Siapa Sangka Kisah Cinta Bung Karno yang Tak Selalu Mulus Berikut Penolakan Dua Wanita Cantik Ini, Siapakah Mereka?

dok net

JAKARTA (SURYA24.COM)- Indonesia memiliki sejarah yang kaya dengan tokoh-tokoh besar yang berperan penting dalam perjuangan kemerdekaan. Salah satu tokoh yang tak terlupakan dalam sejarah Indonesia adalah Bung Karno, atau yang dikenal sebagai Ir. Soekarno, sang proklamator kemerdekaan Indonesia. Di balik kepemimpinannya yang cemerlang, terdapat kisah cinta yang menggetarkan hati, antara Bung Karno dan Ibu Fatmawati termasuk penolakan yang dilakukan beberapa wanita cantik.

Pernah Ditolak 

Dikutip dari merdeka.com, Soekarno alias Bung Karno diingat karena banyak hal. Perannya dalam mengantarkan bangsa Indonesia menuju kemerdekaan merupakan jasa terbesar bagi sebagian besar orang. Keputusan-keputusan krusial yang diambilnya sebagai presiden pertama juga tak pernah bosan dibahas. Kehidupan asmaranya pun selalu menjadi cerita menarik untuk dikenang.

Benar, kisah cinta Soekarno memang nyaris tak pernah luput dibahas dalam buku-buku biografinya. Sang proklamator diketahui memiliki beberapa istri. Beberapa nama yang paling disebut mungkin Inggit Garnasih, Fatmawati, Hartini, dan Ratna Sari Dewi. Namun selain keempat wanita tersebut, Soekarno juga pernah menikahi beberapa wanita lain. Misalnya saja Yurike Sanger, Haryati, dan Heldy Djafar.

Soekarno memang sering disebut penakluk wanita. Namun tak banyak yang tahu kalau presiden pertama Indonesia itu juga pernah ditolak cintanya. Ada dua orang wanita cantik yang menampik pinangan Soekarno, yaitu Goesti Noeroel dan Irma Ottenhoff Mamahit.

Goesti Raden Ajeng Siti Noeroel Kamaril Ngasarati Koesoemawardhani atau akrab disapa Gusti Noeroel merupakan salah satu wanita yang pernah menolak Bung Karno. Putri dari Keraton Mangkunegaran ini dipuja karena kecantikan, kecerdasan, dan pemikirannya yang modern di masa muda.

Tak tanggung-tanggung, pesonanya berhasil memikat tiga tokoh besar tanah air. Mereka adalah Soekarno, Sutan Sjahrir, dan Sri Sultan Hamengkubuwono IX. Mantan KSAD, Jenderal Goesti Pangeran Harjo Djatikoesoemo juga pernah kepincut. Sayangnya cinta mereka semua tak bersambut.

"Aku tak bisa menerima cinta mereka. Penyebabnya hanya satu, aku tak mau dimadu," tutur sang putri dalam memoarnya yang berjudul Goesti Noeroel: Straven naar Geluk (Mengejar Kebahagiaan).

 

Sebagai seorang wanita berpikiran modern, Gusti Noeroel selalu berpegang teguh pada prinsipnya untuk menolak poligami. Perempuan cantik yang hobi berkuda di masa muda ini selalu mengingat nasihat ibunya, Goesti Kanjeng Ratu Timoer untuk tidak mau dimadu.

Pada akhirnya Gusti Noeroel lebih memilih Raden Mas Soerjosoejarso, seorang perwira berpangkat letnan kolonel yang masih sepupunya sendiri. Perempuan yang mewariskan resep kecantikan tradisional Jawa kepada Martha Tilaar itu juga tak segan meninggalkan kehidupan keraton untuk mendampingi sang suami bertugas.

Setelah melangsungkan pernikahan dengan jodoh pilihannya itu, Bung Karno yang bertemu Gusti Noeroel pada suatu acara berseloroh, "Aku kalah cepat dengan suamimu."

Satu lagi perempuan jelita yang pernah menolak cinta Soekarno. Dialah Irma Ottenhoff Mamahit, seorang pramugari yang pernah bertugas di pesawat kepresidenan Dolok Martimbang.

Irma ditugaskan di Dolok Martimbang setelah menjalani serangkaian tes pada tahun 1960. Irma bahkan mengaku sering bertugas bareng Kartini Manoppo, pramugari Garuda Indonesia yang lantas menjadi istri Soekarno.

Menurut pengakuan Irma ketika diwawancarai majalah Kartini pada tahun 1979, Bung Karno kepincut terhadap kecantikannya saat memakai kebaya. Sang proklamator memang menyukai perempuan yang terlihat luwes dalam balutan busana nasional.

Soekarno bahkan sempat mengganti nama tengah Irma yang baginya kebarat-baratan menjadi Hidayana, singkatan dari 'taufik hidayah Tuhan'. Namun cintanya tak disambut oleh Irma. Sang pramugari tak tertarik pria berumur, apalagi yang sudah punya banyak istri.

Bung Karno pun maklum dan merelakan cintanya bertepuk sebelah tangan. Namun dia menjadi murka setelah mendengar kabar pernikahan Irma dengan seorang duda yang kebetulan berseberangan politik darinya. Irma pun dipanggil ke istana.

"Irma, kau tolak cintaku, karena umurku. Kenapa kau kawin dengan dia yang seumur aku pula?" tuntut Bung Karno.

Pada akhirnya, Bung Karno lagi-lagi mengikhlaskan Irma. Bahkan sempat memberikan bantuan bagi Irma saat suaminya ditahan selama enam bulan. Rupanya tak semua perempuan luluh terhadap karisma seorang Soekarno.***