Benarkah Pakai Susuk Bisa Ubah Nasib Pemakainya Jadi Cantik? Berikut Pemaparan dan Pengalaman Artis Ely Sugigi dan Sejarah Mistis Ini

Ilustrasi (Dok:Net)

JAKARTA (SURYA24.COM)- Seperti diketahui susuk, atau juga dikenal sebagai rajah, adalah praktik mistis yang populer di beberapa budaya di Asia Tenggara, termasuk Indonesia, Malaysia, dan Thailand. Praktik ini melibatkan menanamkan atau memasukkan benda-benda kecil, seperti logam atau biji-bijian, di dalam tubuh seseorang dengan tujuan tertentu. Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi dunia susuk, memahami kepercayaan yang ada di baliknya, dan melihat perspektif ilmiah terkait fenomena ini.

Sejarah dan Budaya Susuk:

Susuk telah ada sejak zaman kuno dan merupakan bagian dari warisan budaya dan kepercayaan mistis di beberapa masyarakat Asia Tenggara. Praktik ini sering kali dikaitkan dengan tujuan tertentu, seperti kecantikan, daya tarik, kesehatan, keberuntungan, perlindungan, atau peningkatan kekuatan spiritual. Berbagai jenis susuk digunakan, termasuk logam mulia, biji-bijian, kristal, dan bahkan tulang hewan.

Kepercayaan dan Mitos:

Di balik praktik susuk, terdapat kepercayaan yang kuat bahwa benda-benda yang ditanamkan di dalam tubuh dapat memberikan efek positif kepada pemiliknya. Misalnya, susuk kecantikan diyakini dapat meningkatkan pesona dan daya tarik seseorang, sedangkan susuk keberuntungan dikatakan dapat membawa keberuntungan dan kesuksesan. Kepercayaan ini sering kali terkait dengan keyakinan pada energi spiritual, aura, dan pengaruh magis.

Proses dan Metode Susuk:

Proses susuk melibatkan pemasangan benda-benda kecil di dalam tubuh, biasanya dengan menggunakan jarum steril atau melalui operasi kecil. Benda-benda tersebut ditempatkan di bawah kulit, di dalam otot, atau di area tertentu sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Beberapa orang percaya bahwa proses ini harus dilakukan oleh dukun atau praktisi yang memiliki pengetahuan khusus dan kekuatan spiritual.

Kontroversi dan Risiko Kesehatan:

Praktik susuk tidak hanya menjadi bagian dari kepercayaan dan tradisi, tetapi juga menimbulkan kontroversi dan risiko kesehatan. Secara medis, penanaman benda-benda asing di dalam tubuh dapat menyebabkan infeksi, peradangan, atau bahkan kerusakan organ jika tidak dilakukan dengan benar. Selain itu, keaslian benda-benda susuk juga sering menjadi perdebatan, dengan banyak kasus penipuan di mana benda palsu atau bernilai rendah digunakan.

Perspektif Ilmiah:

 Dalam pandangan ilmiah, efektivitas susuk sering kali dianggap sebagai efek placebo, di mana keyakinan kuat seseorang terhadap kekuatan objek yang ditanamkan menciptakan perasaan positif atau perubahan psikologis. Selain itu, penggunaan benda-benda asing di dalam tubuh memiliki risiko kesehatan yang jelas dan tidak dianjurkan oleh komunitas medis. Penanaman benda-benda asing dapat menyebabkan infeksi, iritasi, peradangan, dan komplikasi serius lainnya. Para ahli kesehatan menekankan pentingnya menghindari praktik seperti susuk dan menekankan pada penggunaan metode yang aman dan terbukti dalam menjaga kesehatan dan kesejahteraan.

Meskipun demikian, penting juga untuk diakui bahwa kepercayaan dan tradisi budaya memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat. Bagi beberapa individu, susuk adalah bagian dari warisan budaya dan keyakinan yang kuat. Oleh karena itu, pendekatan yang paling baik adalah mempromosikan pemahaman yang lebih luas tentang risiko dan memberikan informasi yang akurat tentang kesehatan dan keamanan.

Dapat disimpulkan praktik susuk adalah fenomena yang terkait erat dengan kepercayaan dan tradisi budaya di beberapa masyarakat Asia Tenggara. Meskipun masih menjadi perdebatan dan kontroversi, penting untuk melihatnya dalam konteks keberagaman budaya dan memastikan informasi yang akurat dan berdasarkan bukti diberikan kepada mereka yang terlibat. Kesehatan dan kesejahteraan tetap menjadi prioritas, dan penting bagi individu untuk mencari cara-cara yang aman dan terbukti untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Empat Tahun Memakai Susuk

Dikutip dari intisarionline.com, artis Elly Sugigi buka-bukaan mengaku pernah empat tahun menggunakan susuk. Elly mengaku memakai susuk untuk pekerjaan, supaya laris manis.

"Tapi setelah saya sadar bahwa itu tidak boleh menurut Islam, akhirnya saya lepas," katanya.

"Begitu saya lepas, alhamdulillah kerjaan saya masih ada."

Memangnya, apakah susuk bisa mengubah nasib pemakainya?

