Bagaimana Reaksi Presiden Soeharto saat Disuguhi Lagu Genjer-Genjer di Kamboja ? Ini Penjelasannya

(dok: ©Koleksi Keluarga Tony Soenanto)

JAKARTA (SURYA24.COM)  - Soeharto dilantik menjadi Presiden Republik Indonesia menggantikan Sukarno tahun 1968. Peristiwa ini sekaligus menandai tumbangnya Orde Lama dan digantikan oleh era Orde Baru yang kelak berkuasa lebih dari tiga dekade.

    Jepang adalah negara pertama yang dikunjungi Soeharto. Negara kedua yang dipilih adalah Kamboja. Ini diyakini cocok sebagai upaya menepis citra pemerintah baru yang dinilai lebih dekat ke Blok Barat.

     Dikutip dari merdeka.com, pesawat yang ditumpangi Soeharto dan Ibu Tien mendarat di Phnom Penh, Senin 1 April 1968. Bunga melati putih di atas karpet merah menyambut presiden baru tersebut.

     Meriam ditembakkan 21 kali dan ribuan rakyat Kamboja mengelu-elukan kedatangan Presiden Soeharto di negara mereka.

Brother in Arms Bung Karno

     Duta Besar Indonesia untuk Kamboja, Boediardjo mengenang sambutan meriah dari rakyat Kamboja dan pemimpinnya ini sangat berkesan untuk Soeharto. Di mana-mana tampak gambar Pangeran Norodom Sihanouk dan Presiden Soeharto bersanding.

    Padahal selama ini Pangeran Sihanouk sering dianggap sahabat dekat Presiden Sukarno. Namun sambutan untuk Soeharto rupanya sama hangatnya.

    "Pangeran Sihanouk sering dianggap 'brother in arms' nya Presiden Sukarno," kata Boediardjo.

    Hal ini ditulis Boediardjo dalam biografinya, Siapa Sudi Saya Dongengi. Buku ini diterbitkan Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, tahun 2005.

    Dalam kunjungan empat hari ke Kamboja, kedua pemimpin tersebut menghadiri berbagai acara kenegaraan. Pak Harto sempat diantar Sihanouk melihat pusat industri Kamboja. Mereka pun disuguhi aneka tarian istana.

Genjer-Genjer Bergema di Stadion

     Dalam kunjungan itu, ada satu hal yang unik. Ribuan rakyat menari dan menyanyi menyambut Rombongan Presiden Soeharto di stadion.

 

      Awalnya semua berjalan lancar. Tiba-tiba mereka bernyanyi lagu genjer-genjer dengan bersemangat. Rupanya pihak Kamboja belum tahu kalau lagu ini menjadi lagu terlarang setelah G30S tahun 1965. Pemerintah Orde Baru menganggap lagu rakyat asal Banyuwangi ini digunakan oleh Partai Komunis Indonesia.

   Astaga! Boediardjo terkejut setengah mati. Cepat-cepat dia berbisik pada Soeharto.

    "Saya yang salah Pak, tidak meneliti lagu-lagu yang dinyanyikan," katanya.

    Soeharto tampak terkejut, minimal heran. Namun dia hanya tersenyum. Senyum yang misterius seperti biasa.

Dubes Dipanggil Pulang

     Terlepas dari 'insiden' lagu Genjer-Genjer, kunjungan Presiden Soeharto ke Kamboja dinilai sukses. Pangeran Sihanouk mengucapkan terima kasih atas kerja keras Dubes Budiardjo.

    Sihanouk awalnya sempat khawatir orang-orang komunis Kamboja akan mengganggu acara tersebut. Namun kekhawatiran itu untungnya tidak terbukti.

     Tidak sampai dua bulan kemudian, Boediardjo dipanggil pulang. Namun rupanya Soeharto tidak marah akan lagu tersebut. Perwira TNI AU ini telah disiapkan jabatan baru di kabinet untuk menjadi menteri penerangan.

    Penugasan di Kamboja sangat berkesan untuk Boediardjo. Hubungannya dengan Pangeran Sihanouk terus berlanjut hingga mereka tua.

     "Kalau dia berkunjung ke Jakarta selalu memerlukan bertemu dengan kami sekeluarga," kenangnya.***