Penasaran Apa Itu Program Shokuiku untuk Melawan Hipertensi? Begini Penkelasannya

Ilustrasi (Dok:Net)

JAKARTA (SURYA24.COM)- Seperti diketahui hipertensi, atau tekanan darah tinggi, merupakan masalah kesehatan serius yang mempengaruhi jutaan orang di seluruh dunia. Tingginya angka kejadian hipertensi telah menjadi perhatian global karena dapat menyebabkan berbagai komplikasi kesehatan, termasuk serangan jantung, stroke, dan gangguan ginjal. Untuk mengatasi masalah ini, Jepang telah mengembangkan program unik yang dikenal sebagai Shokuiku.

Shokuiku adalah istilah Jepang yang menggabungkan kata "shoku" (makan) dan "ikiru" (hidup), yang secara harfiah berarti "hidup melalui makanan." Program Shokuiku bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya makanan sehat dan gaya hidup seimbang. Program ini telah diimplementasikan secara luas di sekolah-sekolah, tempat kerja, dan komunitas di seluruh Jepang.

Salah satu aspek penting dari Program Shokuiku adalah pendekatan yang diterapkan terhadap pola makan. Shokuiku mengedepankan konsep "Ichiyo Zaidan Hozen" yang berarti mempertahankan pola makan yang seimbang dalam setiap hidangan. Masyarakat diajarkan untuk mengonsumsi berbagai jenis makanan yang mencakup semua kelompok makanan penting, seperti biji-bijian, sayuran, buah-buahan, protein nabati dan hewani, serta produk susu rendah lemak. Makanan yang dikonsumsi sehari-hari haruslah seimbang dari segi gizi dan kuantitas.

Selain itu, Program Shokuiku juga menekankan pentingnya memilih makanan yang rendah garam. Kandungan garam yang tinggi dalam diet dapat memicu hipertensi. Oleh karena itu, Jepang mempromosikan penggunaan kecap rendah garam (shoyu), serta berusaha untuk mengurangi konsumsi garam berlebihan dalam makanan olahan dan makanan siap saji.

Pendidikan dan sosialisasi merupakan aspek penting dalam Program Shokuiku. Di sekolah-sekolah, siswa diajarkan tentang nilai nutrisi dan manfaat makanan sehat. Mereka juga dilibatkan dalam kegiatan pertanian sekolah yang memungkinkan mereka untuk mengalami proses pertumbuhan dan produksi makanan dari tanaman yang mereka tanam sendiri. Hal ini membantu meningkatkan apresiasi mereka terhadap makanan sehat dan memperkuat hubungan mereka dengan sumber makanan mereka.

Di tempat kerja, perusahaan-perusahaan menerapkan kebijakan kantin yang sehat, menyediakan pilihan makanan sehat yang seimbang bagi karyawan mereka. Mereka juga memfasilitasi program edukasi tentang pentingnya makanan sehat dan memberikan dukungan bagi karyawan untuk mengadopsi gaya hidup sehat.

 

Program Shokuiku di Jepang telah memberikan hasil yang positif dalam melawan hipertensi. Berkat pendekatan yang komprehensif terhadap makanan dan gaya hidup sehat, angka kejadian hipertensi di Jepang telah menunjukkan penurunan yang signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Program Shokuiku telah membantu masyarakat Jepang untuk mengadopsi pola makan yang lebih sehat dan memperkuat kesadaran mereka akan pentingnya menjaga tekanan darah dalam batas normal.

Selain menekankan pola makan sehat, Program Shokuiku juga mengajarkan pentingnya menjaga aktivitas fisik yang teratur. Jepang telah mendorong masyarakat untuk berpartisipasi dalam olahraga, kegiatan fisik, dan aktivitas seperti berjalan kaki atau bersepeda. Olahraga yang teratur membantu meningkatkan kekuatan jantung, mengontrol berat badan, dan mengurangi risiko hipertensi.

Program Shokuiku juga memberikan perhatian khusus pada aspek sosial dan psikologis kesehatan. Stress merupakan faktor risiko yang dapat mempengaruhi tekanan darah, dan Jepang berusaha meningkatkan kesadaran akan pentingnya mengelola stres dengan baik. Kegiatan seperti meditasi, yoga, atau mengikuti kelompok dukungan dapat membantu mengurangi stres dan menghasilkan kesejahteraan secara keseluruhan.

 

Salah satu keberhasilan Program Shokuiku di Jepang adalah perubahan pola makan dan gaya hidup yang telah terlihat pada generasi muda. Mereka lebih cenderung memilih makanan sehat dan memperhatikan aspek gizi dalam makanan mereka. Hal ini menunjukkan bahwa pendekatan pencegahan hipertensi melalui Shokuiku dapat memberikan dampak jangka panjang yang signifikan pada kesehatan masyarakat.

Namun, meskipun Program Shokuiku telah memberikan hasil yang positif, tantangan masih ada dalam melawan hipertensi secara menyeluruh. Kesadaran dan pemahaman yang lebih luas tentang pentingnya mengadopsi pola makan sehat perlu terus ditingkatkan, tidak hanya di Jepang, tetapi juga di seluruh dunia. Kolaborasi antara pemerintah, lembaga pendidikan, perusahaan, dan masyarakat umum sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang mendukung gaya hidup sehat dan memerangi hipertensi.