Majalah Intisari edisi Maret 1993 pernah mengulas soal mitos keampuhan susuk.

Begini ceritanya:

Mbah Soma Dihardjo (75) berdiri diam, matanya setengah terpejam, mulutnya komat-kamit seperti mengucapkan mantera.

Perlahan-lahan kening wanita yang duduk di hadapannya didongakkan, lalu ditusuk dengan logam mulia sebesar batu korek api.

Sepotong emas itu tiba-tiba hilang masuk ke dalam kening setelah dipersekutukan dengan selembar daun sirih.

Menyusul masing-masing satu di kedua pelupuk matanya. Proses itu tak lebih dari lima menit. Jauh dari kesan sakral, tanpa bunga dan asap dupa pun setetes darah. Sungguh sulit di percaya.

"Ini bukan sulap bukan sihir," kata Soma Dihardjo, dukun susuk ternama dari Kelurahan Selomartani, Kecamatan Kalasan, Sleman, Yogyakarta.

Jika sulap atau sihir tidak diartikan sebagai kecepatan tangan, yang dilakukan mbah dukun tadi tentu sebuah fenomena menarik yang tak jauh dari aura mistik.

Katanya, dengan susuk, wajah wanita berkulit gelap itu akan murub pamornya, memancarkan daya tarik bagi siapa saja yang memandang, bahkan suaminya sendiri.

Mata awam tak akan mampu mendeteksi titik-titik wajah yang baru disusuki tadi, karena tak sedikit pun bekas benjolan ditinggalkan.

"Bahkan peralatan canggih, misalnya rontgen, tak mampu," ujarnya. Padahal mbah dukun ini jelas memasukkannya di antara daging dan kulit.

"Ya, semoga dia bisa akur kembali dengan suaminya, dan tak dimanfaatkan untuk yang macam-macam", harap Mbah Soma.

 

Ternyata rumah tangga wanita asal Klaten itu sedang guncang, karena suaminya tergila-gila pada perempuan lain yang lebih cantik.

Bisa ditebak, kedatangan lbu beranak tiga itu ingin merebut kembali suaminya dengan cara bersolek diri lewat susuk.

Menjadi sistem

Kisah kekuatan susuk emas yang bukan lagi hal aneh bagi kalangan tertentu, barangkali asing buat kelompok lain. Bagaimana hubungan sebab-akibat antara susuk dan daya pikat?

Memang sulit mencari pertanggungjawaban rasionalnya, apalagi tak tersedianya perangkat dan alat ukurnya. Ini mungkin yang membedakan ilmu dan ngelmu.

Susuk memang telah menjadi realitas tersendiri, sesuatu yang hidup dan menjadi bagian dari sistem kebudayaan sebagian masyarakat kita. Hal ini terbukti dengan para pelanggan yang mendatangi tokoh dari Selomartani, Kalasan, tadi.

"Beragam profesi anak-cucu saya yang minta susuk,” ujarnya sambil menyebut beberapa nama dan pekerjaannya.

Bukan hanya wanita seperti ibu rumah tangga dari Klaten tadi, melainkan juga para artis, penyanyi, pedagang, olahragawan, seniman, pegawai sampai preman dari berbagai daerah. Hal itu terbukti dari buku tamu yang selalu disimpannya.

Di tangan kakek yang tak pernah menentukan tarif pasang ini susuk memang tak terbatas untuk menambah daya pikat wajah, melainkan meluas sampai pada jenis susuk kekebalan atau kekuatan, pengasihan, dan penglaris.

Puluhan tahun berpraktek, dukun "sakti" yang akunya pernah bertapa di Gunung Ceremai ini sudah tak bisa menghitung berapa banyak orang yang telah ia pasangi susuk.

Dari ratusan atau mungkin ribuan pelanggannya dapat dia bagi beberapa kelompok. Kelompok artis dan WTS biasanya minta susuk daya pikat, kelompok pegawai minta susuk pengasihan agar dikasihi atasan dan cepat naik pangkat atau mendapat kedudukan.

Sementara kelompok preman, copet dan sejenisnya, minta susuk kekebalan atau katosan. Kelompok olahragawan minta susuk kekuatan.

 

Sedangkan kelompok pedagang, "Biasanya mohon susuk penglarisan," jelas mbah dukun sambil menyebut nama seorang pedagang ayam goreng cukup terkenal di Yogyakarta.

Tempat pemasangan logam mulia itu pun beragam, tergantung profesi pemasang. Pada penyanyi misalnya, susuk dipasang di tenggorokan agar suaranya nyaring.

Untuk pemain sepak bola susuk akan dipasang di telapak kaki, "Selain bisa keras dan tepat kalau menendang bola, juga menambah kecepatan lari," ujar Mbah Soma tak lupa menyebut beberapa nama dari sejumlah kesebelasan profesional maupun amatir.

Ada susuk sebesar jarum pentul, runcing kedua ujungnya. Ada pula susuk tulang menjangan sebesar peniti yang terbungkus kain putih.

Konon,bentuk susuk terakhir ini membuat pemakainya punya katosan. Barang siapa menggembol jimat tersebut konon kebal senjata tajam.

