Pengalaman Bikin Bulu Kuduk Berdiri Mas Parjo Mengantar Roti Pesanan ke Bantul Kok Lama? Ternyata Ini yang Terjadi

(Dok: Pramono Estu)

JAKARTA (SURYA24.COM) - Kisah pengalaman horor Parjo mengantar roti pesanan ke Bantul. Ia sampai malam belum pulang ke rumah membuat cemas kakak. Setelah disusul ke toko roti, ternyata Parjo mengalami kejadian bikin bulu kudu merinding.

Parjo pekerjaannya kurir di sebuah toko roti. Karena menyadari ia hanya lulusan Sekolah Dasar, maka pekerjaan sebagai pengantar roti ia jalani dengan suka cita penuh syukur.

Apalagi juragannya sangat baik denganya. Kebaikan Juraganya dikarenakan Parjo dalam bekerja tekun serta rajin.

Ia dengan ikhlas mau mengerjakan pekerjaan lain, tidak hanya mengantar pesanan saja. Jika hantarannya dekat ia lakukan dengan sepeda onthel, dan jika jauh biasanya memakai sepeda motor.

Bahkan jika yang diantar banyak Parjo pun mahir menyetir mobil, sehingga mengantar pesanan yang banyak memakai mobil.

Laris, memang toko roti “LARIS” sesuai dengan namanya memang laris, baik yang beli di toko maupun pesanannya.

Apalagi menjelang Lebaran, banyak sekali pesanan, sehingga ada beberapa tenaga tambahan yang dipekerjakan.

Parjo pun bekerja ekstra, dan karena banyak yang diantar biasanya sebelum Parjo berjalan untuk mengantar, ia senantiasa meneliti alamat-alamat tujuan, agar bisa menentukan arah hantaran, mendahulukan yang paling dekat.

Tumpukan pesanan yang terakhir ditaruh paling bawah agar tidak susah juga untuk mengeluarkan dari krondho yang ditempatkan di goncengan motor.

Hantaran terakhir Parjo berangkat jam limaan, ada sekitar dua puluhan pesanan, dan sudah ditata sesuai urutan alamat. Yang terakhir ia mengantar di wilayah Ndhung Pring Bantul.

 

“Ini terakhir karena jauh, dan aku pulang sekalian,” pikir Parjo yang bertempat tinggal di Bantul.

Maka ketika berangkat ia sekalian pamit kepada Juragan jika nanti langsung pulang. Namun sehabis Isya, ternyata Parjo belum sampai rumah.

Kakak Parjo mencoba ke toko roti menanyakan.

“Seharusnya sudah,” ungkap Juraganya. “Karena terakhir di daerah Bantul, tadi sekalian pamit,” jelasnya.

Kemudian yang di toko meneliti alamat nota pesanan di Bantul, lalu memberikan alamatnya kepada Kakak Parjo.

Karena waktu itu belum ada handphone, kakak Parjo diantar salah satu sopir yang ada di toko untuk mencarinya di Bantul.

Setelah berputar-putar akhirnya ketemu desa yang dituju. Kebetulan ketemu Pak Dukuh yang lantas membaca alamat itu.

Ketika dicek namanya, Pak Dukuh mengatakan orangnya sudah meninggal akibat kecelakaan beberapa tahun lalu.

Kakak Parjo bingung, namun tetap diantar Pak Dukuh ke makam. Di sana ia melihat Parjo menuntun motornya, “Kenapa Jo?” tanya kakaknya.

Parjo mengatakan kehabisan bensin, karena berputar-putar mencari alamat pemesan tidak ketemu.

Ternyata yang dikelilingi Parjo adalah makam dimana pemesan dikubur. (Seperti dikisahkan Umiles_tari di Koran Merapi) *