Pengalaman Seram Mas Giono Pulang Nonton Sepak Bola, Apa yang Dilihatnya di Kebun Bambu?

(Dok: Pramono Estu)

JAKARTA (SURYA24.COM) - Jam sembilan malam biasanya Giono sudah pulang dari belajar bersama di rumah Edi. Selesai belajar bersama mereka nonton sepak bola di tv. Keruan saja jam sepuluh lebih Giono baru pulang.

Berjalan sendiri melewati jalan desa yang kanan- kirinya rumpun bambu, ciut juga nyali remaja itu.

Tiba- tiba dari sisi kanannya, hidung Giono mencium bau sangat menyengat.

Bukan bau bangkai atau wangi kembang melati, tetapi bau daging dipanggang di atas bara api.

Spontan pikiran Giono melayang. Ini pasti bukan sate beneran.

“Jangan- jangan sedang ada pesta sate di sekitar sini”, gumam Giono dalam hati.

Yang berpesta siapa lagi kalau bukan demit- demit penghuni rumpun bambu.

Ngibrit Giono meninggalkan tempat tersebut.

Sesampai di rumah, dengan nafas terengah- engah dia menceriterakan hal itu kepada Ayahnya.

“Ah, yang benar aja. Masak ada demit berpesta sate”, sanggah Ayah Giono.

Kesal disanggah, Giono mengajak Ayahnya untuk membuktikan.

Berdua, Anak- Bapak tersebut menuju lokasi yang ditunjukkan Giono.

Tidak lama sampai tempat yang dituju. Ayah Giono tidak melihat apa- apa.

Memang, sayup- sayup hidungnya juga mencium bau daging dibakar. Namun, Giono menjerit- jerit ketakutan.

Mengajak Ayahnya segera pulang. Sampai di rumah Giono baru berani berceritera.

“Di bawah rumpun bambu ori tadi, Pak, aku melihat dengan jelas. Sesuatu yang teramat sangat mengerikan”, ujar Giono.

Beberapa saat lamanya Giono berhenti bercerita.

Setelah unjal nafas Giono baru bisa melanjutkan.

Dalam keremangan bulan yang sedang tidak purnama, di bawah rumpun bambu ori Giono melihat ada tiga sosok laki- laki.

Semuanya hanya mengenakan cawat dan rambutnya gondrong sampai di atas bokong.

Ketiga sosok tersebut sedang bergantian memakan sebuah...potongan kaki manusia.

Mulai dari lutut sampai telapak kaki. Jika yang satu sedang makan, dua yang lainnya menunggu.

“Baunya seperti daging bakar, Pak. Namun wujudnya ternyata...” ujar Giono yang masih pucat wajahnya. - Nama samaran. (Seperti dikisahkan Andreas Seta RD di Koran Merapi) *