Program Shokuiku di Jepang adalah contoh nyata bagaimana pendekatan yang komprehensif terhadap pola makan dan gaya hidup sehat dapat memiliki dampak positif dalam melawan hipertensi. Melalui pendidikan, sosialisasi, dan kebijakan yang mendukung, masyarakat Jepang telah mengambil langkah-langkah penting dalam mengurangi angka kejadian hipertensi dan meningkatkan kualitas hidup mereka.

Pendapat Ahli

Seperti diketahui Jepang intens membuat inisiatif untuk mengendalikan penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi masyarakat setempat sejak beberapa tahun terakhir. Salah satunya, lewat program edukasi makan atau Shokuiku. Untuk diketahui, shokuiku adalah pendidikan makan yang mengajarkan kebiasaan makan dengan komposisi gizi lengkap dan seimbang, etika makan, sampai kultur menghargai makanan. Program edukasi ini secara serempak diterapkan di sekolah-sekolah sejak dini pada jam makan siang.

Dikutip dari kompas.com, seperti persoalan kesehatan di beberapa negara lain termasuk Indonesia, hipertensi adalah salah satu masalah kesehatan yang mengancam kesehatan warga Jepang. Penyakit ini perlu diwaspadai dan dikendalikan karena menjadi faktor utama penyebab serangan jantung dan stroke.

 Pakar gizi dari Kanagawa Institute of Technology Jepang Profesor Naomi Aiba menjelaskan, kasus hipertensi di Jepang turut dipengaruhi maraknya makanan cepat saji, makanan olahan, sampai kebiasaan jajan.

 “Di Jepang banyak kasus badan kurus tapi punya sindrom metabolik (gangguan tekanan darah, gula darah, sekaligus kolesterol tinggi),” kata Aiba di forum kuliah terbuka Shokuiku (Dietary Education) yang digelar Yakult, di Hamamatsucho, Minato, Tokyo, Kamis (25/5/2023). 

Untuk mengendalikan hipertensi, Aiba menyebutkan program Shokuiku yang diterapkan di sekolah-sekolah turut mengendalikan tekanan darah dengan cara menekan penggunaan garam atau natrium. 

Bagaimana strategi program Shokuiku di Jepang untuk melawan hipertensi? Profesor Naomi Aiba menyampaikan, Jepang menetapkan menu makan siang Shokuiku menggunakan aturan komposisi gizi yang ketat untuk mengendalikan penyakit kronis seperti hipertensi.

 Regulasi tersebut turut mengatur jumlah kalori, protein, lemak, garam, kalsium, magnesium, zat besi, vitamin A, vitamin B1, vitamin B2, vitamin C, dan serat dari menu yang disiapkan ahli gizi sekolah. Aiba memberikan gambaran, aturan konsumsi garam untuk menu makan siang anak sekolah pada 2008 untuk usia 6-7 tahun maksimal 2 gram, usia 8-9 tahun maksimal 2,5 gram, dan usia 10-14 tahun maksimal 3 gram. 

Konsumsi garam untuk menu makan siang di sekolah tersebut lantas diturunkan pada 2021. Penggunaan garam untuk anak usia 6-7 tahun direvisi maksimal 1,5 gram, usia 8-11 tahun maksimal 2 gram, dan usia 12-14 tahun maksimal 2,5 gram. “Penggunaan garam atau natrium di Jepang turun signifikan dibandingkan beberapa tahun sebelumnya. Penurunan konsumsi garam ini efektif menurunkan tekanan darah,” beber Aiba. 

Menurut Aiba, penurunan tekanan darah, khususnya sistolik, dapat meningkatkan kualitas hidup sekaligus menurunkan risiko dan kematian akibat penyakit hipertensi seperti stroke dan serangan jantung. 

“Membiasakan lidah anak-anak dengan makanan yang sudah dikontrol garam, gula, dan kalorinya, ke depan mereka terbiasa membuat pilihan makanan yang lebih sehat,” kata Aiba.

Kurangi garam bukan berarti hambar Ahli gizi dari sekolah dasar St. Dominic’s Institute di Okamoto, Setagaya, Tokyo, Jepang Namekawa menjelaskan, pihaknya punya strategi khusus untuk mencegah konsumsi garam berlebihan pada menu makan siang Shokuiku yang disiapkan di sekolah. 

“Sebisa mungkin anak-anak dibiasakan menikmati makanan sealami mungkin dengan rasa yang ringan, tanpa perlu penyedap, dengan lebih sedikit garam dan gula,” jelas Namekawa, saat ditemui di sekolah setempat, Rabu (24/5/2023). 

Menurut Namekawa, pihak sekolah sebisa mungkin menyiapkan dan mengolah sendiri semua menu makan siang yang diberikan kepada murid. Ia menyebut, segala jenis masakan, termasuk saus untuk salad dibuat sendiri tanpa menggunakan bumbu instan.

 Begitu juga dengan mi atau udon yang dibuat tanpa garam tambahan dan rendah natrium. Meskipun setiap menu makan siang dibuat sealami mungkin, bukan berarti cita rasa makanan hambar. 

Namekawa menjelaskan, pihaknya memakai beberapa bahan alami untuk membuat cita rasa umami atau gurih alami pada setiap sajian. “Untuk kuah atau sup, kami buat dari campuran katsuobushi (serutan ikan tuna asap), rumput laut, dan tulang ayam. Untuk menambah rasa pada kaldu ayam, kami tambahkan sisa-sisa sayuran yang direbus dalam waktu lama agar lebih sedap,” imbuh Namekawa. 

Ya, tidak ada salahnya strategi dan program ini dipakai biar tubuh lebih sehat terlebih masalah hipertensi.***