Tak Banyak yang Tahu, Den Hafrin Pasukan Khusus Penuh Misterius Kawal Presiden Konon Lebih Ditakuti dari Kopassus

Ilustrasi (Dok:Net)

 

JAKARTA(Surya24.com) - Keberadaannya masih gelap dan simpang siur, tapi namanya terkenal sebagai pasukan khusus Indonesia yang lebih ditakuti dari Kopassus.

  Den Harin atau Datasemen Harimau, merupakan salah satu pasukan khusus yang konon pernah dimiliki Indonesia.

Pasukan khusus tersebut bertugas mengawal Presiden secara senyap. Selain juga memiliki tugas khusus untuk menanggulangi teror-teror yang masuk ke Indonesia.

Saking misteriusnya pasukan khusus ini, keberadaannya bahkan diragukan. Tak heran, pasalnya hingga kini belum ada dokumen yang menampakkan wujud dari pasukan tersebut, padahal jika memang ada pasti ada bukti dan dokumen otentiknya.

Meski demikian, Den Harin diyakini dibentuk pada tahun 1986. Sementara itu, kisah pembentukan pasukan bernama Pasukan Harimau disebut berawal dari masa awal kemerdekaan Indonesia, ketika Belanda ingin kembali merebut kekuasaan.

Melansir Tribun Jambi, setelah Proklamasi kemerdekaan Indonesia dibacakan oleh Soekarno-Hatta pada 17 Agustus 1945, rupanya peristiwa penting ini tidak diketahu secara merata.

Khususnya oleh rakyat Sulawesi Selatan karena masih jarang yang memiliki radio.

 

Oleh karena itu pasukan NICA dan KNIL yang sudah dibebaskan oleh pasukan Jepang dari tahanan memanfaatkan situasi minimnya informasi di Sulawesi Selatan itu untuk mengambil alih kekuasaan.

Pasukan NICA dan KNIL yang dengan cepat melakukan konsolidasi itu langsung memiliki pengaruh karena didukung persenjataan hasil rampasan dari pasukan Jepang yang sudah menyerah kepada Sekutu.

Berbekal 'surat sakti', yakni Perjanjian Posdam, pasukan Sekutu (Australia-Belanda) mendarat di Makassar untuk melaksanakan misi pembebasan tawanan pasukan Belanda yang ditahan Jepang pada 24 Septemner 1945.

Pasukan Sekutu yang membawa pasukan Belanda itu juga sekaligus melucuti persenjataan pasukan Jepang.

Isi Perjanjian Postdam yang ditandatangani pada 26 Juli 1945 sendiri menyatakan bahwa “wilayah yang diduduki musuh” (occupied area) harus dikembalikan kepada penguasa semula.

 

Jika isi perjanjian itu dikaitkan dengan Indonesia, berarti pasukan Jepang harus mengembalikan Indonesia kepada Belanda.

Menghadapi pasukan Belanda yang memang ingin menguasai kembali Indonesia dan menjadikan Makassar sebagai ibukota Negara Indonesia Timur, para pejuang membentuk perlawanan.

Laskar Pemberontak Rakyat Indonesia Sulawesi (Lapris) berhasil dibentuk untuk sebagai pasukan untuk melawan pasukan Belanda.

Robert Wolter Mongisidi merupakan salah satu pejuang Lapris yang dikenal namanya, ia gugur dan menjadi pahlawan nasional.

 

Sayangnya, pasukan Lapris selalu berhasil dipukul mundur oleh pasukan Belanda, kekuatannya pun menjadi terpecah-pecah.

Bahkan, pada serangan militer Belanda yang dilancarkan pada 8 Agustus 1946, kubu pasukan Lapris yang berada di Gunung Ranaya berhasil dihancurkan.

Sementara itu, para pejuang Lapris memilih turun gunung dan melanjutkan perlawanan melalui taktik peperangan secara gerilya.

Dari upaya peperangan secara gerilya itu, dikenal sosok Maulwi Saelan. Ia merupakan salah satu personel yang terus bertempur hingga kelak menjadi pengawal pribadi Presiden Soekarno.

 

Setelah turun gunung dan kembali meneruskan perjuangan ke Makassar, Maulwi dan rekan-rekan seperjuangan kemudian mencari nama baru bagi pasukan gerilyanya yang juga merupakan pasukan khusus itu.

Pasukan itu pun dinamai Pasukan Harimau Indonesia, disebut ini karena pada masa penjajahan Jepang, Maulwi dan rekannya suka menonton film yang ada harimaunya.

Laskar Harimau Indonesia ini terkenal militan karena terdiri dari para pejuang kelompok pelajar SMP Nasional yang umumnya mahir berbahasa Belanda.

Mereka pernah menyerang dan menduduki Hotel Empres pada 29 Oktober 1945 dari tangan NICA serta berhasil membebaskan rekan yang semula ditahan oleh NICA.

 

Dalam pasukan tersebut, Maulwi Saelan menjabat sebagai Kepala Staf. Sementara komandannya adalah Muhammad Syah, dengan Wakil Komandan Robert Wolter Mongisidi.

Seperti tertulis dalam buku Maulwi Saelan: Penjaga Terakhir Seokarno, dalam strategi tempurnya Pasukan Harimau Indonesia memiliki taktik dan strategi tempur khusus.

Mereka menyerang dan merampas persenjataan pasukan Belanda dengan target individu atau kelompok kecil serdadu NICA, KNIL, polisi, kaki tangan Belanda, serta gudang amunisi.

Jika digambarkan sebagai pasukan jaman sekarang Pasukan Harimau Indonesia ini memang seperti pasukan khusus yang bertempur secara senyap, mahir melaksanakan sabotase sasaran vital musuh, menimbulkan ketakutan dan kepanikan terhadap kehidupan sehar-hari pasukan Belanda, menghadang distribusi logistik, dan lainnya.

Pasukan Harimau Indonesia sangat populer, kemudian pada era Orde Baru, ABRI (TNI) juga memiliki pasukan khusus yang dinamai Datasemen Harimau (Den Harin) yang bertugas mengawal Presiden secara senyap.

Den Harin disebut-sebut hasil bentukan Jenderal L.B. Moerdhani dua tahun sebelum menjabat Panglima TNI.

Pasukan yang dibentuk ini menampung prajurit hebat dari lingkungan TNI AD, AL, AU, dan POLRI.

 

Semuanya diseleksi ketat agar menghasilkan pasukan yang benar-benar mematikan.

Den Harin dipersiapkan untuk misi lapangan rahasia yang menuntut kemampuan bertarung tingkat tinggi yang tak dimiliki oleh semua pasukan TNI dan POLRI.

Misi utama dari Den Harin adalah melindungi NKRI secara menyeluruh tanpa terkecuali.

Jika ada isu serangan, tindakan makar, dan hal-hal negatif lainnya, Den Harin akan datang secara diam-diam dan meringkusnya.

Den Harin resmi dibubarkan tahun 1995. Ini artinya pasukan elite mengabdi selama 9 tahun di Indonesia.

Pasukan elite yang penampakannya tetap menjadi misteri ini dianggap sudah purnatugas.***