Kisah Miris Siswa SMA Ini, Jualan Sayur Keliling Demi Biaya Sekolah, Seragam Cuma Ada Satu

(Dok: ©2022 Merdeka.com/tiktok.com/kangkris_official)

JAKARTA (SURYA24.COM)  - Semua anak di Indonesia wajib mengenyam pendidikan. Namun, tidak semua pelajar di Indonesia mempunyai nasib yang sama satu dengan yang lainnya.

Sebuah video memperlihatkan perjuangan Adia, seorang siswa SMA yang rela berjualan sayur keliling demi memenuhi biaya untuk sekolah.

Melansir merdeka.com, hal itu ia lakukan untuk membantu ibunya yang menjadi buruh cuci dengan penghasilan yang tidak seberapa. Berikut ulasannya.

Jualan Sayur Keliling

Sebuah video yang diunggah oleh akun Tiktok @kangkris_official memperlihatkan perjuangan siswa SMA yang harus berjualan sayur keliling sambil memakai seragam.

Ia rela berjualan sayur keliling untuk membayar biaya sekolahnya sendiri. Dalam video tersebut, terlihat sang siswa memikul pikulan yang berisi sayuran dan menawarkannya ke rumah-rumah warga.

“Ia pikul sayur-sayuran dan ia jajakan sepanjang jalan menuju ke sekolah, ia lakukan semua ini karena tidak ingin putus sekolah,” tulis keterangan di dalam video.

Seragam Cuma Punya Satu

Kekurangan dalam ekonomi juga membuat Adia mengalami kesulitan dalam membeli seragam. Dikatakan juga dalam video tersebut bahwa ia hanya mempunyai satu pasang seragam.

Ia memakai satu pasang seragam sekolah dan satu pasang sepatu yang dipakai untuk sekolah setiap hari.

“Tahukah Anda bahwa Adia hanya memiliki satu setel seragam sekolah dan satu pasang sepatu,” tulis keterangan video.

Mengumpulkan Uang untuk Beli Seragam

Meskipun hanya punya satu seragam, Adia juga tidak berhenti untuk berjuang dalam membeli seragam untuk ganti.

Ia setap hari mengumpulkan uang sedikit demi sedikit supaya bisa membeli seragam sekolah lagi.

“Adia juga inisiatif buat beli seragam hasil berjualan Adia suka ngumpulin uang Rp5.000 sehari kadang Rp2.000,” Kata Adia.

Bantu Orang Tua

Semua yang dilakukan oleh Adia adalah dalam rangka untuk membantu orang tua. Bapaknya yang sakit dan ibunya yang hanya menjadi buruh cuci membuatnya harus ikut mencari nafkah.

Adia mengatakan bahwa bapaknya yang sudah tiga tahun sakit membuat ibunya harus bekerja, akan tetapi penghasilan ibunya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan.

“Bapak lagi sakit udah tiga tahun dan akhirnya ibu yang nafkahi keluarga. Berangkat pagi pulang maghrib paling bawa uang Rp50 ribu,” ujar Adia.***