Heboh Gegara Ukiran Relief Astronot di Katedral Abad ke-16 Benarkah Ada Penjelajah Waktu? Berikut Temuan Pene;iti Ancaman Baru Manusia di Luar Angkasa

dok net

JAKARTA (SURYA24.COM)- Astronot, atau astronaut dalam bahasa Inggris, adalah para penjelajah angkasa yang menjadi ikon dalam eksplorasi luar angkasa. Mereka adalah pahlawan modern yang menjalani pelatihan yang sangat ketat, menghadapi tantangan ekstrem, dan menjalankan misi luar angkasa yang mengubah dunia. Artikel ini akan membahas peran, pelatihan, dan pencapaian para astronot dalam sejarah eksplorasi luar angkasa.

Peran Astronot dalam Eksplorasi Luar Angkasa

Astronot adalah individu yang dilatih secara khusus untuk melakukan perjalanan ke luar angkasa, menjalankan eksperimen ilmiah, memelihara stasiun antariksa, dan menjalankan berbagai misi yang membantu memahami alam semesta. Mereka bekerja di dalam pesawat ruang angkasa, stasiun antariksa, atau bahkan mengikuti misi pendaratan di bulan. Astronot berperan sebagai peneliti, insinyur, navigator, dan bahkan sebagai duta besar eksplorasi angkasa.

Penjelajah Waktu 

Sebuah relief astronot di katedral Spanyol menggegerkan publik dan memunculkan spekulasi adanya penjelajah waktu. Di jantung kota Salamanca, Spanyol, terdapat Katedral Salamanca yang megah. Ikon yang menjulang tinggi ini berdiri sebagai bukti sejarah dan kecemerlangan arsitektur orang Spanyol abad ke-16. Strukturnya terdiri dari dua gereja, salah satunya dibangun pada abad ke-12 dan ke-13.

 Bangunan lainnya berdiri pada abad ke-16. Selama ratusan tahun, tempat ini telah menjadi salah satu landmark kota paling penting dan menjadi contoh utama gaya arsitektur Gotik Spanyol yang khas. Meskipun tempat ibadah ikonik ini telah memikat pengunjung selama berabad-abad, bukan hanya usia tua dan gayanya yang megah saja menjadi perbincangan banyak orang. Satu perbincangan lagi timbul karena ada sebuah ukiran di dinding luar. 

Ukirannya seperti sosok aneh dan misterius dengan benda mirip helm dan baju astronot. Dilansir dari Past Chronicle, dikutip sindonews, Sabtu (2/8/2023), para ahli percaya bahwa ukiran abad ke-16 ini menyerupai sosok astronot. 

Sosok tersebut digambarkan sedang bersandar pada dedaunan yang diukir rumit. Pada pandangan pertama, orang yang disebut sebagai astronot ini terlihat mengenakan pakaian antariksa berbahan batu, lengkap dengan sepatu bot luar angkasa. 

Sementara fans teori perjalanan waktu menyebutnya sebagai “bukti pasti penjelajah waktu ”. Bahkan hampir semua platform media sosial ramai berbagi pemikiran mereka tentang bagaimana pengunjung kosmik ini diukir di Katedral Salamanca.

 “Astronot di Katedral Salamanca: Patung ini ditegaskan sebagai bukti mutlak perjalanan waktu,”tulis salah satu warganet.

 Meskipun gagasan tentang astronot penjelajah waktu mungkin terdengar menarik, ada pula yang memiliki penjelasan tentang ukiran langit ini. Beberapa orang mengatakan bahwa astronot sebenarnya tambahan modern pada struktur kuno yang diukir selama masa restorasi gereja pada 1992.

 Disinyalir Jeronimo Garcia, seniman lokal saat itu, ingin memasukkan sentuhan kontemporer ke dalam katedral. Hal ini juga terbukti saaf ia menghiasi bagian luar dinding Katedral dengan sejumlah figur tidak biasa lainnya, termasuk udang karang, kelinci, bangau, banteng, lynx, dan naga.

Meskipun pengerjaan ulang versi 1992 ini mengakhiri misteri astronot Salamanca, ada beberapa anomali seni menarik lainnya yang masih membingungkan baik para penganut perjalanan waktu maupun penggemar seni. Baru sebulan terakhir ini, ada yang melaporkan penemuan benda yang tampak seperti iPhone dalam lukisan yang dibuat hampir 90 tahun lalu, yakni Mahakarya Umberto Romano tahun 1937, 

“Mr Pynchon And The Settling Of Springfield". Sang seniman seperti mendahului kemunculan ponsel pintar Apple sekitar 70 tahun. Gambar gawai misterius ini telah menimbulkan banyak spekulasi, mendorong banyak pakar seni untuk memberikan interpretasi mereka sendiri mengenai keasliannya. 

