengucap syukur, Alhamdulillah. Karena karya fenomenal yang berproses sejak Bapak Din Syamsuddin menjabat Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) mengajak saya untuk membuat Film tentang Buya Hamka, seorang ulama besar dan kiai nasionalis yang menjadi Ketua MUI pertama. Karya Film kerjasama Starvision dan Falcon dengan MUI ini membutuhkan sembilan tahun dengan biaya besar, kini telah siap tayang dibioskop. Bismillahirrahmanirrahim," kata produser Starvisio, Chand Parwez dalam keterangan yang diterima Suara.com.

    Sementara Frederica sebagai Produser Falcon Pictures begitu semangat mempersembahkan film besutan Fajar Nugros ini ke masyarakat. Pasalnya menurut Frederica, Buya Hamka bukan sekadar tontonan, tapi juga bisa menjadi tuntunan.

   "Ini adalah bentuk dedikasi kami kepada dunia hiburan Indonesia. Karena film Buya Hamka, bukan hanya menghibur, tapi juga memberikan tuntunan. Kami juga berharap, banyak pelajaran positif yang bisa dipetik usai menonton film ini. Dan momen lebaran merupakan waktu yang pas, untuk menikmati film Buya Hamka bersama keluarga," ujar Frederica.

   Haji Abdul Malik Karim Amrullah, atau lebih dikenal dengan Buya Hamka sendiri merupakan seorang pahlawan nasional, ulama sekaligus sastrawan dan juga politikus. Ke fasehan Buya Hamka dalam berdakwah bukan hanya digemari oleh kaum muslim di Indonesia, namun juga diakui ulama-ulama di dunia.

    Salah satu jasa besar Buya Hamka dalam dunia Islam Indonesia adalah, lahirnya Majelis Ulama Indonesia (MUI). Sedangkan dalam karya seni, selain banyak menerbitkan buku-buku dakwah seperti tafsir Al Azhar, Tasawuf Modern, Falsafah Hidup, dan masih banyak lagi, Buya Hamka juga menghasilkan karya seperti novel Merantau ke Deli, Dibawah Lindungan Kabah, Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck dan lainnya.

 

   Selain Vino G Bastian dan Laudya Chintya Bella, Buya Hamka juga diperankan oleh sederet aktor top; Desy Ratnasari, Donny Damara, Reza Rahadian, Ayu Laksmi, Anjasmara, Marthino Lio, Reybong, Mawar De Jongh, Mathias Muchus, Verdi Solaeman, Teuku Rifnu Wikana, Ben Kasyafani, Wafda Lubis, Ferry Salim, Donny Kesuma, Cok Simbara, Roy Sungkono, Yoriko Angeline, Ajil Ditto, Zayyan Sakha, dan Yoga Pratama.

Dilarang Improvisasi Dialog 

Vino G Bastian dan Laudya Cynthia Bella ungkap kesulitan mereka memerankan tokoh yang penting dalam sejarah Indonesia,

    Vino G bastioan dipercaya untuk memerankan sosok Buya Hamka. Vino pun mengungkapkan tentang dirinya yang begitu sangat berhati-hati dalam bermain di film ini.

   Vino mengatakan dirinya tak ingin terjebak hingga malah mendramatisir tokohnya.

    “Jadi memang sangat hati-hati sekali sih, jangan sampai terjebak mendramatisasi tapi lupa dengan faktanya," kata Vino G Bastian, Jumat (17/3/2023).

   Menurut Vino dalam film Buya Hamka, ketika dirinya memerankan tokokh nasional tersebut tidak boleh improvisasi ketika dalam berdialog.

   Karena apapun yang ada dalam film ini tidak dikurangi ataupun dilebihkan.

   "Satu pengalaman spiritual bukan hanya sebagai pemain film tapi sebagai manusia. Saya tidak boleh mengeluarkan improvisasi suatu dialog, atau apa pun yang pernah diucapkan oleh seorang Buya,” ungkap Vino.

     “Ketika di film ini kita buat yang dialami Buya tanpa mengurangi atau melebihkan” lanjutnya.

   Tentu saja memerankan tokoh yang penting bagi Indonesia menjadi kesulitan untuk Vino. Bahkan hal itu juga turut dialami oleh lawan aktingnya, Laudya Cynthia Bella. Dia memerankan tokoh Siti Raham sebagai istri Buya Hamka.

   "Kesulitan sih. Iya banget karena dari bahasa juga. Karena kalau bahasa dihapal mudah ya. Tapi ini bahasa buat dialog, sulit ya. Untuk bahasa, jadi rasa ke hati connect itu butuh waktu panjang," ucap Laudya Cynthia Bella.

    Laudya mengatakan untuk proses reading naskah film ini hanya sekitar 20 hari. Kesulitan lainnya yang dialami oleh Bella adalah memperdalam literasi dan riset tentang buya hamka.

    "Sementara aku reading hanya sekitar 20 hari. Menurut aku kalau bisa milih pilih ‘please satu bulan lagi readingnya. Selain itu, kesulitan lainnya adalah, harus memperdalam pengetahuan dengan memperbanyak literasi dan riset tentang Buya Hamka, dan hubungannya dengan Siti Raham," kata Bella seperti dilansir suara.com.