2 Mumi Alien Bikin Geger Gegara Material Aneh yang Tidak Ada di Bumi Berikut Gara-gara Ini Ukuran Ikan di Laut Menciut Apa Itu?

dok net

JAKARTA (SURYA24.COM)- Alien selalu menjadi subjek yang menarik bagi manusia sepanjang sejarah. Apakah mereka benar-benar ada atau hanya sebatas imajinasi? Artikel ini akan membahas beberapa aspek menarik tentang alien, termasuk sejarah penelitian mereka, bukti-bukti yang telah ditemukan, dan apakah kita benar-benar perlu khawatir.

1. Sejarah Penelitian Alien

Percaya atau tidak, ketertarikan manusia terhadap alien telah ada sejak zaman kuno. Banyak mitos dan legenda dari berbagai budaya mengisahkan tentang makhluk dari luar angkasa yang turun ke bumi. Namun, minat serius terhadap alien sebagai objek penelitian ilmiah dimulai pada abad ke-20. Penampakan UFO (Unidentified Flying Object) menjadi perhatian utama dan memicu penelitian lebih lanjut.

2. Bukti-bukti yang Ada

Meskipun banyak orang percaya bahwa ada bukti yang kuat tentang keberadaan alien, penelitian ilmiah belum secara resmi mengkonfirmasi keberadaan mereka. Beberapa bukti yang sering dikutip meliputi penampakan UFO, klaim abduksi alien, dan fenomena crop circle. Namun, semua ini masih menjadi perdebatan dan belum dapat dibuktikan secara meyakinkan.

3. Apakah Kita Sendirian di Alam Semesta?

Salah satu pertanyaan besar dalam pencarian alien adalah apakah kita sendirian di alam semesta. Teori Fermi, yang dinamai dari fisikawan Enrico Fermi, mengemukakan bahwa dengan miliaran bintang dan planet di alam semesta, harus ada kehidupan di luar sana. Namun, kita belum menemukan bukti konkret tentang keberadaan kehidupan di luar bumi.

4. Kehidupan di Planet Lain

Salah satu tantangan dalam mencari kehidupan alien adalah memahami kondisi yang mungkin ada di planet-planet lain. Beberapa ilmuwan telah mengidentifikasi planet-planet di zona laik huni bintang-bintang lain, di mana air cair dapat ada. Namun, itu belum cukup untuk menjamin keberadaan kehidupan.

Ya, alien tetap menjadi misteri yang menarik dan menjadi subjek diskusi yang tak pernah habis. Meskipun belum ada bukti yang meyakinkan tentang keberadaan mereka, minat terhadap alien tetap tinggi. Mungkin suatu hari nanti, kita akan menemukan jawaban yang memecahkan misteri ini, tetapi sampai saat itu, keberadaan alien tetap menjadi salah satu pertanyaan terbesar dalam eksplorasi alam semesta.

Material Aneh

Dibagian lain, jurnalis dan Ufologist Jaime Maussan bikin geger dunia karena membawa dua mumi alien di Kongres Meksiko, seperti dilansir okezone.com, Rabu (14/9/2023) kemarin.

Dia yakin kedua mumi alien itu bukan makhluk yang bisa ditemukan di Bumi.

Pasalnya penelitian ilmiah yang dilakuan menyimpulkan bahwa kedua mumi alien itu memiliki material yang tidak pernah ditemukan di planet ini.

"Masyarakat mempunyai hak untuk mengetahui tentang teknologi non-manusia dan entitas non-manusia. Kita berbicara tentang topik yang mempersatukan umat manusia, bukan memisahkan kita. Kita tidak sendirian di alam semesta yang luas ini, kita harus menerima kenyataan ini," kata Jamie Maussan, dikutip dari livescience, Kamis (14/9/2023).

Klaim itu sontak membuat dunia geger. Hanya saja banyak orang pesimis bahkan mencibir Jaime Maussan itu sendiri.

