Beberapa Kabid Bertindak Melebihi Tupoksi

Terjadi Dualisme Kepemimpinan Kadis PUPR Dumai

Muhammad Hasbi

DUMAI (Surya24.com) - Sebagaimana kita pahami bahwa dalam kehidupan ini ada dua prinsip yang saling bertentangan, seperti ada kebaikan ada pula kejahatan, ada terang ada gelap. Keadaan bermuka dua, yaitu satu sama lain saling bertentangan atau tidak sejalan. Ada pimpinan dalam pengurus organisasi atau dinas bakal digulingkan jika hal ini tidak disikapi dengan serius.

Seperti yang terjadi saat ini ada semacam perebutan kekuasaan pada Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Kota Dumai yang melebihi kewenangan selaku Kepala Bidang. Mereka seolah mengabaikan perintah Plt Kepala Dinas PUPR Kota Dumai, Zulkarnain.

Selain itu, ada salah satu Kepala Bidang tidak mau datang ketika dipanggil oleh Sekda Dumai, Herdi Salioso. Ketua Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Nasional (YLBHN) Muhammad Hasbi menyebutkan ada semacam dualisme kepemimpinan terjadi pada dinas tersebut. 

" Nampaknya terjadi dualisme kepemimpinan, ada salah seorang Kabid menjadi Kadis PUPR bayangan mengatur semua proyek PUPR yang ada, bahkan bekerjasama dengan Dewan mengatur proyek-proyek. Tindakan mereka melebihi Tugas Pokok dan Fungsinya (Tupoksi) sebagai Kabid, "kata Hasbi, Kamis (19/3/2020).

Dikatakan Hasbi, beberapa Kabid selalu mengatur proyek di PUPR dengan kekuasaan monopoli. Mereka juga bekerjasama dengan konsultan perencanaan dan pengawas untuk menjual paket pada rekanan kontraktor.

" Dia sudah mengatur semua proyek dan menjadi Kadis PUPR Bayangan di dinas tersebut. Ketika dipanggil Sekda ada salah satu Kabid yang membangkang tidak mau datang. Ini semacam melebihi kekuasaan kepala dinas. Sedangkan kepala dinasnya saja ketika dipanggil Sekda datang, apalagi mereka-mereka itu masih Kabid kok tak mau tunduk pada atasan, " tegas Hasbi.

Secara struktural, kata Hasbi, bisa saja pemimpin bayangan ini tidak terlihat. Namanya tidak muncul dalam struktur organisasi. Atau bila namanya tertulis, mungkin saja tidak berada dalam posisi tertinggi. Namun demikian, segala keputusan organisasi yang dihasilkan bersumber dari pemimpin bayangan ini, sedangkan posisi resmi pemimpin dalam struktur organisasi hanyalah sekedar formalitas.

Dia yang namanya tertulis sebagai pimpinan puncak hanyalah sekedar boneka yang berfungsi sebagai asesori. Meminjam istilah lain "pemimpin boneka" ini dapat dikatakan sebagai pelengkap penderita. Yang dilakukan pemimpin pelengkap penderita ini barangkali hanya tanda tangan dan mendatangi acara-acara seremonial. Namun bila terjadi ”apa-apa,” dia nanti yang akan diseret duluan. Itulah sebabnya mengapa disebut pelengkap penderita.

" Mengapa pemimpin bayangan dapat muncul?, ada beberapa penyebab sehingga muncul pemimpin bayangan. Namun yang sering saya temukan, pemimpin bayangan ada karena ketidaktegasan pemimpin resmi mengelola organisasi, " terang Hasbi. 

Hasbi menambahkan, keberadaan pemimpin bayangan ini bisa saja berdampak positif atau sebaliknya. Positif tidaknya efek yang ditimbulkan bagi jalannya organisasi jelas tergantung pada pemimpin bayangan itu, bukan pada pemimpin resmi.

"Jika pemimpin bayangan menjalankan fungsinya sebagai pemimpin yang amanah, anggota organisasi tentunya tidak mempermasalahkan hal itu. Namun jika kendali yang ada di tangan membuat pemimpin bayangan merasa boleh melakukan apa saja sesuai keinginan dirinya, anggota organisasi tinggal menentukan pilihan, tetap di tempat itu dengan segala konsekuensinya atau angkat kaki, "pungkas Hasbi. (cu)