Penasaran Mengapa Buya Hamka Menolak Dimakamkan di TMP Kalibata? Ternyata Ini Alasannya, Jangan Lupa Lur 20 April Filmnya Diputar Perdana

(Dok:net)

JAKARTA (SURYA24.COM)- Buya Hamka, atau nama lengkapnya Haji Abdul Malik Karim Amrullah, adalah seorang ulama, intelektual, dan penulis terkenal Indonesia yang lahir di Minangkabau pada tanggal 17 Februari 1908 dan meninggal pada tanggal 24 Juli 1981 di Jakarta. Ia dikenal sebagai salah satu tokoh terkemuka dalam dunia Islam Indonesia, dan karya-karyanya yang luas dan beragam telah memberikan kontribusi besar terhadap perkembangan intelektual dan keagamaan di Indonesia.

Buya Hamka adalah anak dari pasangan Tuan Karim Amrullah dan Sitti Shafiyah. Ayahnya merupakan seorang guru agama yang terkenal di daerahnya, sementara ibunya adalah seorang wanita yang cerdas dan mempunyai semangat belajar tinggi. Pada masa kecilnya, Buya Hamka belajar agama Islam dari ayahnya, dan kemudian melanjutkan pendidikannya di sekolah-sekolah Islam setempat. Pada usia 16 tahun, ia pindah ke Padang Panjang untuk melanjutkan pendidikan di sekolah agama yang lebih tinggi.

Buya Hamka memiliki semangat belajar yang tinggi, dan pada usia 19 tahun ia berhasil menyelesaikan pendidikannya di Sekolah Guru Agama di Bukittinggi. Setelah itu, ia melanjutkan pendidikan di Sekolah Tinggi Islam di Jakarta, di mana ia belajar tentang berbagai disiplin ilmu, termasuk bahasa Arab, filsafat, dan sejarah. Ia juga belajar Bahasa Belanda dan Inggris.

Pada tahun 1938, Buya Hamka menulis sebuah novel berjudul "Di Bawah Lindungan Ka'bah", yang kemudian menjadi karya terkenal dan dianggap sebagai salah satu karya sastra Indonesia terbaik sepanjang masa. Novel ini menggambarkan kehidupan masyarakat Minangkabau pada awal abad ke-20, dan menceritakan tentang kisah seorang pemuda bernama Zainuddin yang berjuang untuk mengejar cita-citanya dan mendapatkan cinta sejati.

Selain menulis novel, Buya Hamka juga menulis banyak buku tentang agama Islam, termasuk tafsir Al-Quran, hadis, dan sejarah Islam. Buku-bukunya yang terkenal antara lain "Tafsir Al-Azhar", "Tafsir Al-Munir", "Sejarah Umat Islam", dan "Perjalanan Hidup Rasulullah". Buku-buku ini banyak dibaca dan dijadikan rujukan oleh umat Islam di Indonesia dan juga di luar negeri.

Buya Hamka juga aktif dalam berbagai organisasi Islam, dan ia merupakan salah satu pendiri dan pemimpin Persatuan Islam (Persis) pada tahun 1923. Selain itu, ia juga terlibat dalam Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dan Gerakan 30 September (G30S). Meskipun terlibat dalam politik, ia tetap berusaha mempertahankan integritasnya sebagai seorang ulama dan intelektual.

Karya-karya Buya Hamka telah memberikan kontribusi besar terhadap perkembangan intelektual dan keagamaan di Indonesia. Ia dikenal sebagai salah satu tokoh yang membawa pemikiran yang moderat dan inklusif dalam dunia Islam, di mana ia menekankan pentingnya toleransi, persaudaraan, dan kemanusiaan yang universal. Buya Hamka juga dikenal sebagai seorang pemimpin yang mempunyai jiwa yang besar dan kepedulian yang tinggi terhadap masyarakat. Ia aktif dalam kegiatan sosial dan banyak membantu masyarakat yang membutuhkan.

 

Selain itu, Buya Hamka juga dikenal sebagai seorang guru yang inspiratif, di mana ia telah menginspirasi banyak orang untuk belajar dan mengejar cita-citanya. Ia sering memberikan kuliah dan ceramah, dan kemampuannya dalam berbicara membuat banyak orang terpesona. Banyak tokoh terkenal di Indonesia yang mengakui bahwa mereka telah terinspirasi oleh Buya Hamka, dan karya-karyanya masih terus dihargai dan dibaca oleh generasi muda saat ini.

