Pengalaman Mas Marno, Temannya Sesama Perantau di Malaysia Tiba-tiba Datang Mau Bayar Utang, Padahal Sudah Meninggal, Kok Bisa? Begini Ceritanya

(Dok: Pramono Estu)

JAKARTA (SURYA24.COM) - Giyanto dan Marno adalah sahabat dekat. Keduanya sama-sama perantau di Malaysia. Tapi keduanya harus terpisah karena Marno harus pulang duluan ke Indonesia.

Dia memutuskan kerja di kampung halaman karena kontrak kerja sudah habis dan juga karena dia tak bisa jauh dari bayinya.

Sepuluh tahun tak bertemu tiba-tiba Giyanto berkunjung ke rumah Marno. Marno tak menyangka, sahabat yang ia tinggalkan di tanah rantau mengunjunginya.

Badannya lebih berisi, kulitnya bersih. Giyanto sudah naik jabatan di pabrik Malaysia. Tapi ada yang sedikit aneh.

Kulitnya putih tapi wajahnya pucat. Tercium aroma wangi pandan dari tubuhnya.

Marno berfikir Giyanto terlihat pucat karena jarang terkena matahari. Pabrik tempatnya kerja sangat tertutup.

Ditambah jam kerja dari pagi hingga malam, membuat seluruh pegawai jarang bersapa dengan raja siang.

"Piye kabare Bro, sudah sukses kamu ya, pasti sudah jadi manager ni?" kata Marno.

Giyanto hanya senyum. Tak banyak bicara memang.

"Besok gantian kamu yang main ke rumahku ya Kang. Ini alamat rumahku. Dulu aku pernah utang padamu Kang, waktu aku kehabisan uang. Besok aku bayar di rumahku ya." kata Giyanto sambil memberikan secarik kertas bertuliskan alamatnya.

"Alaahhh Kang, aku sudah lupa dan sudah ikhlas. Gak masalah. Besok aku datang ke rumahmu. Tapi bukan untuk nagih utang lho, aku ingin silaturahmi."

Tiga hari kemudian Marno gantian mengunjungi Giyanto. Perjalanannya begitu lancar. Sampai di gang desa alamat Giyanto, Marno bertanya pada warga.

"Nyuwun Sewu, Pak. Daleme Pak Giyanto pundi nggih?" (Permisi Pak, rumah Pak Giyanto sebelah mana ya?) tanya Marno.

"Oooo.. meniko mas, ingkang wonten tendanipun." (Itu Mas, yang ada tendanya) kata warga itu.

Marno segera menuju rumah bertenda yang ditunjukkan warga itu. Dari kejauhan rumah Giyanto terlihat sepi.

Ada tenda tratak yang terpasang di depan rumahnya. Seperti akan ada acara.

Ada perempuan baruh baya di depan rumah. Matanya sembab seperti habis menangis.

"Mas Giyanto enten Mbak? Kulo rencange kerja ten Malaysia." (Mas Giyanto ada Mbak? Saya temen waktu kerja di Malaysia) tanya Giyanto.

Perempuan itu tiba-tiba menangis. Marno bingung tak tahu apa yang terjadi. Tak lama kemudian seorang wanita tua keluar dari rumah. Marno menjelaskan apa maksud dan tujuannya.

 

"Mas.. Giyanto niku pun sedo, dinten niki pas tujuh hari Giyanto sedo." (Mas, Giyanto itu sudah meninggal, hari ini pas tujuh hari dia meninggal) kata wanita tua yang ternyata ibu Giyanto itu.

Bak disambar petir di siang bolong, Marno kaget.

Kepalanya dipenuhi pikiran-pikiran tak logis. Matanya berkunang-kunang dan segalanya jadi gelap. Seketika Marno pingsan.

Saat siuman, Marno menangis tak percaya kalau Giyanto sudah meninggal, padahal empat hari yang lalu Giyanto datang mengunjunginya.

Marno sangat bingung, kalau Giyanto sudah meninggal lalu siapa yang datang ke rumahnya untuk bayar utang kemarin? - Semua nama samaran. (Seperti dikisahkan Indri Astuti di Koran Merapi) *