WADUH! Aroma Korupsi Pembelian Pesawat RI Pertama, Padahal Uang Hasil Patungan Rakyat Aceh

(Dok: Seulawah001. ©2022 tni-au.mil.id)

JAKARTA  (Surya24.com) - Rakyat Aceh dengan semangat yang membara, berpatungan untuk membeli pesawat udara yang diminta Bung Karno. Dananya sebagian raib dikorupsi?

Pada Juni 1948, Presiden Sukarno melakukan muhibah ke Aceh. Di Tanah Rencong tersebut, Bung Besar mendapat sambutan yang gegap gempita. Tidak hanya disambut bak pahlawan, Bung Karno pun didapuk oleh tokoh-tokoh Aceh untuk menyebut sesuatu yang dibutuhkannya buat perjuangan dan membangun pemerintah baru di bawahnya.

 

Melansir merdeka.com, sang presiden tentu saja merasa tersanjung dengan permintaan itu. Setelah mengucapkan banyak terimakasih atas niat baik tokoh-tokoh Aceh itu, dia lantas berkata:

"Alangkah baiknya jika Indonesia mempunyai kapal udara untuk membuat pertahanan negara dan mempererat hubungan antara pulau dan pulau…" kata Sukarno seperti dituliskan oleh M. Nur El Ibrahimy dalam Kisah Kembalinya Tengku Muhammad Daud Beureueh ke Pangkuan Republik Indonesia (1979).

Uang Beli Pesawat Raib

Begitu keluar ucapan tersebut dari mulut Sukarno, tanpa banyak cakap, rakyat Aceh merogoh saku dan mencopot perhiasan yang ada di tubuh mereka. Begitu tingginya semangat untuk berkorban, hingga konon antrean para donatur (terdiri dari kalangan kaya maupun kalangan biasa) di beberapa masjid dan pusat pemerintahan Kotaradja (sekarang Banda Aceh) panjangnya sampai ratusan meter. Beberapa jam kemudian terkumpulah dana sebesar 120.000 straits dollar ditambah 20 kg emas.

Singkat cerita, dana itu kemudian dianggap lebih dari cukup untuk membeli sebuah pesawat terbang. Untuk melancarkan proyek itu dipilihlah Wiweko Soepono, penerbang senior Indonesia sekaligus salah satu pendiri Garuda Indonesia Airways (GIA).

Dengan bekal wessel 120.000 Straits Dollar, dia kemudian terbang untuk mencari pesawat di Thailand. Namun anehnya, saat Wiweko ke bank yang menjadi tempat penyimpanan uang tersebut, dia hanya diberitahu jika dana yang ditransfer hanya 60.000 Straits Dollar saja. Jadi raib 50%!

Wiweko akhirnya mafhum, dirinya dibohongi. "Saya hanya menerima setengah dari dana sumbangan…," ungkapnya ketika diwawancara oleh seorang jurnalis dari majalah Angkasa pada awal tahun 2000.

Gunung Emas

Siapa yang menilap setengah uang hibah rakyat Aceh itu? Sampai meninggal pada 8 September 2000, Wiweko mengaku tak tahu sama sekali.

Dia pun tak mau berspekulasi bahwa pemberi wessel (yang enggan dia sebut namanya) adalah penilep sebagian uang sumbangan itu. Untuk menghindari fitnah dan intrik, Wiweko memotokopi pencairan wessel tersebut. Hingga dirinya beranjak tua, fotokopi wessel itu tetap dia simpan.

Dengan uang 60.000 straits dollar, perwira Angkatan Udara Republik Indonesia itu berhasil membawa pulang sebuah Dakota DC-47B yang kemudian diberi nama Seulawah (artinya Gunung Emas).

Nomor registrasi penerbangannya: RI-001. Pesawat itu kemudian secara resmi menjadi pesawat kepresidenan pertama sebelum beberapa tahun kemudian dikomersialisasi untuk melayani penerbangan sipil di Burma.

Lantas, bagaimana kabar uang 60.000 staits dollar dan 20 kg emas hasil sumbangan dari rakyat Aceh? Laiknya kasus-kasus mega korupsi yang terjadi kemudian, soal itu seolah sirna, tertumpuk cerita-cerita sejarah yang lainnya hingga orang-orang lupa sama sekali.***