Waduh Penelitian Terbaru Gegara Perubahan Iklim Otak Manusia Alami Ini, Apa Itu?

Ilustrasi (Dok:Net)

JAKARTA (SURYA24.COM)- Perubahan iklim telah menjadi isu global yang mendesak yang mempengaruhi berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk kesehatan dan kecerdasan. Dalam beberapa dekade terakhir, kita telah menyaksikan peningkatan suhu rata-rata global, polusi udara yang tinggi, kejadian cuaca ekstrem, dan perubahan lingkungan lainnya yang signifikan. Semua ini memiliki dampak yang merugikan bagi kesehatan manusia dan bahkan kemampuan intelektual.

Salah satu dampak terbesar perubahan iklim terhadap kesehatan manusia adalah peningkatan risiko penyakit dan kondisi medis tertentu. Peningkatan suhu ekstrem dapat menyebabkan terjadinya heatstroke, kelelahan panas, dan masalah pernapasan. Selain itu, cuaca yang tidak stabil juga dapat meningkatkan risiko infeksi saluran pernapasan atas, termasuk pilek, flu, dan penyakit lain yang terkait dengan perubahan suhu dan kelembaban udara. Peningkatan polusi udara juga dapat menyebabkan gangguan pernapasan, alergi, dan penyakit paru-paru.

Selain itu, perubahan iklim juga berdampak pada kualitas air dan ketersediaan sumber daya air bersih. Kekurangan air bersih dapat mengakibatkan penyebaran penyakit yang ditularkan melalui air, seperti diare dan penyakit kulit. Selain itu, perubahan iklim juga dapat mempengaruhi kualitas pangan, menyebabkan penurunan ketersediaan makanan bergizi dan peningkatan risiko kelaparan. Kurangnya asupan nutrisi yang memadai dapat berdampak negatif pada pertumbuhan dan perkembangan fisik serta kecerdasan anak-anak.

Selain kesehatan fisik, perubahan iklim juga dapat berdampak pada kesehatan mental dan kecerdasan. Kejadian cuaca ekstrem, seperti banjir, kekeringan, atau badai tropis, dapat menyebabkan stres psikologis, kecemasan, dan depresi. Bencana alam yang disebabkan oleh perubahan iklim juga dapat menyebabkan trauma yang berkepanjangan, terutama pada populasi yang rentan seperti anak-anak, lansia, dan komunitas miskin. Studi juga menunjukkan bahwa paparan jangka panjang terhadap polusi udara dapat mempengaruhi fungsi kognitif dan kemampuan intelektual, terutama pada anak-anak.

 

Pemerintah dan organisasi kesehatan dunia telah mengakui pentingnya mengatasi dampak perubahan iklim terhadap kesehatan manusia. Upaya pencegahan dan adaptasi menjadi kunci dalam menghadapi tantangan ini. Misalnya, langkah-langkah seperti pengurangan emisi gas rumah kaca, pengembangan energi terbarukan, penghijauan kota, dan peningkatan sistem peringatan dini terhadap cuaca ekstrem dapat membantu mengurangi dampaknya terhadap kesehatan manusia. Selain itu, penting untuk memperkuat sistem kesehatan masyarakat dan memberikan pendidikan serta informasi yang tepat kepada masyarakat tentang dampak perubahan iklim terhadap kesehatan mereka.

Selain upaya pencegahan, adaptasi juga penting dalam menghadapi dampak perubahan iklim. Ini termasuk peningkatan infrastruktur kesehatan, seperti memperkuat fasilitas kesehatan di daerah yang rentan terhadap bencana alam. Selain itu, pengembangan sistem peringatan dini dan rencana tanggap darurat yang efektif juga diperlukan untuk mengurangi risiko kesehatan saat terjadi bencana akibat perubahan iklim.

Penting untuk melibatkan berbagai pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta, dalam upaya mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim. Kolaborasi yang kuat dan tindakan bersama diperlukan untuk menghadapi tantangan ini dan melindungi kesehatan serta kecerdasan manusia dari dampak yang merugikan.

Dalam rangka melindungi kesehatan dan kecerdasan manusia, langkah-langkah harus diambil untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, meningkatkan kebersihan udara, menjaga ketersediaan air bersih, mempromosikan pertanian berkelanjutan, dan mengembangkan infrastruktur yang tangguh terhadap perubahan iklim. Selain itu, kesadaran dan pendidikan masyarakat tentang hubungan antara perubahan iklim dan kesehatan juga harus ditingkatkan.

