MERINDING! Musang Jadi-jadian Pemakan Ayam Orang Kampung

Musang raksasa itu berdiri dengan mata merah. (Ilustrasi:harian merapi,com/ Pramono Estu)

JAKARTA (SURYA24.COM) - Musang sudah terbiasa makan ayam kampng. Tapi yang ini musang jadi jadian, sehingga membuat orang jadi ketakutan.

Beberapa hari ini Lik Tupar geram. Betapa tidak?! Hewan peliharaannya, berupa beberapa ekor ayam kampung, sering hilang. Bukan dicuri maling.

Memngutip harian merapi.com, tetapi dimangsa musang atau orang biasa menyebut luwak. Lik Tupar ‘ngigit- igit’ ingin menangkap binatang tersebut hidup atau mati.

Tengah malam Lik Tupar mendengar suara klubak- klubuk di belakang rumahnya, tempat dia mengandangkan ayam- ayam kesayangannya.

Spontan dia turun dari amben dan melangkah menuju kandang ayam. Pentungan kayu sepanjang satu meter dia genggam erat- erat.

Mungkin karena indera pendengarannya sangat tajam, musang itu lari terbirit- birit ketika Lik Tupar datang mendekat ke kandang.

Melihat musang lari tunggang- langgang, teramat sangat cepat, Lik Tupar semakin gusar. Dikejarlah musang tersebut.

Mencari selamat, musang itu ‘ndlesep’ masuk ke semak belukar di pinggir selokan di tepi areal pesawahan. Kehilangan jejak, Lik Tupar hanya bisa celingak-celinguk.

Lalu mengeluarkan sentolop kecil yang ada di dalam kantung celananya. Sentolop dia celorotkan ke kanan ke kiri.

Tidak ada sesuatu yang tampak, kecuali hanya gerumbulan semak belukar setinggi perut orang dewasa.

Hah?! Kira- kira sepuluh meter dari tempatnya berdiri, Lik Tupar melihat semak belukar itu bergerak- gerak. Padahal tidak ada angin sedikit pun.

“Aneh. Kenapa semak belukar itu bisa bergoyang- goyang?”, pikir Lik Tupar dalam hati.

Gandrik! Lik Tupar kaget bukan main. Dari tengah semak belukar yang bergoyang- goyang, dia melihat musang yang tadi dia kejar, muncul keluar.

Sinar matanya yang kemerahan, musang itu memandang tajam ke arahnya. Dengan kaki depan yang seakan berkacak pinggang, musang tersebut seperti menantangnya: “Tangkaplah aku, kalau berani!”.

Tidak hanya itu. Di belakang musang berkacak pinggang itu tiba- tiba muncul bayangan hitam berbentuk musang. Tingginya tidak kurang dari satu setengah meter. Kedua matanya menyorotkan sinar berwarna merah.

Bayangan hitam setinggi satu setengah meter di belakang musang tersebut sepertinya menjadi pelindungnya.

Melihat itu Lik Tupar ngoplok, ketakutan. Pentungan kayu yang dia genggam erat- erat tidak terasa jatuh ke tanah.

Lik Tupar lari terbirit- birit, pulang. Di kejauhan, kira- kira limapuluh meter di belakangnya, dia mendengar suara orang tertawa. Sepertinya menertawakan dirinya. - Nama samaran. (Seperti dikisahkan FX Subroto di Koran Merapi) *