Kisah Perjuangan Mbak Wati Menangkal Gendruwo yang Menyamar Jadi Suami Tidak Datang Lagi

(Dok: Sibhe)

JAKARTA (SURYA24.COM) - Wati dan Angga baru saja menikah. Keduanya menempati rumah baru hasil dari patungan bersama-sama. Suatu hari, Angga mau berangkat bekerja. Seperti biasa, ia pamitan dengan Wati.

“Aku tak berangkat kerja dulu, ya. Kayaknya juga nanti pulang agak telat,” ucap Angga sambil mencium kening Wati.

“Nggih, Mas. Hati-hati di jalan, ya. Ndak usah mampir-mampir, nanti malah tambah kemaleman,” balas Wati dan tak lupa salim dengan sang suami.

Wati pun menutup pintu dan masuk ke dalam rumah.

Ia melanjutkan aktivitas seperti biasa. Setelah selesai mencuci baju dan bersih-bersih rumah, ia ketiduran sampai jam 3 sore.

Saat bangun, ia kaget karena Angga tiba-tiba pulang. Anehnya, tidak terdengar suara pintu kamar dibuka atau pun uluk salam dari Angga.

“Lho, Mas. Kok sudah pulang? Katanya tadi pulangnya telat? Ndak jadi lembur ta?” tanya Wati.

Yang ditanya cuma diam, setelah itu mencium pipi Wati dan justru pergi. Sontak Wati curiga dan mengikuti ke mana perginya Angga.

Sesuai dugaannya, Angga menuju ke kamar mandi. Ah, mungkin tadi belum sempat cuci kaki, jadi langsung masuk ke kamar, pikir Wati.

Wati pun masuk ke kamar lagi dan rebahan di atas kasur. Namun, karena yang ditunggu-tunggu tidak muncul juga, akhirnya Wati sepakat mau menyusul Angga.

Sesampainya di depan kamar mandi, Wati heran, kok tidak ada siapa-siapa?

 

Lantai kamar mandi juga kering. Ia pun segera mencari Angga, tapi tetap tidak ketemu. Akhirnya, Wati kembali ke kamar tanpa berani keluar lagi.

Barulah jam 7 malam, selepas ba’da isya, ada yang mengetuk pintu rumah. Cepat-cepat Wati membuka pintu dan ternyata Angga yang datang.

“Mas, tadi ada yang pulang. Tak kira kamu. Soalnya sama persis!”

“Ah, masa? Lha ini aku barusan pulang.”

“Terus tadi siapa?”

“Sudah, ayo masuk!”

Di kamar, Angga bilang bisa saja itu makhluk halus yang memba-memba atau menyerupai dirinya. Ia juga berpesan pada Wati, agar tidak usah mencuci baju kotornya.

Katanya supaya yang semacam gendruwo itu tidak usil lagi. Apalagi konon jika ada bau keringatnya, gendruwo jadi tidak berani. - Semua nama samaran - (Seperti dikisahkan Reni Asih Widiyastuti di Koran Merapi) *