Mengejutkan Tradisi Ekstrem Suku Naulu, Awetkan Mayat dengan Daun Sirih

(dok:net)

JAKARTA (SURYA24.COM)-Suku Naulu adalah salah satu suku asli yang mendiami Pulau Seram, Maluku. Mereka tinggal di wilayah pesisir dan pegunungan, serta memiliki bahasa dan kebudayaan yang khas.

Sejarah Suku Naulu

Suku Naulu merupakan salah satu suku asli yang berasal dari Pulau Seram, Maluku. Mereka tinggal di wilayah pesisir dan pegunungan. Meskipun tidak ada catatan tertulis tentang sejarah suku ini, namun sejarah lisan yang turun temurun mengatakan bahwa suku Naulu sudah ada sejak zaman pra-sejarah. Pada masa itu, mereka hidup sebagai pemburu dan pengumpul makanan.

Pada abad ke-16, Pulau Seram menjadi pusat perdagangan rempah-rempah yang ramai, terutama cengkih. Hal ini membuat pulau Seram dijajah oleh Portugis dan kemudian Belanda. Suku Naulu pun ikut terpengaruh oleh pengaruh kolonial Belanda tersebut.

Kebudayaan Suku Naulu

Suku Naulu memiliki kebudayaan yang khas dan masih dipertahankan hingga saat ini. Bahasa Naulu merupakan bahasa asli yang digunakan oleh suku ini, meskipun saat ini penggunaannya semakin berkurang. Selain bahasa, suku Naulu juga memiliki tarian dan musik yang khas, seperti tari cakalele dan musik yang dimainkan dengan alat musik tradisional seperti tifa dan gong.

Pada masa lalu, suku Naulu hidup sebagai pemburu dan pengumpul makanan. Namun, seiring dengan pengaruh kolonial Belanda, suku ini mulai beralih menjadi petani dan nelayan. Mereka mengolah lahan untuk menanam padi, jagung, ubi kayu, dan sayuran lainnya. Selain itu, mereka juga menangkap ikan dan hasil laut lainnya.

Agama dan Kepercayaan

Mayoritas suku Naulu menganut agama Kristen Protestan, namun masih terdapat beberapa orang yang masih memegang kepercayaan animisme dan dinamisme. Kepercayaan tersebut meliputi keyakinan pada roh nenek moyang, roh alam, dan kekuatan gaib lainnya.

Pendidikan dan Ekonomi

Suku Naulu memiliki akses terbatas terhadap pendidikan dan fasilitas kesehatan. Namun, saat ini pemerintah Indonesia sedang berupaya meningkatkan akses pendidikan dan kesehatan di daerah ini. Di bidang ekonomi, suku Naulu masih mengandalkan pertanian dan perikanan sebagai mata pencaharian utama mereka. Namun, ada juga beberapa orang yang menjadi pedagang atau bekerja di sektor informal.

Daun Sirih

Tidak bisa dipungkiri Indonesia memiliki banyak sekali kebudayaan yang tersebar di seluruh negeri. Tradisi-tradisi ini ada yang bisa disebut ekstrem, namun telah dilakukan secara turun-temurun. Salah satunya adalah tradisi yang masih dilakukan oleh suku Naulu ini.

Suku Naulu adalah salah satu suku asli yang mendiami Pulau Seram, Maluku. Suku ini memiliki tradisi-tradisi unik dan menarik yang mencerminkan kearifan lokal dan kepercayaan mereka terhadap alam.

Salah satu tradisi yang paling menonjol adalah cara mereka mengawetkan mayat dengan daun sirih. Daun sirih adalah tanaman yang biasa digunakan sebagai obat tradisional atau bahan siraman.

Namun, bagi suku Naulu, daun sirih memiliki fungsi yang lebih penting, yaitu sebagai bahan pengawet mayat. Menurut kepercayaan mereka, daun sirih dapat menjaga mayat agar tidak membusuk dan mengeluarkan bau tidak sedap.

Proses pengawetan mayat dengan daun sirih dilakukan dengan cara membungkus mayat dengan kain putih, kemudian menempelkan daun sirih di seluruh permukaan tubuh mayat.

Dikutip dari intisari online.com, setelah itu, mayat dibawa ke rumah duka yang disebut Tikusune, yaitu sebuah bilik berukuran 2x2 meter.

 

 

 

Tikusune berfungsi sebagai tempat mengasingkan diri bagi kaum wanita yang akan melahirkan atau mendapat menstruasi pertama.

Di dalam Tikusune, mayat diletakkan di atas sebuah alas bambu dan ditutupi dengan kain hitam.

Mayat yang sudah dibungkus dengan daun sirih akan tetap berada di dalam Tikusune selama beberapa bulan hingga beberapa tahun, tergantung dari keinginan keluarga atau marga.

Selama masa pengawetan, keluarga atau marga akan rutin mengganti daun sirih yang sudah layu dengan yang baru. Mereka juga akan memberikan sesaji berupa makanan dan minuman kepada mayat sebagai bentuk penghormatan dan kasih sayang.

Tujuan dari tradisi pengawetan mayat dengan daun sirih ini adalah untuk memberikan waktu bagi keluarga atau marga untuk mempersiapkan upacara pemakaman yang layak dan megah.

Upacara pemakaman suku Naulu biasanya melibatkan ritual-ritual adat seperti menari, menyanyi, memotong hewan kurban, dan bahkan memenggal kepala manusia sebagai mas kawin.

Upacara pemakaman ini dianggap sebagai peristiwa penting yang menandai perpindahan roh dari dunia fana ke dunia baka.

Tradisi pengawetan mayat dengan daun sirih ini merupakan salah satu bentuk kekayaan budaya Indonesia yang patut dilestarikan dan dihargai.

Tradisi ini menunjukkan betapa kuatnya ikatan emosional antara suku Naulu dengan alam dan leluhur mereka.

Tradisi ini juga menunjukkan betapa besarnya rasa hormat dan cinta mereka terhadap orang-orang yang telah meninggal dunia.

Kesimpulan

Suku Naulu adalah salah satu suku asli yang mendiami Pulau Seram, Maluku. Mereka memiliki bahasa dan kebudayaan yang khas, serta hidup sebagai petani dan nelayan. Meskipun sudah terpengaruh oleh pengaruh kolonial Belanda, namun suku Naulu masih mempertahankan kebudayaan mereka.***