Guntur Soekarnoputra Dicurigai Ingin Ambil Alih PDIP dari Tangan Megawati:

Guntur Soekarnoputra saat bersama keluarga inti trah Soekarno di perayaan ulang tahun ke-76 Megawati/Ist

JAKARTA (SURYA24.COM) - Guntur Soekarnoputra dianggap sedang berusaha untuk menghancurkan nama besar Soekarno dan mengambil alih PDI Perjuangan dari tangan Megawati Soekarnoputri.

Direktur Gerakan Perubahan, Muslim Arbi mengatakan, soal Trah Soekarno merupakan persoalan keluarga, sebaiknya tidak dibawa ke ruang publik.

  1. segala pengorbanannya Megawati dirikan PDIP dengan risiko berdarah, bukankah langkah Guntur itu mau menghancurkan Megawati dan membuka celah untuk ambil alih PDIP dari tangan Megawati?" ujar Muslim kepada Kantor Berita Politik RMOL, Selasa (24/1). Muslim curiga, langkah Guntur tersebut terlihat ada desain tersembunyi yang mau menghancurkan nama besar Soekarno dan mengambil alih PDIP dengan menggunakan Guntur dan Ganjar Pranowo.

"Akhirnya kekuatan lawan yang menang kalau akhirnya Trah dan klan Soekarno terbelah dan berantakan akibat desain di balik itu," pungkas Muslim.

Lebih Layak Mega atau Guntur?

 

Tulisan Guntur Soekarnoputra di sebuah harian nasional, Senin (23/1), menunjukkan adanya sengkarut dalam garis keturunan sang Proklamator tentang siapa yang layak dan tidak layak menggunakan trah Soekarno.

"Maksud Guntur jelas, bahwa bicara soal trah pemegang estafet Soekarno sebenarnya bukanlah garis trah dari Megawati, namun garis lurus dari keturunan Soekarno yang berasal dari Guntur lah yang semestinya lebih mendapatkan prioritas dalam memegang posisi dan peranan dalam masyarakat, bangsa, bahkan dalam kenegaraan," ujar Direktur Pusat Riset Politik, Hukum dan Kebijakan Indonesia (PRPHKI), Saiful Anam, kepada Kantor Berita Politik RMOL, Selasa (24/1).

Menurut akademisi Universitas Sahid Jakarta ini, Guntur ingin menegaskan bahwa yang paling berhak untuk meneruskan trah Soekarno bukanlah Megawati, apalagi Puan Maharani. Namun, trah yang berasal dari Guntur yang merupakan garis keturunan terlayak, terdepan, dan terakurat.

"Ini menunjukkan ada sengkarut pertarungan garis keturunan di antara trah Soekarno, siapa yang paling layak dan kurang layak," kata Saiful.

"Apa yang disampaikan Guntur merupakan upaya menjelaskan dan membuat terang siapa sesungguhnya yang dapat memegang peranan sentral dalam upaya meneruskan perjuangan dan pemegang kekuasaan Soekarno saat ini dan di masa yang akan datang," imbuhnya.

Melalui tulisannya, lanjut Saiful, Guntur secara runut ingin mengembalikan kesadaran ingatan publik bahwa garis keturunan Soekarno lebih dekat kepada dirinya, bukan Megawati bahkan Puan sekalipun.

Dengan adanya penegasan inilah, maka sesungguhnya posisi Megawati dan Puan merupakan garis kedua setelah Guntur dan Puti yang paling pas menggantikan, mewakili, dan mengatasnamakan Soekarno dalam kancah perpolitikan nasional.

"Ini tentu menjadi pencerahan yang bagus bagi publik, agar hegemoni Megawati bahkan Puan Maharani tidak lagi menjadi superior dalam kancah perpolitikan bangsa. Sehingga publik makin sadar bahwa sesungguhnya ada yang paling berhak, yaitu garis keturunan Guntur dan atau bahkan Puti, untuk bicara soal Soekarno," pungkas Saiful.***

Sumber:rmol.id