Perang 3 Hari 3 Malam di Padang, Berhenti saat Kondisi Ini, Apa Itu?

Ahmad Husein Pemimpin Kompi 2 Resimen 3 TRI dalam Pertempuran Padang. (©2022 Merdeka.com)

JAKARTA (SURYA24.COM)JAKARTA - Pasukan Inggris mencoba menginvasi Pulau Sumatera. Serangan yang cukup besar dilancarkan Inggris tanggal 19 Juni 1946 ke Batu Busuk, Sumatera Barat.

Melansir merdeka.com, serangan ini bertujuan membebaskan kaki tangan mereka yang ditangkap oleh pasukan Indonesia. Tepat pukul sebelas malam, mereka bergerak dari kota dengan kendaraan baja. Namun, rencana tersebut diketahui oleh Tentara Rakyat Indonesia (TRI) yang langsung menyusun taktik untuk menggagalkan rencana Inggris.

Pihak TRI mengutus pasukan dari Indarung untuk melakukan pengadangan di Gadut. Dipimpin Kapten Anwar Badu. Mereka juga bergerak ke Bandar Buat, dipimpin Kapten Rasyid.

Pertempuran berkobar sejak subuh hingga sore hari dan berhasil membuat pasukan Inggris terkepung. Untuk membebaskan diri dari kepungan tersebut, pasukan Inggris menembaki rumah-rumah penduduk dan mereka kembali ke dalam kota. Dalam pertempuran ini, satu regu tentara India yang semula membantu Inggris, menyeberang ke pihak Indonesia.

Terdapat dua markas Inggris yang penting, yakni di Simpang Haru dan Bandar Bekali. Markas ini dianggap penting karena merupakan ancaman terhadap posisi TRI di bagian Timur kota Padang.

Perang 3 Hari 3 Malam

Pada 7 Juli 1946, TRI melakukan penyerangan di bawah komando Mayor A. Husein. Serangan itu dibalas Inggris dengan menembaki Anduring dan kampung di sekitarnya dengan meriam dan mortir.

Empat pesawat terbang menghujani markas TRI dan laskar dengan tembakan mitraliur. Pasukan Inggris juga bergerak menggunakan panser ke kampung-kampung di luar kota. Tekanan terberat dilakukan oleh Inggris di Kampung Kalawi yang merupakan tempat para pejuang berkumpul.

Pertempuran terjadi selama tiga hari tiga malam. Pada siang hari pasukan TRI bertahan di persembunyian. Sedangkan malam hari, mereka bergerak mendekati Simpang Haru dan Bandar Bekali.

Pada malam ketiga, TRI dan kesatuan Laskar berhasil memasuki markas Inggris di Simpang Haru. Pertempuran jarak dekat pun terjadi selama tiga jam. Pagi harinya, Inggris meninggalkan Simpang Haru dan sejumlah senjata mereka jatuh ke pihak TRI.

Selain itu, pos-pos Inggris yang ada di Utara dan Selatan juga menjadi sasaran dari pihak TRI dan Laskar. Serangan dilakukan oleh Mayor Kemal Mustafa yang berfokus pada lapangan terbang Tabing.

Pada 28 Agustus 1946, tepat pada malam Idul Fitri, pihak TRI dan Laskar melakukan serangan serentak. Mereka menyasar semua posisi Inggris dalam kota. Beberapa pos Inggris berhasil dihancurkan. Gedung-gedung yang diduduki oleh mereka juga terbakar.

Menjelang pagi pihak TRI menghentikan serangan untuk melaksanakan Sholat Idul Fitri. Pada mulanya Inggris menyiapkan serangan balasan, namun niat itu kemudian diurungkan. Sebaliknya, pasukan Belanda mulai tiba di Padang.

Ketika kekuatan pihak Belanda sudah dirasa cukup, Inggris menyerahkan daerah tersebut kepada Belanda pada 1 Oktober 1946. Sejak saat itu pasukan RI menghadapi pasukan Belanda hingga terjadinya Agresi Militer I Belanda Juli 1947.***