Beberapa ahli berpendapat bahwa benda itu mungkin adalah cermin berukuran saku atau pisau, dan mencatat bahwa perangkat ini mungkin menarik minat penduduk asli. 

Meskipun astronot Katedral Salamanca mungkin memiliki penjelasan yang cukup membumi, daya tarik dari hal-hal yang tidak diketahui masih mengundang kita untuk menjelajahi misteri yang berada di luar jangkauan kita.

Ancaman Baru

Upaya untuk mencermati bagaimana lingkungan luar angkasa dapat berdampak negatif pada sistem kekebalan astronot terus dilakukan. Dan tim ilmuwan dari Karolinska Institutet di Swedia menemukan fakta baru. 

 

Seperti dihimpun dari Space, Jumat (1/9/2023), para ilmuan menyimpulkan bahwa gayaberat mikro yang dialami oleh penjelajah luar angkasa dapat memengaruhi sistem imun para astronot.

Secara khusus, imun yang terpengaruh adalah sel T, yang mana sel T ini adalah sejenis sel darah putih, yang disebut limfosit, yang fungsinya sangat penting agar tubuh mampu melawan serangan penyakit.

Dikatakan bahwa pengaruh gayaberat mikro berkepanjangan dapat menyebabkan sel T menjadi kurang aktif dan kurang efektif dalam melawan infeksi, sehingga membuat astronot rentan terkena virus.

“Jika astronot ingin menjalani misi luar angkasa yang aman, kita perlu memahami bagaimana sistem kekebalan tubuh mereka terpengaruh dan mencoba menemukan cara untuk melawan perubahan berbahaya tersebut,” kata Lisa Westerberg, salah satu ilmuwan. 

“Kami sekarang dapat menyelidiki apa yang terjadi pada sel T, yang merupakan komponen kunci dari sistem kekebalan tubuh, ketika terkena kondisi tanpa bobot," lanjutnya.

Dalam melakukan penelitian, Westerberg dan timnya menggunakan kasur air yang dibuat khusus untuk mengelabui tubuh agar berpikir bahwa tubuh tidak berbobot, sebuah teknik yang disebut perendaman kering.

Delapan subjek sehat diletakan pada perendaman kering selama 3 minggu. Kemudian para peneliti melakukan analisis darah pada subjek ini pada interval yang berbeda-beda.

Tim melakukan penghitungan mukai dari sebelum percobaan, kemudian tujuh, 14, dan 21 hari setelah percobaan dimulai dan, terakhir, seminggu setelah percobaan selesai.

Hasilnya, mereka menemukan bahwa sel T subjek telah berubah sehubungan dengan perendaman kering, yang pada dasarnya berubah dalam istilah ekspresi gen secara signifikan setelah 7 dan 14 hari tanpa bobot.

Perubahan paling ekstrim terjadi setelah 14 hari. Gen sel T tampak mengadopsi keadaan yang belum matang selama proses tersebut, yang berarti mereka berperilaku seolah-olah tidak menemukan virus.

Itu adalah sesuatu yang dapat berdampak negatif terhadap kesehatan astronot.

"Sel T mulai menyerupai sel T naif, yang belum pernah ditemukan penyusup. Ini berarti sel tersebut membutuhkan waktu lebih lama untuk diaktifkan sehingga menjadi kurang efektif dalam melawan sel tumor dan infeksi,” lanjut ilmuwan lain, Carlos Gallardo Dodd.

Meski demikian, setelah 21 hari terpapar gayaberat mikro, sel T subjek tampaknya telah beradaptasi dengan keadaan tanpa bobot, dan ekspresi gen sel kembali ke hampir normal.

Namun, tujuh hari setelah percobaan berakhir, tim menemukan beberapa perubahan asli dalam ekspresi gen akibat keadaan tanpa bobot benar-benar muncul kembali.

Tim ilmuwan sekarang akan mencoba menggunakan platform roket yang terletak di Esrange Space Center di Swedia untuk meneliti lebih lanjut sel T dan dampak keadaan tanpa bobot terhadap fungsinya.

"Hasil kami dapat membuka jalan bagi pengobatan baru yang membalikkan perubahan pada program genetik sel kekebalan,” Dodd menyimpulkan sebagaimana dikutip okezone.com