Deklarasi Anies Capres di Yogyakarta, Nama Jokowi dan Megawati Disoraki: PDIP Ogah Kaitkan Pertemuan Mega-SBY di G20 Jadi Sinyal Koalisi

(lustrasi (Dok:net)

JAKARTA (SURYA24.COM) - Nama Presiden Joko Widodo (Jokowi) hingga Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri disoraki saat acara deklarasi Anies Baswedan sebagai calon presiden (capres) 2024 di Grand Pacific Hall, Mlati, Sleman, DIY, Rabu (16/11).

Anies dideklarasikan sebagai capres 2024 oleh Forum Ka'bah Membangun (FKM), organisasi masyarakat yang dibentuk dan dimotori kader-kader PPP yang mayoritas di luar kepengurusan partai. Momen nama Jokowi dan Megawati disoraki terjadi sebelum pembacaan dukungan calon presiden untuk Anies.

Melansir cnnindonesia.com, Ketua FKM Habil Marati mengatakan, deklarasi ini untuk mendorong terpilihnya Anies yang dianggap mampu membangun kembali Indonesia menuju ke arah lebih baik.

"Dari Yogyakarta, kita bangun kembali NKRI. Dari Yogyakarta, kita bangun kembali Nusantara. Apa itu Nusantara? Nasionalis, ulama, santri, dan rakyat kita bangun kembali melalui Anies Rasyid Baswedan," kata Habil dalam orasinya.

Habil lantas mengurutkan nama-nama pemimpin sejak Indonesia kali pertama berdiri beserta kontribusinya bagi bangsa.

 

"Kalau Bung Karno, Bung Karno dikenal sebagai penyambung lidah rakyat," kata Habil.

Kemudian, dia menyebut Soeharto sebagai presiden yang dikenal lewat trilogi pembangunan. Selanjutnya BJ Habibie adalah Bapak Teknologi Strategis dan Dirgantara Nasional. Lalu, Abdurrahman Wahid alias Gus Dur yang kental dengan rasa pluralisme.

"Dan Ibu Megawati dikenal dengan jiwa yang penuh dengan kemandirian bangsa. Ibu Megawati membangun kemandirian bangsa," kata Habil.

"Huuuuuuu," sahut peserta acara.

Adapun Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai presiden peletak demokrasi dan kebebasan berpendapat. Nama SBY mendapat sambutan hangat dan tepuk tangan dari peserta acara.

"Dan yang terakhir adalah Bapak Jokowi...," kata Habil yang tenggelam karena sorakan peserta acara.

 

"Apa yang saya katakan adalah pikiran-pikirannya....," tambah Habil.

"Huuuuuuuuuu," pekik para peserta.

Menurut Habil, nama Anies begitu dielu-elukan dari Sabang sampai Merauke, lantaran sang Mantan Menteri Pendidikan itu dianggap mampu membangun akal sehat selama menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022.

"Kedua, Anies berhasil membangun pluralitas DKI. Di-bully sabar, dimaki-maki sabar, difitnah sabar. Ketiga, Anies di DKI berhasil membangun hajat hidup orang banyak," tegasnya.

Hadir dalam deklarasi ini tak hanya para simpatisan dari DIY. Namun, juga relawan dari luar provinsi. Pembawa acara mengklaim ribuan relawan yang datang berasal dari Sabang hingga Merauke.

Beberapa spanduk yang terpasang antara lain Relawan Nasional Sobat Anies DPC Kecamatan Ngawen Klaten, Sekretariat Kolaborasi Indonesia Jawa Tengah, dan Jaringan Nasional Mileanies DIY.

Pembawa acara turut menyebut momen ini dihadiri para utusan atau kader Partai Nasdem, PAN, Perindo, Gerindra, hingga Golkar. Beberapa tokoh yang hadir dalam acara itu antara lain, Hasan Husaeri Lubis, Husnan Bey Fanani, serta Ahmad Wafi Maimoen Zubair.

 

Ogah

Sementara itu politikus PDIP Masinton Pasaribu menolak untuk mengaitkan momen satu meja antara Megawati Soekarnoputri dan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di jamuan makan malam G20, sebagai sinyal koalisi PDIP dan Demokrat.

Masinton mengatakan koalisi tak bisa dibentuk hanya lewat satu pertemuan spontan. Menurut dia, kerja sama politik harus dibangun secara intens dan waktu yang panjang.

Dia juga enggan berbicara jauh soal itu sebab merupakan wewenang Ketua Umum Megawati Soekarnoputri.

"Itu nggak bisa lah dalam momen satu pertemuan disebut itu sebuah kerjasama. Artinya untuk kerjasama ya dinamis, panjang pembicaraan," katanya di kompleks parlemen, Rabu (16/11).

Melansir cnnindonesia.com, menurut Masinton, momen bersama antara SBY dan Mega terjadi secara spontan sebagai sesama mantan presiden. Keduanya datang sebagai undangan bersama para mantan wakil presiden, seperti Jusuf Kalla, Hamzah Haz, dan Try Sutrisno.

Di sisi lain, anggota Komisi XI DPR itu memandang kebersamaan tersebut baik untuk mencegah polarisasi di tengah masyarakat.

 

"Para pemimpin elit kita ternyata bisa duduk bareng. Maka di masyarakat jangan sampe terbawa suasana politik keterbelahan," katanya.

Masinton turut angkat suara soal warna biru baku yang dikenakan Mega. Menurutnya, warna tersebut tak menunjukkan apapun, sebab kader PDIP bisa mengenakan baju warna apapun di luar agenda partai.

"Nampak orang perjuangan, ideologi perjuangan kerakyatan itu merah. Kalau untuk busana fashion sehari-hari bisa bermacam macam warna," katanya.***