Penasaran Kenapa Bintang Tampak Bderkedip di Langit? Berikut Sensasi Apa yang Terjadi ketika Kamu Menabrak Awan

Ilustrasi (Dok:Net)

JAKARTA (SURYA24.COM)– Saat menatap bintang di langit, maka kita akan melihat bintang-bintang tampak berkedip. Tentunya fenomena ini menimbulkan tanda tanya besar kenapa bisa terjadi demikian.

Nah bagi kalian yang penasaran kenapa bintang di langit terlihat berkedip, berikut ini adalah penjelasan lengkapnya, melansir dari Space. Faktanya, bintang sebenarnya tidak berkedip seperti yang kita lihat. Cahaya bintang sebenarnya utuh, hanya saja kita melihatnya dari Bumi yang jaraknya sangatlah jauh dari bintang itu sendiri.

Ryan French, fisikawan surya di University College London di Inggris mengatakan bahwa bintang menempuh jarak yang sangat jauh untuk mencapai mata kita pada malam hari.

Mengutip okezone.com, matahari saja yang merupakan bintang terdekat kita jaraknya 150 juta kilometer, bintang lain yang terdekat dengan kita adalah Proxima Centauri, yang berjarak lebih dari 4 tahun cahaya dari Bumi.

Dengan jarak yang jauh, dalam perjalanan ke mata kita cahaya dari bintang-bintang ini tentu akan samar, apalagi cahaya bintang bertemu dengan atmosfer Bumi, maka yang kita kihat adalah kelip-kelip.

"Saat titik cahaya ini mencapai atmosfer, ia melewati lapisan udara yang bergetar sebelum mencapai mata kita, menyebabkannya berkelap-kelip," kata French memaparkan.

Jadi, jarak bintang yang kaih dan getaran atmosfer Bumi lah yang menjadikan bintang-bintang di langit tampak berkedip. Di luar angkasa, jauh di sana, bintang-bintang tidak berkedip sama sekali.

Hal inilah yang menjadi salah satu alasan mengapa Teleskop Luar Angkasa Hubble dikirim ke orbit. Teleskop itu bisa mendapatkan gambar ruang yang lebih tajam tanpa gambarnya terdistorsi oleh turbulensi atmosfer.

 

"Bintang akan lebih berkedip jika cahaya bintangnya melewati lebih banyak udara sebelum mencapai mata kita. Malam yang lembap juga akan menyebabkan udara menjadi lebih tebal, membuat bintang tampak lebih berkelap-kelip" jelas French.

Lantas bagaimana jika kita melihat bintang yang tidak berkedip? French mengatakan bahwa itu bukanlah bintang, melainkan planet. Tidak seperti bintang, planet bukanlah sumber titik di langit.

"Ini karena mereka jauh lebih dekat dengan kita. Dengan kata lain, mereka terlalu besar di langit malam untuk membuat atmosfernya tampak berkedip-kedip," pungkas French.

Menabrak Awan Tapi Tak Naik Pesawat?

Ketika pesawat menabrak awan memang akan terjadi turbulensi yang cukup besar, sehingga membuat pesawat bergetar. Tapi, apa yang akan terjadi jika manusia menabrak awan secara langsung?

Menurut catatan, pengalaman manusia yang menabrak awan akan bervariasi tergantung pada jenis awan, alat pelindung, dan kondisi cuaca. Yang jelas efek paling ringan adalah basah kuyup hingga paling parah tidak sadarkan diri.

 

Ini karena kemungkinan besar manusia hanya terjun dari ketinggian 4.000 meter sehingga hanya akan menabrak awan stratus dan cumulus dari ketinggian 1.980 meter, yang mana kedua jenis awan sebagian besar terdiri dari molekul air.

Ryan Katchmar, seorang instruktur terjun payung yang berbasis di Utah dengan lebih dari 10.000 lompatan, menekankan bahwa meski rasa penasaran begitu besar, manusia sejatinya tidak boleh menabrak awan secara sengaja.

Pasalnya selain basah, menabrak awan juga akan mengganggu visibilitas saat terjun sehingga tidak ada cara untuk melacak potensi bahaya, sebagaimana dihimpun dari Live Science.

"Rasanya seperti kamu pergi ke ruangan putih lalu keluar. Tapi jika itu awan gelap, tebal atau padat, itu akan terasa seperti benturan kecepatan, dan kamu akan keluar dengan kondisi basah kuyup," jelas Katchtmar seperti dikutip okezone.com.

Katchmar juga mengungkap bahwa ia pernah mengalami kondisi dingin yang tak terduga, seperti hujan es yang keluar dari kacamatanya. Untuk alasan ini, ia sering kali menutupi dirinya saat menabrak awan untuk menghindari cedera.

Kasus terjun payung yang paling ekstrem dalam cuaca buruk melibatkan badai petir. Di dalam awan badai, udara hangat dapat naik dengan kecepatan lebih dari 100 mph (160 km/jam), tetapi pada ketinggian tinggi, partikel tersebut merasakan tarikan gravitasi dan turun sebagai hujan atau hujan es.

Hanya dua orang yang diketahui selamat dari perjalanan seperti itu melalui awan yang membawa badai petir. Pada tahun 1959, Letnan Kolonel AS William Henry Rankin dalam cuaca buruk menghabiskan 40 menit berputar-putar di dalam awan badai.

Beberapa dekade kemudian, pada tahun 2007, paraglider Jerman Ewa Wi?nierska secara tidak sengaja terhisap petir saat berlatih untuk kejuaraan dunia paralayang. Dia kehilangan kesadaran karena kekurangan oksigen dan mendarat beberapa jam kemudian sekitar 37 mil (60 km) jauhnya.***