 

Dalam perjalanan hidupnya, Buya Hamka telah memberikan kontribusi besar bagi perkembangan intelektual dan keagamaan di Indonesia. Ia menunjukkan bahwa agama Islam dan kebudayaan lokal dapat hidup berdampingan, dan bahwa Islam dapat memainkan peran penting dalam mengembangkan bangsa Indonesia. Buya Hamka meninggal pada tahun 1981, namun warisannya masih terus hidup dan mempengaruhi banyak orang hingga saat ini.

Tolak Dimakamkan di TMP Kalibata 

Seperti diketahui film Buya Hamka dalam waktu dekat ini akan segera tayang di seluruh bioskop Tanah Air. Film produksi Falcon Pictures dan Starvision tersebut dibintangi oleh sederet aktor dan aktris ternama Tanah Air, mereka adalah Vino G Bastian, Laudya Chintya Bella, Desy Ratnasari, Donny Damara, Reza Rahadian, Ayu Laksmi, Anjasmara, Marthino Lio, Reybong, Mawar De Jongh, Mathias Muchus, dan yang lainnya. 

Sebagai informasi, berdasarkan keterangan tertulis yang diterima VIVA, Haji Abdul Malik Karim (Hamka) atau lebih dikenal dengan nama Buya Hamka, merupakan seorang tokoh penting yang memiliki jasa besar bagi bangsa Indonesia. Sebagai ulama dan sastrawan yang dikagumi semua kalangan, Buya Hamka diangkat pemerintah sebagai Pahlawan Nasional.

Layaknya pahlawan nasional, Buya Hamka harusnya dimakamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, pada saat meninggal dunia. 

Namun, Buya Hamka justru lebih memilih untuk dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Tanah Kusir Jakarta.

 "Nambo menolak untuk dimakamkan di TMP Kalibata. Padahal, saat itu pemerintah sudah menawarkan untuk di makamkan di TMP Kalibata. Bahkan, saat Buya Hamka meninggal, sudah ada tiga ambulans yang menunggu, diantaranya dari yayasan Bunga Rampai, Rumah Gadang dan pemerintah. Tapi, keluarga memilih untuk menggunakan ambulan dari Rumah Gadang dan dimakamkan di TPU Tanah Kusir, sesuai pesan Buya," ujar Ali Akbar Hasyemi, Cicit dari Buya Hamka dikutip dari keterangan tertulis yang diterima VIVA. 

Akbar juga menjelaskan alasan kenapa Buya Hamka lebih memilih untuk dimakamkan di TPU Tanah Kusir dan tidak di TMP Kalibata. Ternyata, Buya Hamka ingin lebih dekat dengan masyarakat. 

"Seperti kita tahu, kalau untuk ziarah ke TMP Kalibata harus melewati bernagai proses perijinan. Buya Hamka ingin dekat dengan masyarakat, dan siapapun bisa berziarah kapan saja," ucap Akbar. 

Perjuangan Buya Hamka yang begitu besar dalam dunia Islam Indonesia adalah sebagai pendiri Majelis Ulama Indonesia (MUI). Selain itu, Buya Hamka juga melahirkan karya-karya dalam berdakwah di antaranya adalah Tafsir Al-Azhar, Tasawuf Modern dan Falsafat Hidup. Selain itu ada juga novel karya Buya Hamka seperti Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, Merantau Ke Deli dan Dibawah Lindungan Kabah.

Di Angkat ke Layar Lebar

 Bagimana perjuangan Buya Hamka dalam berdakwah dan usahanya demi menegagakan kemerdekaan bangsa Indonesia? Semua terangkum dalam film Buya Hamka. Film itu akan dibagi menjadi tiga babak, babak pertama akan tayang pada 20 April 2023. 

Aktor Vino G Bastian perankan karakter Buya Hamka Photo : IG Vino G Bastian Sinopsis film Buya Hamka babak pertama: Periode di mana Hamka menjadi pengurus Muhammadiyah di Makassar dan berhasil memberikan kemajuan yang pesat pada organisasi tersebut. Hamka juga mulai menulis sastra koran dan cerita romannya disukai para pembaca.

 Hamka dan keluarganya pindah ke Medan, karena Hamka diangkat menjadi pemimpin redaksi majalah Pedoman Masyarakat.  Posisi ini membuat Hamka mulai berbenturan dengan pihak Jepang hingga harus ditutup karena dianggap berbahaya. 

Kehidupan keluarga Hamka pun terguncang ketika salah satu anak mereka meninggal karena sakit. Usaha-usaha Hamka untuk melakukan pendekatan pada pihak Jepang malah dianggap sebagai penjilat dan dimusuhi.***