Meski Miliki Anak Buaya Ini Masih Perawan Lho Bikin Ilmuwan Takjub, Kok Bisa?

Ilustrasi (Dok:Net)

PANTAU JAKARTA-Buaya merupakan hewan yang menarik perhatian banyak orang dengan penampilannya yang kuat dan ganas. Selain itu, cara buaya berkembang biak juga merupakan hal yang menarik untuk dipelajari. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi proses berkembang biak buaya dan bagaimana mereka mempertahankan kelangsungan spesies mereka.

Buaya termasuk dalam kelompok reptil, dan mereka memiliki sistem reproduksi yang berbeda dengan mamalia. Proses reproduksi buaya dimulai dengan musim kawin, yang biasanya terjadi pada akhir musim penghujan. Saat itulah, jantan dan betina buaya bersiap untuk beranak.

Pada musim kawin, jantan buaya akan mencari betina yang siap untuk kawin. Mereka menggunakan suara bergetar dan bau feromon untuk menarik perhatian betina. Setelah pasangan buaya ditemukan, mereka akan melakukan ritual kawin di dalam air. Ritual ini melibatkan gerakan tubuh dan suara khusus yang membantu membangun ikatan antara jantan dan betina.

Setelah proses perkawinan, betina buaya akan mulai membuat sarang untuk bertelur. Mereka mencari tempat yang cocok seperti lumpur atau pasir untuk membuat sarang tersebut. Betina menggunakan kaki belakangnya untuk menggali lubang yang dalam dan meletakkan telur-telur dengan hati-hati di dalamnya.

Buaya betina bisa meletakkan hingga 40 hingga 60 telur dalam satu sarang. Setelah telur-telur diletakkan, betina akan menutup sarang dengan hati-hati menggunakan lumpur atau dedaunan agar sarang terlindungi dari predator dan fluktuasi suhu.

Proses penetasan telur buaya membutuhkan waktu yang cukup lama. Telur-telur buaya biasanya memerlukan waktu sekitar 60 hingga 70 hari sebelum menetas. Suhu di sekitar sarang akan mempengaruhi jenis kelamin anak buaya yang akan menetas. Suhu yang lebih tinggi cenderung menghasilkan buaya jantan, sementara suhu yang lebih rendah cenderung menghasilkan buaya betina.

Takjub

Dilaporkan seekor buaya betina perawan telah hidup dalam isolasi selama 16 tahun di kebun binatang Kosta Rika. Ajaibnya, hewan berumur 18 tahun ini bertelur dan memiliki anak tanpa dikawini buaya pejantan. Temuan ini mengejutkan para ilmuwan, yang menyebutnya sebagai kasus "kelahiran perawan" pertama yang diketahui dari seekor buaya.

Dikutip dari sindonews.com, mMeski demikian, bayi buaya yang masih berada di dalam telur itu ditemukan mati. Temuan itu dilaporkan dalam jurnal Biology Letters yang diterbitkan Rabu lalu. Buaya betinatersebut telah hidup dalam isolasi selama 16 tahun di kebun binatang Kosta Rika. Pada tahun 2018, reptilitubertelur, praktik umum di antara reptil penangkaran, bahkan yang tidak memiliki pasangan. 

"Setelah tiga bulan inkubasi, satu telur mengandung bayi buaya yang lahir mati sepenuhnya," tulis para ilmuwan dalam jurnal tersebut. 

Studi tersebut mencatat bahwa para ilmuwan memeriksa susunan genetik janin buaya. Selama penelitian ini, para ahli menemukan urutan DNA pada janin yang dihasilkan dari reproduksi tanpa bantuan buaya jantan. Ini bukan pertama kalinya ada kelahiran perawan—juga dikenal sebagai partenogenetik, kelahiran tanpa pembuahan—di dunia hewan.

 Para ilmuwan juga mengutip situasi serupa dengan ikan, burung, kadal, dan ular. Namun, ini adalah contoh buaya pertama yang diketahui. Berdasarkan studi baru ini, para ilmuwan memeriksa ulang reproduksi buaya dan hewan terkait. Warren Booth, seorang penulis studi di Virginia Polytechnic Institute and State University, mengungkapkan kepada Newsweek tentang wawasan tersebut, Jumat (9/6/2023).

 "Hal ini juga memberitahu kita bahwa karena buaya dan burung menggunakan mekanisme yang sama, kerabat mereka yang telah punah—dinosaurus dan pterosaurus—juga mungkin mampu melakukan produksi partenogenetik. Gagasan bahwa kehidupan menemukan jalan—seperti di Jurassic Park—adalah bukan fiksi ilmiah sama sekali," kata Booth. 

"Kami memiliki banyak catatan tentang burung, ular, dan kadal yang mencatat kelahiran dan kelangsungan hidup partenogenetik. Oleh karena itu, dengan catatan baru ini, kami baru mulai memahami pentingnya ekologi dan evolusi jangka panjang dari sifat ini," paparnya.***