Penasaran dengan Apa Arti Marhaban Ya Ramadhan dan Ahlan Wa Sahlan Ya Ramadhan? Begini Penjelasannya
JAKARTA (SURYA24.COM)- Menjelang bulan Ramadan, kamu pasti akan sering mendengar ungkapan “Marhaban Ya Ramadhan”, entah itu berupa seruan atau tulisan berupa spanduk di persimpangan jalan, posting di media social (Medsos) dan sebagainya.
Lantas apa arti ucapan tersebut? Ya biasanya dimaksudkan sebagai sambutan kepada bulan suci yang ditunggu-tunggu kedatangannya oleh umat Islam, bukan hanya di Indonesia tapi di seluruh dunia. Lalu pernahkah kamu bertanya: mengapa kita menggunakan ungkapan “Marhaban Ya Ramadhan” bukan “Ahlan Wa Sahlan Ya Ramadhan”? Bukankan artinya sama-sama "Selamat datang"?
Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata marhaban diartikan dengan kata seru untuk menyambut atau menghormati tamu, yang sederhananya berarti "Selamat Datang". Menurut M. Quraish Shihab dalam bukunya yang berjudul Lentera Hati, para ulama menggunakan kata marhaban –dan bukan ahlan wa sahlan– untuk menyambut bulan Ramadan karena ada perbedaan dalam artinya.
Ahlan terambil dari kata ahl yang berarti “keluarga”, sedangkan sahlan dari kata sahl yang berarti “mudah” (sahl juga berarti “dataran rendah” karena mudah dilalui oleh para pejalan kaki, tidak seperti tanjakan tinggi). Selain itu dalam ungkapan Ahlan wa sahlan yang artinya juga selamat datang, terdapat ungkapan tersirat yaitu (kamu berada di tengah-tengah) keluarga dan (melangkahkan kaki di) dataran rendah yang mudah.
Marhaban, diambil dari kata rahb yang berarti “luas atau lapang”, sehingga marhaban menggambarkan bahwa tamu yang datang disambut dan diterima dengan dada lapang, penuh kegembiraan serta dipersiapkan baginya ruangan yang luas untuk melakukan apa saja yang diinginkannya. Marhaban Ya Ramadhan, “Selamat datang Ramadan”, berarti:
Kami menyambutmu dengan penuh kegembiraan dan telah persiapkan untukmu tempat yang luas agar engkau bebas melakukan apa saja, yang berkaitan dengan upaya mengasah dan mengasuh jiwa kami.
Tidak berlebihan Marhaban Ya Ramadhan dan Ahlan Wa Sahlan Ya Ramadhan adalah dua ungkapan yang sangat terkenal di kalangan umat Muslim selama bulan Ramadan. Kedua ungkapan ini memiliki makna yang dalam dan erat kaitannya dengan bulan suci Ramadan.
Marhaban Ya Ramadhan adalah ungkapan yang digunakan untuk menyambut kedatangan bulan Ramadan. Ungkapan ini berasal dari bahasa Arab, di mana kata "marhaban" memiliki arti "selamat datang" dan "Ramadhan" merujuk pada bulan suci Ramadan. Dalam konteks Islam, ungkapan ini juga mengandung makna yang lebih dalam, yaitu sebagai bentuk penghormatan dan penerimaan terhadap kedatangan bulan Ramadan.
Selama bulan Ramadan, umat Muslim berpuasa dan memperbanyak ibadah. Bulan ini dianggap sebagai waktu yang istimewa dan penuh berkah, di mana umat Muslim berusaha untuk lebih dekat dengan Allah SWT dan memperbaiki diri secara spiritual. Oleh karena itu, dengan mengucapkan Marhaban Ya Ramadhan, umat Muslim menyambut kedatangan bulan Ramadan dengan rasa syukur dan kesadaran akan pentingnya menjalani ibadah di bulan ini.
Sementara itu, Ahlan Wa Sahlan Ya Ramadhan adalah ungkapan yang digunakan untuk menyambut kedatangan tamu di bulan Ramadan. Ungkapan ini juga berasal dari bahasa Arab, di mana kata "ahlan" memiliki arti "keluarga" dan "sahlan" merujuk pada "mudah" atau "senang". Dalam konteks Ramadan, ungkapan ini digunakan sebagai bentuk penghormatan dan sambutan hangat kepada umat Muslim yang menjalankan ibadah puasa selama bulan ini.
Selama Ramadan, banyak umat Muslim yang berbagi makanan dan minuman dengan keluarga, sahabat, dan tetangga. Ahlan Wa Sahlan Ya Ramadhan diucapkan sebagai ungkapan selamat datang bagi mereka yang datang untuk berbuka puasa bersama atau untuk beribadah di masjid selama Ramadan.
Dirangkum dari berbagai sumber kedua ungkapan ini merupakan bentuk penghormatan dan rasa syukur yang diucapkan oleh umat Muslim selama bulan Ramadan. Marhaban Ya Ramadhan mengandung makna penerimaan dan penghormatan terhadap kedatangan bulan suci, sedangkan Ahlan Wa Sahlan Ya Ramadhan mengandung makna sambutan hangat dan penghormatan terhadap tamu yang datang untuk berbuka puasa atau beribadah bersama. Semoga kita dapat merasakan keberkahan dan kebahagiaan di bulan suci Ramadan.
Marhaban Ya Ramadhan, kami menyambutmu dan siap untuk melakukan apa saja demi memperoleh kemuliaan dan kebaikan itu. Marhaban Ya Ramadhan, selamat datang tamu agung yang jika dianalogikan, tamu agung yang berkunjung ke satu tempat, tidak akan datang menemui setiap orang di lokasi tersebut walaupun setiap orang disana mendambakannya.
Sedangkan Ramadhan terambil dari akar kata yang berarti ”membakar” atau “mengasah” Ia dinamai demikian karena pada bulan ini dosa-dosa manusia pupus, habis terbakar, akibat kesadaran, dan amal salehnya. Bulan Ramadan juga diibaratkan sebagai tanah subur yang siap ditaburi benih-benih kebajikan. Semua orang dipersilakan untk menabur, kemudian pada waktunya menuai hasil sesuai dengan benih yang ditanamnya.
Marhaban, kami bergembira dengan kedatanganmu, karena seperti sabda Rasul SAW: “Seandainya umatku mengetahui (semua) keistimewaan Ramadan, niscaya mereka mengharap agar semua bulan menjadi Ramadan.” Di bulan Ramadan ada qadr, malam penentuan yang akan menemui setiap orang yang sudah mempersiapkan diri dengan sebaik baiknya sejak dini pada waktu yang telah ditentukan, yaitu 10 malam terakhir di bulan Ramadan. Kebaikan dan kemuliaan malam Lailat Al-Qadr hanya bisa diraih oleh para pejuang tangguh yang khusyuk beribadah di siang hari dan menghidupkan 10 malam terakhir dengan beribadah mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Dikutip dari idntimes.com Marhaban Ya Ramadhan, kami menyambutmu dan siap untuk melakukan apa saja demi memperoleh kemuliaan dan kebaikan yang telah dijanjikan. Apakah yang harus dipersiapkan untuk menyambut bulan agung ini? Jiwa yang suci dan tekad membaja untuk berperang melawan nafsu, menghidupkan malam dengan sholat dan tilawah Qur-an, dan siangnya dengan beribadah kepada Allah melalui pengabdian kepada masyarakat, bangsa dan negara. Semangaat.***