Kata Rizal Ramli Pada Waktunya akan Terbuka, Sri Mulyani Hanya Jadi Beban Indonesia: Disinyalir Nafsu Jadi Gubernur BI, ‘Episode Gelap’ Sri Mulyani Diungkap Misbakhun

Ekonom senior DR. Rizal Ramli/Net

JAKARTA (SURYA24.COM)  - Utang Indonesia yang naik secara signifikan pada akhir Desember 2022 menuai kritik dari berbagai kalangan. Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat utang mencapai Rp 7.733,99 triliun per 30 Desember 2022.

Catatan ini terbilang naik drastis jika dibandingkan dengan November 2022 yang sebesar Rp 7.554,25 triliun atau naik Rp 179,74 triliun. Artinya utang naik Rp 6 triliun per hari dan kini rasionya sudah mencapai 39,57 persen terhadap PDB.

Ekonom senior DR. Rizal Ramli yang sedari awal sudah mewanti-wanti agar pemerintah tidak ugal-ugalan dalam berutang pun kini pada sebuah kesimpulan. Bahwa kehadiran Sri Mulyani Indrawati (SMI) sebagai Menteri Keuangan (Menkeu) hanya menjadi beban Indonesia.

“Pada waktunya akan terbuka SMI hanya jadi beban Indonesia karena kebijakan utang jor-joran berbunga tinggi, yaitu 2 persen lebih tinggi dari negara-negara yang ratingnya sama atau lebih rendah dari RI,” tegas Menko Perekonomian era Gus Dur itu kepada redaksi, Kamis (19/1).

Dikutip dari rmol.id, menurutnya beban bunga mahal itu nantinya akan ditimpakan kepada rakyat untuk membayar. Rizal Ramli semakin kesal lantaran Sri Mulyani melakukan kebijakan sing printil atau membebankan pajak tinggi hanya pada usaha-usaha kelas kecil.

Dia lantas membandingkan pengelolaan keuangan di era Jokowi dengan era Presiden kedua RI, Soeharto. Kala itu, arsitek utama perekonomian Orde Baru, Profesor Widjojo Nitisastro dinilai Rizal Ramli masih memiliki empati pada rakyat. Pasalnya, Menko Ekuin era Soeharto itu masih membantu membuat desain inpres SD dan sebagainya.

“SMI benar-benar payah dan merugikan RI. Dipuja-puji media international karena memang menguntungkan kreditor-kreditor internasional (selisih bunga lebih 2 persen) dan tukar-tukar iklan,” urainya.

Padahal, lanjur RR, Soeharto juga termasuk orang yang tidak terlalu mengerti masalah ekonomi. Hanya saja, Profesor Widjojo tidak pernah membohongi Soeharto dalam bekerja.

 

“Demikian juga Gus Dur, RR tidak pernah ngibuli Gus Dur. Di situlah integritas kaum intelektual diuji. Mentang-mentang bos ne ndak ngerti, terus kasih angin sorga, membebani RI engan utang ugal-ugalan,” tutupnya.

Diungkap Misbakhun

Ada episode gelap tentang Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati (SMI) yang terkesan sedang dihilangkan. Salah satu yang mulai disamarkan adalah aksinya mem-bailout Bank Century tahun 2008 silam.

Anggota Komisi XI DPR RI, Mukhamad Misbakhun mengatakan, hasil audit BPK menyebut bailout Bank Century Rp 6,7 triliun hingga Rp 8,1 triliun tanpa dasar hukum karena Perppu 4/2008 telah ditolak DPR RI.

"Episode gelap perjalanan karier Menteri SMI harus secara obyektif disampaikan berimbang kepada rakyat dan generasi milenial bahwa SMI sebagai Menkeu sekaligus Ketua KSSK mengambil keputusan melanggar hukum karena melakukan bailout Bank Century," kata Misbakhun dalam keterangannya, Kamis (19/1).

Dikutip dari rmol.id, episode gelap lainnya, kata Misbakhun, SMI memang kerap hadir dalam krisis demi krisis yang dialami negara. Namun faktanya, Sri Mulyani justru menangani krisis dengan cara ekstrem, yakni menambah jumlah utang dengan bunga tinggi.

"Sejarah ini adalah faktual dan melekat dalam perjalanan karier Menkeu terbaik di dunia, SMI," sambung Misbakhun.

Namun, fakta-fakta tersebut kini diduga sengaja dikaburkan. Menkeu, kata Misbakhun, sedang memoles citra di media dengan cerita indah dan gemilang seakan tanpa aib dan episode gelap.

"Dugaan saya, poles citra indah ini karena ingin masuk menjadi Gubernur BI di bulan Mei 2023 ini. Maka kita harus membuka memori sejarah dan mengingatkan publik generasi milenial soal siapa jati diri SMI dengan lebih lengkap dan detail," tutup Misbakhun.***