Dengan langkah-langkah yang tepat, kita dapat melindungi kesehatan dan kecerdasan manusia dari dampak perubahan iklim. Sudah saatnya kita semua berpartisipasi dalam upaya global untuk menciptakan masa depan yang berkelanjutan, di mana kesehatan dan kecerdasan manusia tetap terjaga dalam menghadapi tantangan perubahan iklim.

Volume Otak Menyusut

Dikutip dari okezone.com, perubahan iklim memang menyebabkan manusia terpaksa beradaptasi dengan lingkungan. Salah satunya adalah cuaca panas yang ekstrem, bahkan Bumi akan memecahkan rekor suhu rata-rata terpanas pada 2023-2024.

 

Tapi ternyata bukan hanya cuaca saja yang berubah karena perubahan iklim, tapi juga pada fisik manusia. Tidak tanggung-tanggung, yang terpengaruh adalah otak kita.

Penelitian yang dilakukan oleh ilmuwan kognitif, Jeff Morgan Stibel dari Museum Sejarah Alam di California mengungkap adanya hubungan antara perubahan iklim dan penyusutan ukuran otak manusia. Dikatakan bahwa hubungan antar keduanya sangat lah besar.

Morgan menyebut ada respons adaptif yang muncul dalam analisis catatan iklim dan sisa-sisa manusia selama periode 50.000 tahun. Menurutnya, ini akan menambah pemahaman umat manusia tentang bagaimana kita bisa berubah karena adanya tekanan lingkungan.

Morgan melihat bagaimana ukuran otak dari 298 spesimen Homo berubah selama 50.000 tahun terakhir dalam kaitannya dengan peningkatan suhu global. Ketika iklim menjadi lebih hangat, rata-rata ukuran otak menyusut jauh lebih kecil daripada saat iklim lebih dingin.

Morgan sendiri memperoleh data tentang ukuran tengkorak dari sepuluh sumber terbitan terpisah, dengan total 373 pengukuran dari 298 tulang manusia selama 50.000 tahun. Dia memasukkan perkiraan ukuran tubuh yang disesuaikan dengan wilayah geografis dan jenis kelamin untuk memperkirakan ukuran otak.

Fosil-fosil tersebut dikelompokkan berdasarkan berapa lama mereka hidup, dan Morgan melakukan penelitiannya menggunakan empat rentang usia fosil yang berbeda yaitu 100 tahun, 5.000 tahun, 10.000 tahun, dan 15.000 tahun untuk membantu menjelaskan kesalahan penanggalan.

Morgan membandingkan ukuran otak dengan empat catatan iklim, termasuk data suhu dari European Project for Ice Coring in Antarctica (EPICA) Dome C. Inti es di EPICA Dome C memberikan pengukuran suhu permukaan yang akurat selama lebih dari 800.000 tahun.

Analisis yang dilakukan menunjukkan pola umum perubahan ukuran otak pada Homo, yang berkorelasi dengan perubahan iklim saat suhu naik dan turun. Manusia mengalami penurunan yang cukup besar dalam ukuran otak rata-rata, sebesar lebih dari 10,7 persen, selama periode pemanasan Holosen.

"Mengingat tren pemanasan global baru-baru ini, sangat penting untuk memahami dampak perubahan iklim, jika ada, pada ukuran otak manusia dan pada akhirnya perilaku manusia," kata Morgan seperti dikutip dari Science Alert.

Lebih lanjut ia mengatakan bahwa tingkat kelembapan dan curah hujan juga berpengaruh pada pertumbuhan otak. Dari pola evolusi ini menunjukkan bahwa pemanasan global yang sedang berlangsung dapat berdampak buruk pada kognisi manusia.

“Hasilnya menunjukkan bahwa perubahan iklim memprediksi ukuran otak Homo, dan perubahan evolusioner tertentu pada otak mungkin merupakan respons terhadap tekanan lingkungan. Diperlukan lebih banyak penelitian untuk menentukan apakah dampak perubahan iklim pada fisiologi Homo merupakan hasil khusus dari perubahan suhu atau efek tidak langsung dari elemen lain dari lingkungan yang berubah,", tutupnya.***