Demi Bisnis Toko Kelontong, Suami Ini Tega Menumbalkan Istrinya Sendiri

Ilustrasi (Dok:Net)

JAKARTA (SURYA24.COM)- Pesugihan dan tumbal adalah dua kata yang sering kali terdengar terkait dengan hal-hal gaib, mistis, dan supranatural. Dalam masyarakat, keduanya seringkali dihubungkan sebagai bagian dari ritual atau praktik spiritual yang berhubungan dengan kekayaan atau kesuksesan. Namun, penting untuk mencari pemahaman yang lebih mendalam tentang hubungan pesugihan dan tumbal agar kita dapat membedakan antara mitos dan realita.

Apa itu Pesugihan?

Pesugihan merupakan suatu praktik atau ritual yang digunakan dengan harapan mendapatkan kekayaan atau keberuntungan finansial secara instan. Praktik pesugihan seringkali dikaitkan dengan berbagai macam keyakinan dan mitos tentang adanya entitas gaib atau kekuatan supranatural yang memberikan kekayaan kepada orang yang melakukan pesugihan.

Meskipun pesugihan memiliki banyak variasi dan versi dalam berbagai kepercayaan dan budaya, umumnya pesugihan melibatkan tindakan atau pengorbanan tertentu dari individu yang memohon kekayaan atau kesuksesan. Pengorbanan ini dapat berupa uang, hewan, benda-benda khusus, atau bahkan sesuatu yang lebih berharga, seperti nyawa manusia (tumbal).

Apa itu Tumbal?

 

Tumbal adalah suatu bentuk pengorbanan atau persembahan yang dipercayai dapat mempengaruhi keberhasilan pesugihan atau ritual tertentu. Dalam praktik tumbal, seseorang atau makhluk lain dianggap sebagai persembahan kepada entitas gaib atau kekuatan supranatural sebagai bagian dari ritual atau kesepakatan. Tumbal sering kali dianggap sebagai "bayaran" atau imbalan untuk memenuhi permintaan atau harapan individu yang berusaha mendapatkan kekayaan atau kesuksesan melalui pesugihan.

Kontroversi dan Dampak Negatif

Hubungan antara pesugihan dan tumbal telah menjadi sumber kontroversi dan keprihatinan di masyarakat. Praktik ini sering kali memanfaatkan ketakutan atau kepercayaan orang-orang terhadap hal-hal mistis untuk mencari keuntungan finansial. Keterlibatan tumbal dalam pesugihan juga menimbulkan banyak masalah moral dan etika, karena melibatkan kehilangan nyawa manusia atau perlakuan tidak adil terhadap makhluk hidup lainnya.

Selain itu, praktik pesugihan dan tumbal dapat menyebabkan dampak negatif pada masyarakat, seperti ketakutan, perpecahan, atau bahkan tindakan kriminal. Beberapa individu yang terjerat dalam pesugihan dan tumbal dapat merasa terjebak dalam lingkaran kepercayaan yang tidak sehat dan mencari cara-cara yang tidak bermoral untuk mencapai tujuan mereka.

Tumbalkan Isteri sendiri 

Mengutip sonora.id, ini adalah kisah pesugihan pemilik toko kelontong yang tega menumbalkan istrinya sendiri.

Bagi dunia bisnis, keadaan atau situasi sekitar tempat bisnis itu dibangun amat menentukan keberhasilan. Jika situasi sedang tak mendukung, maka sebuah bisnis akan sepi, bahkan bangkrut.

Hal semacam itulah yang disadari oleh, sebut saja namanya, Pak Wage. Telah sejak bertahun-tahun, ia dan keluarganya membangun sebuah toko kelontong tepat di depan rumahnya. Toko itulah yang menjadi satu-satunya sumber pemasukan bagi keluarga Pak Wage.

Namun, keadaan yang dihadapi Pak Wage saat ini amat berbeda dari biasanya. Akibat masa pandemi, usahanya sepi pembeli.

Karena Pak Wage tinggal di sebuah kota yang besar, para penduduk kota itu jarang keluar dari rumah mereka lantaran takut tertular penyakit. Maka, hasilnya, toko kelontong milik Pak Wage yang biasanya ramai pembeli itu kini menjadi amat sepi.

 

 

Maka, Pak Wage pun sedih bukan kepalang. Kebutuhan keluarganya yang kian hari kian bertambah tak dapat dipenuhi oleh hasil dari toko kelontongnya yang sepi. Maka, dilatarbelakangi keadaan itu, Pak Wage pun mencari cara.

Untuk tetap bertahan di tengah situasi ekonomi yang serba terbatas, Pak Wage menemukan ide untuk menambah jenis barang dagangannya.

