Main Ponsel Depan Kipas Angin Berjam-jam Bocah di Lampung Terkena Bells Palsy, Simak Yuk Pengertiannya

Dewi Nuryani tengah memeriksa wajah anaknya, JP (6) yang diduga mengalami gangguan pada bagian wajahnya atau Bells Palsy. Dewi mengatakan gangguan muncul karena anaknya sehari-hari kerap bermain ponsel lebih dari enam jam. (Sumber: Kompas TV)

JAKARTA (SURYA24.COM) – Seorang anak di Lampung diduga mengalami perubahan otot wajah atau Bell's Palsy. Yakni kondisi di mana salah satu sisi otot wajah melemah, dan bersifat sementara. Gara-gara berjam-jam bermain ponsel di depan kipas angin.

    Menurut ibunya, anak yang masih duduk di bangku taman kanak-kanak tersebut pulang sekolah wajahnya mengalami perubahan. Mulutnya membuka lebar dan mata sebelah kiri tidak bisa berkedip.

    Mengetahui kondisi anaknya seperti itu, Legimin dan Dewi Nuryani kedua orang tua anak itu. Segera membawa ke dokter untuk penanganan lebih lanjut.

  Menurut dokter anak mereka menderita Bell's Palsy, selanjutnya anak tersebut harus menjalani pengobatan rutin.

Apa Itu Bells Palsy?

  Gangguan tersebut muncul diduga akibat JP kerap bermain ponsel di hadapan kipas angin hingga enam jam sehari.

  “Kurang lebihnya seperti itu (pemakaian ponsel di atas enam jam). Pokoknya kalau enggak dikasihin nangis. Ya gimana, namanya orangtua,” tutur ayah JP, Legimin kepada Kompas TV, Senin (20/2/2023).

  Ibunda JP, Dewi Nuryani mengatakan gejala perubahan bentuk otot ini diketahuinya usai JP pulang dari sekolah.

 "Setelah pulang sekolah saya suapin. Itu nasi jatuh-jatuh (dari mulut), minum air putih tumpah-tumpah. Mulutnya geser ke ke kiri, mata juga kedipnya cuma sebelah," jelas Dewi.

  Sang ibu kemudian membawa JP ke bidan yang ada di wilayahnya. Namun, bidan menyarankan agar JP dibawa ke dokter anak.

  "Setelah sampai sana ternyata tidak bisa kalau dokter anak. Harus ke dokter saraf," tutur Dewi.

    Mengutip pemberitaan KOMPAS.TV sebelumnya, Bell's Palsy merupakan kondisi medis yang memengaruhi saraf wajah. Penyakit ini menyebabkan sebelah wajah menjadi lumpuh atau kaku.

  Kondisi ini terjadi ketika saraf wajah mengalami gangguan dan mempengaruhi kemampuan saraf untuk mengirimkan sinyal ke otot-otot di wajah.

  Gangguan saraf pada Bell’s Palsy muncul secara bertahap, dan dapat memburuk dalam kurun waktu dua sampai tiga hari.

    Penderita Bell's Palsy separuh sisi wajahnya akan terasa kaku dan susah memejamkan mata. Selain itu sebelah bagian wajah bisa mengalami lumpuh total, merasakan nyeri di rahang atau belakang telinga. 

  Kemudian hal lain yang dirasakan adalah sakit kepala, lidah kurang peka, mata dan mulut kering, telinga berdenging, susah bicara, serta susah makan dan minum.

  Penyakit yang menyerang saraf ini sulit dicegah, karena sebagian besar Bell’s Palsy disebabkan infeksi virus.

  Seperti dilaporkan Johns Hopkins Medicine terdapat sejumlah risiko yang bisa jadi penyebab Bell’s Palsy di antaranya, diabetes, tekanan darah tinggi, cedera di wajah, hingga keracunan. 

  Kemudian penyakit lyme, sindrom guillain-barr, sarkoidosis, myasthenia gravis, multiple sclerosis, serta infeksi virus seperti herpes simplex, herpes zoster, mononukleosis, flu, dan meningitis.

  Penyakit Bell's Palsy juga dikenal sebagai penyakit kelumpuhan wajah perifer akut. Penyakit ini bisa menyerang pria maupun perempuan yang berusia antara 15 hingga 60 tahun.***