Pasalnya Jaime Maussan pernah membuat kehebohan yang nyaris sama ketika mengklaim menemukan mumi yang sangat tidak biasa di Peru pada 2017.

Saat itu Jaime Maussan menyebutkan mumi yang dia temukan sangat tidak biasa dengan kondisi manusia di bumi.

Mumi itu memiliki bentuk jari yang begitu panjang dan hanya punya tiga jari, membuat tim ekspedisi mengklaim mereka telah menemukan mumi dari sosok alien.

Sama seperti kegaduhan di Meksiko, Jaime Maussan juga menguatkan temuannya dengan pendekatan ilmiah. Waktu itu dia mengklaim berdasarkan penelitian yang dilakukan mumi berjari tiga itu sudah ada di Bumi sejak abad 5.

Salah satu peneliti yang dilibatkan Dr Konstantin Korotkov juga ikut sumbang suara. Dikutip dari The Daily Mail, dia menyebut dirinya seorang pakar komputer sains dan biofisik dari Saint-Petersburg Federal University, Rusia.

Dia mengklaim telah melakukan uji DNA dari mumi ini, dan menekankan mumi tak punya struktur anatomi manusia, meski punya 23 pasang kromosom di DNA seperti manusia.

 

Hanya saja temuan ilmiah akan selalu membuka peluang buat para ilmuwan lainnya untuk memberikan perspektif berbeda. Begitu juga yang terjadi saat Jaime Maussan membeberkan temuan mumi berjari panjang itu.

Sekelompok ilmuwan kemudian melakukan penelitian independen yang akhirnya justru menyebutkan bahwa mumi tersebut merupakan hasil rekayasa.

Salah satu yang melakukan adalah Andrew Nelson, Profesor Antropologi dari University of Western Ontario, Kanada. Dia mengatakan dari penelitian yang dilakukan disinyalir mumi tersebut merupakan mumi manusia yang telah dimanipulasi.

"Lapisan putih yang ditambah dilakukan untuk menyembunyikan upaya manipulatif itu," sebut Andrew Nelson.

Di Peru sendiri kritikan berdatangan dari para peneliti dan arkeolog. Selusin peneliti mumi di negara itu mengeluarkan surat pernyataan yang mengecam praktik tersebut dan mengatakan bahwa praktik tersebut telah melanggar sejumlah norma nasional dan internasional.

"Saya merasa sangat menjijikkan jika ada orang yang [berani] melakukan dehumanisasi pada tubuh manusia yang telah meninggal. Anda tidak dapat menghilangkan kondisi manusia menjadi manusia!" kata Guido Lombardi, seorang profesor ilmu forensik di Universidad Peruana Cayetano Heredia, Peru.

Kondisi itu juga yang diyakini terulang saat Jaime Maussan kembali menghadirkan dua mumi yang dia klaim sebagai alien.

Hanya saja masih seperti dulu klaim tersebut bisa membuka hadirnya penelitian-penelitian lain yang bisa saja membantah klaim Jaime Maussan.

Harriet Brewis dari Indy100 mengatakan kedua mumi alien itu memiliki kemiripan dengan enam spesimen fosil yang ditemukan di dalam tambang dekat situs warisan Nazca Line UNESCO pada 2017.

Dia mengatakan dari hasil sampel DNA yang diperiksa pada 2017, diketahui bahwa spesimen itu 100 persen adalah manusia. "Kini penampilan spesimen yang aneh mungkin telah dirusak agar terlihat lebih asing," jelasnya.

 

Sementara The Peruvian World Congress on Mummy Studies justru mengecam pernyataan Jamie Maussan. Mereka mengatakan klaim Jamie Maussan sebagai tipuan.

Ke depannya mereka berharap ada penyelidikan resmi apakah tindakan Jamie Maussan merupakan kejahatan arkeologi.