Apabila sebelumnya toko kelontongnya hanya menjual kebutuhan sehari-hari yang mayoritas ialah bahan-bahan makanan, ia memutuskan banting setir untuk mengurangi dagangan itu, dan justru memproduksi barang baru: masker.

Di malam hari, Pak Wage akan meminta istrinya menjaga toko kelontong, sementara di sisi lain, ia sendiri akan membuat masker kain. Namun, anehnya produksi masker tersebut tak dilakukan di dalam rumah.

Tak dinyana, keputusan untuk membuat masker itu tak semata-mata lahir dari keinginan Pak Wage untuk menyediakan barang yang dibutuhkan banyak orang di masa pandemi. Singkat kata, keputusan itu dibuat untuk menjadikan ia dan keluarganya kaya raya.

 

Lagipula, apa yang bisa dilakukan dengan berjualan masker untuk menyelamatkan ekonomi sebuah keluarga? Maka, di balik rencana tersebut, Pak Wage menyimpan hal yang tak diketahui oleh banyak orang.

Setiap memproduksi sebuah masker, Pak Wage pergi ke seorang dukun yang ia kenal. Ia meminta jampi-jampi atau rapalan mantra dari dukun tersebut, sebagai syarat untuk ritual pesugihan. Lewat masker tersebut, Pak Wage tak akan kaya raya hanya karena hasil penjualan masker itu kepada pembeli. Akan tetapi, hal yang mengerikan harus terjadi.

Dengan membeli masker yang dijual Pak Wage, pembeli itu secara tidak langsung akan seperti digendam atau dihipnotis. Setelah dihipnotis, mereka akan melakukan hal apapun yang diminta oleh Pak Wage, termasuk memberikan harta, uang, atau hal apapun yang mereka punya pada Pak Wage.

Tak cukup sampai di situ, sesaat setelah para pembeli yang terhipnotis itu menyerahkan semua harta mereka, mereka akan jatuh sakit lantaran tertular wabah. Kemungkinan dari kejadian tersebut ada dua: mereka sembuh atau mati. Maka lewat cara-cara kejam seperti itu, Pak Wage memuluskan niatnya untuk memakai pesugihan lewat perantara berjualan masker.

 

Telah lumayan lama Pak Wage melancarkan niat jahatnya itu, dan tak ada satu pun anggota keluarganya mengetahui apa yang ia lakukan. Apabila di malam hari Pak Wage pergi berpamitan memproduksi masker, mereka berpikir Pak Wage sedang pergi ke pabrik kain atau tempat produksi masker sebagaimana mestinya.

Maka, lantaran ketidaktahuan itu, hal yang di luar kendali Pak Wage pun terjadi. Pada suatu hari, istrinya dengan iseng mencoba menggunakan masker yang dijual oleh Pak Wage. Sesaat setelah memakai masker itu, perilakunya pun berubah. Pak Wage pun menyadari hal itu, namun ia tak tahu apa yang harus dilakukan.

Dan tak butuh waktu lama pula, sebagaimana konsekuensi yang harus dihadapi para pembeli masker itu, istri Pak Wage pun jatuh sakit akibat terkena wabah. Padahal, ia hampir tak pernah keluar rumah dan berinteraksi dengan orang.

Maka akibat hal itu, Pak Wage mulai bisa mengerti apa yang terjadi pada istrinya. Namun, kesadaran itu pun terlambat. Hanya berselang beberapa minggu dari kejadian istrinya memakai masker itu, istrinya pun meninggal.

Dari kejadian itu, Pak Wage menyesal setengah mati. Lewat pesugihan itu, ia memang telah menyelamatkan ekonomi keluarga bahkan menjadi kaya raya. Namun, tak pernah ia sangka bahwa hal itu bakal merenggut nyawa istrinya sendiri sebagai bayarannya.

Kesimpulan

Pesugihan dan tumbal adalah dua istilah yang sering dikaitkan dengan praktik-praktik mistis dan spiritual terkait dengan kekayaan dan kesuksesan. Namun, kita harus berhati-hati untuk tidak mudah terpengaruh oleh klaim-klaim yang tidak rasional dan berpotensi merugikan. Sebagai masyarakat yang rasional, kita harus memahami fakta dan menolak praktik-praktik yang tidak berdasar pada kebenaran dan etika. Kekayaan sejati dapat dicapai melalui kerja keras, kejujuran, dan usaha yang sungguh-sungguh.***

Nb: Tulisan ini hanyalah fiksi. Segala kesamaan nama, tempat, dan kejadian adalah kebetulan belaka.