Soal Isu Paham Apokaliptik Satu Keluarga Tewas di Jakarta Barat , Ini Penjelasan Polisi

Ilustrasi (Dok:Net)

JAKARTA (SURYA24.COM)  - Kasus tewasnya satu keluarga dalam sebuah rumah di daerah Kalideres, Jakarta Barat masih belum terungkap. Berbagai isu pun berkembang, termasuk soal dugaan bahwa keluarga itu menganut paham tertentu seperti apokaliptik.

Kanit Krimum Polres Metro Jakarta Barat AKP Avrilendi menyatakan pihaknya belum bisa menyimpulkan soal dugaan paham tertentu yang dianut oleh keluarga itu.

"Secara resmi belum bisa menyimpulkan," kata Avrilendi saat dihubungi, Senin (14/11).

Melansir cnnindonesia.com, Avril menyampaikan bahwa saat ini proses penyelidikan masih berjalan. Kata dia, Puslabfor Polri juga tengah memeriksa sampel organ dari keempat mayat itu untuk memastikan penyebab kematian mereka.

"Kita tunggu hasil Puslabfor Polri kemarin kita sudah kasih sampel lambung sama hati dan organ tubuh lainnya. Kita masih tunggu itu untuk penyebab kematian," tuturnya.

Dugaan bahwa keempat mayat itu menganut paham tertentu ini dikemukakan oleh kriminolog dari Universitas Indonesia (UI), Adrianus Eliasta Meliala.

Adrianus menduga bahwa keluarga itu menganut paham apokaliptik. Paham ini, kata dia, pernah menyebabkan kematian massal di Guyana, Amerika Selatan pada 1978.

"Jadi mungkin mirip dengan kelompok yang mati massal di Guyana. Atau yang melakukan sesajian massal di pinggir laut dan malah disapu ombak semua. Karena kematian adalah tujuan akhir, maka mereka tidak takut," ucap dia.

 

Adrianus turut menduga bahwa keempat jasad itu memilih jalan yang tergolong ekstrem untuk kemudian mengakhiri hidup mereka.

"Mungkin ini konsepsi 'silih' yakni membuat diri menderita demi suatu kenikmatan di kemudian hari," kata Adrianus.

Sebagai informasi, empat orang yang merupakan satu keluarga ditemukan dalam keadaan meninggal dunia di sebuah rumah di Perumahan Citra Garden Satu Extension, Kalideres, Jakarta Barat, Kamis (10/11).

Dari hasil pemeriksaan, tim dokter forensik RS Polri Kramat Jati, dipastikan tidak ditemukan tanda kekerasan pada keempat jasad tersebut. Namun, ditemukan fakta bahwa keempat jasad itu sudah lama tidak mendapat asupan makanan maupun minuman.

 

"Berdasarkan pemeriksaan bahwa dari lambung para mayat ini tidak ada makanan, jadi bisa diduga berdasarkan pemeriksaan dari dokter bahwa mayat ini tidak ada makan dan minum cukup lama, karena dari otot ototnya sudah mengecil," kata Kapolres Metro Jakarta Barat Kombes Pasma Royce kepada wartawan, Jumat (11/11).

Teranyar, polisi menemukan sejumlah bukti baru di lokasi, ykni bungkus bekas makanan hingga struk belanja. Dengan temuan ini, dugaan bahwa keempatnya tewas karena kelaparan masih belum diambil sebagai sebuah kesimpulan.

"Karena hasil penyelidikan sementara ini kami temukan bekas bekas bungkus makanan dari satu sisi, di rumah tidak ada persediaan makanan tapi ada bungkus makanan, ini yang sedang kami dalami betul," tutur Direktur Reskrimum Polda Metro Jaya Hengki Haryadi, Minggu (13/11).

Apa Itu Paham Apokaliptik?

Seperti diketahui smpai saat ini pihak kepolisian dari Polres Metro Jakarta Barat masih mendalami penyebab kematian empat anggota keluarga di perumahan Citra Garden Ekstension, Kalideres, Jakarta Barat.

Namun dengan hasil autopsi yang menyebut jenazah dalam kondisi lama tanpa asupan makanan, membuat ahli kriminolog Andrianus Meliala berasumsi keempat orang dalam satu keluarga tersebut sengaja kelaparan karena meyakini paham Apokaliptik.

 

 

“Jangan-jangan dari keempatnya penganut paham akhir dunia atau apokaliptik dan mencabut nyawa dengan cara yang ekstrem,” ujar Adrianus dalam pernyataannya kepada media, Ahad (14/11/2022).

Walaupun secara praktik, diakui dia, kesengajaan untuk melaparkan diri hingga meninggal itu sangat sulit dilakukan. Akan tetapi, bila kematian keempat anggota keluarga itu disebut karena kelaparan dan tidak mampu membeli makanan, justru sangat tidak mungkin.

Menurut dia, keluarga ini dikenal berkecukupan secara materi, bahkan diakui oleh pihak keluarga dekatnya. Karena itulah, Andrianus menyebut paham Apokaliptik yang mungkin mendasari tindakan mereka.

 

Andrianus mengatakan, di beberapa negara sudah ada kasus yang menunjukkan pemahaman Apokaliptik oleh beberapa kelompok. Dan ternyata dari semua kasus itu, menunjukkan pola yang sama. "Kalau mas buat tabel, mungkin kelihatan polanya. Mungkin ini konsepsi silih, yakni membuat diri menderita demi suatu kenikmatan di kemudian hari," kata Andrianus.

Melansir republika.co.id, paham Apokaliptik merupakan keyakinan seseorang atau sekelompok orang untuk menghadapi kehancuran dunia atau hari kiamat. Persepsi soal kiamat memang diajarkan oleh keyakinan agama abrahamik, yakni Yahudi, Kristen, dan Islam. Namun dari setiap tiga keyakinan agama soal kiamat tersebut, didasarkan pada tanda-tanda besar sebelum datangnya kiamat.

Sementara itu, keyakinan tiga agama utama, memosisikan waktu dan kepastian kiamat atau kehancuran dunia tidak ada yang mengetahui pastinya. Namun, kebanyakan kelompok yang memahami Apokaliptik ini, yang biasanya disebut sekte, meyakini sesuatu ramalan yang di luar keyakinan mainstream ketiga agama besar tadi.

Seperti yang ramai diperbincangkan pada tahun 2012, dengan menyandarkan pada keyakinan kalender suku Maya. Walaupun saat itu, tidak ada kasus bunuh diri, namun momen itu jadi rujukan bagi pengikut Apokaliptik lain.

Kejadian di Springville, Utah, Amerika Serikat pada 2014, misalnya. Satu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan ketiga anaknya tewas dengan jasad yang mengeras terbaring di kamar tidur. Hal ini disebabkan aksi bunuh diri oleh orang tuanya, karena tidak ditemukan tanda kekerasan di jasad ketiga anak tersebut.

Dalam investigasi kepolisian ditemukan korban tewas dikarenakan meminum cairan kimia dengan campuran obat keras seperti heroin dan metadone. Kejadian bunuh diri terkait keyakinan Apokaliptik, yang cukup menghebohkan terjadi juga di Amerika Serikat pada 1997.

Kelompok sekte Apokaliptik bernama Heaven's Gate yang dipimpin oleh Marshall Applewhite, menggerakkan bunuh diri massal terbesar dalam sejarah AS. Dimana 39 orang tewas dalam proses bunuh diri di sebuah rumah dalam waktu tiga hari. Mereka seolah menunggu keyakinan Apokaliptik mereka terjadi, termasuk salah satu yang tewas pemimpin sekte ini, Applewhite.***