Menag Singgung Politisasi Agama Pilgub DKI Kata Gus Muhaimin Omongan Buzzer

Bakal Cawapres Muhaimin Iskandar/RMOL

JAKARTA (SURYA24.COM) -  Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas kembali menuai sorotan usai meminta  masyarakat tak pilih pemimpin bermulut manis dan menggunakan agama seperti di Pilgub 2017.

Meski tak menyebut nama, pernyataan ini dinilai menyindir pasangan bakal Capres-Cawapres Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar yang diusung Koalisi Perubahan untuk Persatuan.

Menanggapi pernyataan Menag tersebut, Muhaimin Iskandar alias Cak Imin tak ambil pusing. Dia justru mengatakan pernyataan tersebut layaknya diucapkan Buzzer.

"Ah, itu omongan buzzer," singkat Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa itu usai menghadiri apel Pancasila Sakti di Tugu Proklamasi, Jakarta Pusat, seperti dilansir Kantor Berita Politik rmol, Minggu (1/10).

Menag Yaqut menyadari, agama dengan politik tidak dapat dipisahkan. Namun demikian, agama tidak boleh digunakan sebagai alat politik untuk memenuhi nafsu kekuasaan.

"Jangan karena bicaranya enak, mulutnya manis, mukanya ganteng itu dipilih. Jangan asal begitu, harus dilihat dulu track record-nya bagus, syukur mukanya ganteng, syukur bicaranya manis, itu dipilih," katanya saat menghadiri acara doa bersama Wahana Nagara Rahaja di Hotel Alila, Solo, Sabtu (30/9).

"Kita masih ingat, ada penggunaan agama secara tidak baik dalam politik beberapa waktu yang lalu, waktu pemilihan Gubernur DKI Jakarta dan Pemilihan Presiden," lanjut Menag.

Tunggu Restu Megawati

Sementara itu, meski Gibran terkendala batas usia minimum capres dan atau cawapres jika mendampingi Prabowo menjadi cawapres.

Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto menegaskan bahwa pihaknya telah menyepakati Ganjar Pranowo menjadi capres bukan tokoh lain.

"Kalau capres kan sudah Pak Ganjar Pranowo, kalau cawapres nunggu diumumkan, begitu ini diumumkan maka langsung TPN Ganjar Pranowo dan satunya, wakilnya, itu kemudian dilengkapi, dengan visi misi, dengan struktur pemenangan, itu langsung didaftarkan di KPU," tegas Hasto di JiExpo Kemayoran, Jakarta Pusat, dilansir rmol.id, Minggu (1/10).

Hasto menambahkan, Gibran telah membuka dialog dengan PDIP mengenai tawaran menjadi cawapres tersebut.

"Kita tunggu, tetapi Mas Gibran juga telah sampaikan pada kami dalam berbagai dialog-dialog internal terkait hal tersebut ya," katanya.

Dalam berpolitik, Hasto menilai perlu adanya perjuangan atau rela berkorban untuk kepentingan yang lebih besar.

"Sehingga kami percaya bahwa berpartai itu untuk memperjuangkan kepentingan yang lebih besar," demikian Hasto.

Bunuh Diri 

Dibagian lain  analis politik dari Universitas Esa Unggul Jamiluddin Ritonga, Puan hanya lip service dan tidak menaruh atensi dengan rumor tersebut.

"Jawaban Puan itu tampaknya hanya basa basi politik saja. Puan sesungguhnya tidak begitu respek atas pertanyaan tersebut," kata Jamiluddin kepada Kantor Berita Politik RMOL, Minggu (1/10).

Menurutnya, Gibran tidak akan dilepas oleh PDIP khususnya oleh Puan lantaran menjadi bumerang bagi banteng itu sendiri.

"Sebab, kalau Puan memberi jalan kepada Gibran untuk mendampingi Prabowo, itu sama saja tindakan bunuh diri," ujarnya.

PDIP dikatakan bunuh diri jika mengijinkan Gibran ke Prabowo, lantaran Ganjar dipastikan akan kalah telak di Jawa Tengah.

"Kalau Gibran mendampingi Prabowo, maka suara di Jawa tengah akan terbelah. Sebagian akan ke Ganjar, dan sebagian lagi ke Prabowo. Bahkan tak menutup kemungkinan Suara ke Ganjar akan tergerus dan pindah ke Prabowo," jelasnya.

"Hal itu tentu tidak diinginkan PDIP, termasuk tentunya Puan. Sebab, kalau hal itu terjadi, peluang Ganjar menang pada Pilpres 2024 akan semakin kecil. Bahkan Jawa Tengah tidak akan menjadi basis PDIP lagi," tutupnya.***