Ditinjau dari operasionalnya, benda mistis sebesar jarum jahit, runcing di kedua ujungnya itu ada dua macam, susuk mandek (stasioner) dan susuk mlaku (mobile).

Susuk pertama bertahan di tempat yang ditentukan, kekuatannya pun terbatas di sekitar wildyah itu saja. Sedangkan jenis susuk yang kedua, lebih meluas karena ia akan beredar mengikuti aliran darah.

Dukun yang mengaku masih berdarah keraton ini mematok sebatang susuk emas dengan harga Rp 6.000 (tahun 1993) yang kemudian akan ia pesankan di toko emas untuk menentukan bentuk dan ukuran sesuai dengan tujuan serta tempat pemasangan susuk.

Susuk mobil

Gema keampuhan susuk yang konon berkaitan dengan dunia gaib, tersebar di mana-mana. Percaya atau tidak, seorang penyanyi wanita beken tingkat nasional dan internasional, tak luput dari konsep keyakinan susuk.

"Ya, kami banyak memasukkan susuk di tubuh para artis," kata Mbah Citro Wiyono (83) di desa Kenokorejo, Kecamatari Polokarto, Sukoharjo, 15 km selatah Solo.

Citro Wiyono yang mengaku berpraktek sejak tahun 1951, agaknya cukup profesional menempatkan diri sebagai tokoh yang dibutuhkan banyak orang.

 

Di samping rumahnya yang berpagar dengan patung naga memanjang tersedia beberapa bangku panjang. Sebagian sarat pasien antre menunggu giliran.

Ruang praktek dukun ini penuh semerbak bau wewangian menusuk hidung yang menimbulkan kesan suasana tradisional Jawa berbau mistik.

Menurut penuturannya, sekitar 50 tamu datang setiap hari, bahkan hari Minggu bisa menccipai 200 orang.

Mereka itu sebagian besar mohon susuk. Bagi Mbah Citro susuk tak terbatas buat daging manusia, namun juga untuk benda bergerak misalnya mobil dan sepeda motor.

"Sekadar untuk menjaga keselamatan,” tuturnya. Susuk bisa dilengketkan di bagian kemudi, dasbor atau di atap untuk kendaraah roda empat, dan di balik jok pada kendaraan roda dua.

Dukun kelahiran Ponorogo itu pun mengisahkdn, banyak pengusaha angkutan dari berbagai daerah di Jateng atau Jatim berdatangan minta susuk.

Baru-baru ini Citro Wiyono kewalahan menghadapi beberapa pengusaha bus dari Wonogiri yang minta susuk untuk seluruh armadanya. Semuanya 200 susuk, itu identik dengan 200 kendaraan.

Bisa dibayangkah betapa capeknya menangani "proyek raksasa" itu.

"Wah, ya tidak mampu kalau dikerjakan sekaligus. Pekerjaan itu saya cicil, tiap hari saya minta 10 bus diantar kemari," tuturnya sembari menambahkan beberapa nama perusahaan bus yang setia jadi pelanggannya.

Praktek mistik ini menurut Mbah Citro bukanlah klenik atau gaib yang memanfaatkan setan. Sebab katanya, mistik itu tidak harus berarti klenik. Sebaliknya bisa diterjemahkan sebagai kasunyatan..

Hanya orang awam tak mampu menjabarkannya, sehingga kasunyatan dianggapnya klenik. "Saya tak pernah memaksa pasien saya percaya," ujar tokoh yang pada setiap Jumat Pahing libur praktek ini.

Emas memang rajanya logam. Tapi kalau kemudian dianggap mampu menjadi sumber kekuatan atau keselamatan, pastilah butuh kajian khusus.

Tentang pemahaman atas benda gaib berikut hubungannya dengan kekuatan yang dimunculkannya, sebenarnya cukup banyak studi telah dilakukan ahli.

 

Namun seperti diungkapkan oleh para pakar itu sendiri, studi tersebut hanya menyinggung kulit luarnya.

Tapi pola yang mempengaruhi sebab-akibat, tentulah tidak terbatas pada benda dan mantra itu saja. Atau bisa dikatakan hubungan itu hanya bagian kecil dari kekuatan lain dari pemahaman mistik yang lebih luas.

Dalam konteks demikian, maka kemampuan atau kondisi si dukun (condition of the performer) serta kepercayaan kuat si pasien adalah elemen yang sangat penting, dan berpengaruh sekali.

Paranormal Hardjo Suprapto menilai bahan susuk seperti emas, intan, batu meteor, logam titanium, serta lainnya, secara fisika mengandung kekuatan biomagnetis.

Sifatnya mirip magnet yang bisa menarik, sebaliknya juga menolak hal-hal yang negatif.

Benda itu jika menyatu dengan “kekuatan dalam" tubuh manusia, niscaya akan memunculkan magnet elektronis.

"Apalagi jika benda itu diambil dari bagian perut bumi paling dalam," kata Hardjo yang purnawirawan tentara itu, "Akan semakin kuat daya magnetiknya, dan semakin besar daya pancarnya.”.***

(Ditulis oleh B. Soelist. Seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Maret 1993)