 “Mereka yang terlibat dalam kegiatan ilmiah tampaknya percaya bahwa mumi tersebut adalah alien kuno, namun mereka menderita karena keinginan untuk mempercayainya," tulis keterangan resmi The Peruvian World Congress on Mummy Studies.

Ikan di Laut Menciut

Ikan adalah kelompok vertebrata dengan ukuran beragam, mulai dari yang kecil seperti ikan teri hingga raksasa seperti ikan hiu dan ikan paus. Namun, sebuah studi menunjukkan, beberapa ukuran ikan di lautan semakin mengecil seiring dengan hangatnya habitat mereka. Misalnya, seperti dilansir The Conversation, Selasa (20/6/2023), spesies ikan komersial di Laut Utara telah menyusut sekitar 16 persen dalam waktu 40 tahun hingga 2008. Sementara itu, dalam kurun waktu yang sama, suhu air laut meningkat sebesar 1-2 derajat Celsius. Tren penyusutan ini diperkirakan akan memperburuk dampak pemanasan global terhadap ekosistem secara signifikan. 

Hubungan pemanasan global dan ukuran ikan Dikutip dari ABC News, Selasa (20/6/2023), air yang lebih hangat memicu penyusutan ukuran tubuh ikan. Teori paling populer saat ini menyatakan, kondisi tersebut dapat terjadi lantaran ketidaksesuaian antara jumlah oksigen yang dibutuhkan dengan jumlah yang dapat diperoleh. Ikan memerlukan oksigen untuk mempertahankan metabolisme tubuhnya.

Namun, jumlah oksigen yang dapat diperoleh melalui insang tidak mencapai angka tersebut. Jika ikan mencapai ukuran tubuh tertentu, insangnya hanya dapat menyuplai oksigen yang cukup untuk menjaga tubuhnya tetap berenang, sehingga tidak ada oksigen tersisa untuk pertumbuhan. 

Tumbuhan dan invertebrata juga menyusut Dilansir dari The Guardian, dikutip kompas.com Kamis (7/9/2023), meski paling umum terjadi pada ikan, penyusutan juga dialami beberapa tumbuhan dan spesies invertebrata atau hewan tanpa tulang belakang. 

Temuan tersebut disimpulkan dalam jurnal Science, setelah peneliti dari 17 universitas di dunia mengumpulkan data dari 4.292 mamalia, invertebrata, tumbuhan, ikan, amfibi, dan reptil. 

"Dalam beberapa spesies, individu menjadi semakin kecil. Dan spesies yang lebih besar akan digantikan oleh spesies yang lebih kecil ketika mereka menghilang," ujar peneliti utama dari York University, Ines Martins.

 "Tren ini paling jelas terlihat pada ikan, di mana kami melihat bukti adanya penyusutan ukuran tubuh," lanjutnya. 

Sementara itu, untuk organisme lain, data yang tersedia lebih sedikit, sehingga peneliti tidak benar-benar melihat perubahan apa pun dari rata-rata ukuran tubuh. 

Menurut penelitian, saat organisme berukuran besar menghilang, organisme lain dengan ukuran lebih kecil dan jumlah lebih banyak akan mencoba mengambil alih tempat tersebut. Organisme lebih kecil juga akan menggunakan sumber daya yang tersedia, yang ditinggalkan makhluk hidup berukuran besar. Kondisi tersebut akan membantu menjaga biomassa, keseluruhan makhluk hidup di perairan, untuk tetap konstan, serta mendukung gagasan bahwa ekosistem akan mengimbangi perubahan. 

Penulis senior Maria Dornelas dari St Andrews University menjelaskan, menciutnya ukuran organisme memiliki dampak penting pada lingkungan. Sebab, ukuran hewan sangat menentukan kontribusi mereka terhadap fungsi ekosistem, serta manfaatnya bagi manusia. 

"Ikan yang lebih besar biasanya dapat memberi makan lebih banyak orang dibandingkan ikan yang lebih kecil," ungkap Dornelas.***