Masih Ingat MH370? Ini Sederet Temuan Baru Kasus Jatuhnya Pesawat Malaysia Airline

(Dok:Wikimedia)

JAKARTA (SURYA24.COM) - Misteri jatuhnya pesawat Boeing 777 dengan nomor penerbangan MH370 milik maskapai Malaysia Airlines yang jatuh pada 8 Maret 2014, tak kunjung terpecahkan. Pesawat yang mengangkut 239 penumpang dan awak kabin itu jatuh di Samudera Hindia.

Mengutip kompas.com, sejauh ini, banyak spekulasi yang muncul terkait jatuhnya MH370. Namun, belum ada bukti kuat yang membuka tabir misteri penyebab jatuhnya pesawat itu.

Berikut sederet fakta baru terkait jatuhnya pesawat MH370:

  1. Dugaan sengaja dijatuhkan Sebuah laporan yang diterbitkan oleh seorang insinyur Inggris, Richard Godfrey dan pemburu rongsokan MH370 asal AS Blaine Gibson menunjukkan adanya potensi pesawat sengaja dijatuhkan. Dalam laporannya, mereka menyebut pintu roda pendaratan yang rusak kemungkinan ditembus dari dalam oleh mesin pesawat yang hancur akibat benturan. Hal ini membuat roda pendaratan sangat mungkin turun saat pesawat jatuh ke Samudra Hindia bagian selatan.

"Fakta bahwa kerusakan terjadi dari sisi interior ke sisi eksterior, mengarah pada kesimpulan bahwa roda pendaratan diturunkan saat terjadi benturan," bunyi laporan itu, dikutip dari Sky News.

"Pada gilirannya, ini mendukung kesimpulan bahwa ada pilot yang aktif hingga akhir penerbangan," sambungnya. 2. Bermula dari temuan puing, pria Australia yang melacak puing pertama dari maskapai Malaysia Airline MH370 yang hilang pada 2014, mengaku telah dibombardir ancaman pembunuhan.(AIRNEWSALERTS via TWITTER) Klaim ini didasari atas temuan sepotong puing yang ditemukan oleh seorang nelayan di Madagaskar bulan lalu.

Puing tersebut berupa pintu landing gear. Temuin ini sekaligus menjadi bukti fisik pertama yang menunjukkan salah satu pilot sengaja mencoba menghancurkan dan menenggelamkan MH370.

Laporan itu menyebutkan adanya tingkat kerusakan dan retakan di semua sisi puing-puing tersebut. Atas dasar ini, laporan tersebut menyimpulkan bahwa pesawat sengaja mengarah ke bawah dengan kecepatan tinggi untuk memastikan pesawat pecah menjadi potongan sebanyak mungkin.

3 Roda pendaratan tak seharusnya diturunkan Laporan tersebut mengklaim, kombinasi kecepatan tinggi pesawat dan roda pendaratan yang dikeluarkan menunjukkan niat jelas untuk menyembunyikan bukti kecelakaan. Padahal, pilot biasanya tak menurunkan roda pendaratan jika harus melakukan pendaratan darurat di atas air.

Disebutkan bahwa roda pendaratan yang diturunkan saat pendaratan darurat justru akan membuat pesawat jatuh ke dalam air dan mengganggu kontak dengan permukaan. Hal ini meningkatkan kemungkinan pecahnya bencana saat pesawat melambat.

4. Pilot disebut alami depresi Temuan ini menambah teori yang sebelumnya berkembang, yakni pilot Zaharie Ahmad Shah disebut mengalami depresi klinis, dikutip dari Daily Mail. Shah adalah seorang pilot berpengalaman berusia 53 tahun, dari Penang. Co-pilotnya, Fariq Abdul Hamid (27) telah bergabung dengan Malaysian Airlines tujuh tahun sebelumnya.

Polisi yang menyelidiki pilot menemukan dia telah menggunakan komputer rumahnya untuk menjalankan simulasi penerbangan replika Boeing 777 melintasi Samudera Hindia sebulan sebelumnya.***